Loading...
DUNIA
Penulis: Sotyati 14:06 WIB | Jumat, 17 Oktober 2014

Badai Salju Nepal, 27 Pendaki Gunung Tewas

Pendaki Indonesia berhasil dievakuasi.
Militer Nepal turun tangan dalam proses penyelamatan korban badai salju dan salju longsor di rute pendakian Annapurna yang populer di kalangan pendaki gunung dan penjelajah di seluruh dunia, sejak Rabu (15/10) hingga hari ini. (Foto: AFP)

KATHMANDU, SATUHARAPAN.COM  — Tim pencari berhasil menyelamatkan puluhan pendaki gunung dan penjelajah dari berbagai negara yang terjebak ketika badai salju dan salju longsor melanda wilayah Pegunungan Himalaya di Nepal bagian tengah. Dilaporkan hingga berita ini diturunkan, badai hebat itu menelan 27 korban tewas. 

Korban selamat itu di antaranya pendaki gunung dari Indonesia. Adiseno, pendaki gunung dari Mapala UI, salah satu di antaranya, pada Kamis (16/10) pukul 22.52 memberi kabar sudah berada di Pokhara. “Baru dievakuasi dari Letdar (4.200 meter di atas permukaan laut, m dpl) sore tadi,” kata Adiseno kepada satuharapan.com.

Pokhara adalah kota ketiga terbesar di Nepal, berjarak 200 kilometer ke arah barat dari ibu kota Kathmandu. Adiseno dan rombongan sedianya akan mendaki Chulu West yang berketinggian 6.419 m dpl, salah satu rute pendakian favorit di rangkaian Annapurna (8.091), gunung yang masuk 10 tertinggi di dunia.    

“Waktu badai datang, kami sedang di high camp, di ketinggian 5.200 m dpl. Kami memutuskan turun karena 12 jam turun hujan salju terus-menerus. Tenda hampir tertimbun,” Adiseno mengisahkan.

Perjalanan turun ditempuh Adiseno dan rombongan selama delapan jam dalam keadaan hujan salju dan angin menerpa.  “Tuhan melindungi kami hingga tiba di Letdar kemarin malam (Rabu, 15 Oktober). Dari Letdar kami bisa menelepon ke Kathmandu, meminta pertolongan helikopter untuk evakuasi,”  Adiseno menambahkan.

Korban Kemungkinan Bertambah       

Binaj Gurubacharya dari AP, dalam laporannya pada 16 Oktober, menyebutkan lebih kurang 70 orang masih dinyatakan hilang di sepanjang jalur pendakian Annapurna, salah satu puncak paling populer didaki di Pegunungan Himalaya, mengutip pernyataan Ganga Sagar Pant dari perhimpunan agen pemandu perjalanan di Nepal. Pant menambahkan, jumlah itu kemungkinan bisa bertambah.

Rute itu, lebih kurang 160 kilometer barat laut ibu kota Nepal, Kathmandu, dibanjiri pendaki gunung dari berbagai negara pada September-Oktober (juga April-Mei, Red), puncak aktivitas pendakian, saat cuaca terang dan udara sejuk. Ada banyak warga Nepal juga dalam aktivitas pendakian itu mengingat bersamaan dengan perayaan lokal.

Yama Bahadur Chokhyal, petugas pemerintah, mengatakan tim penyelamat menemukan sepuluh mayat lagi di kawasan Thorong La, setelah sebelumnya terperangkap dalam badai salju yang mematikan Selasa (14/10) lalu.   

Mayat-mayat itu belum diidentifikasi. Sementara itu, jenazah dua pendaki Polandia, satu penjelajah Israel, dan satu jenazah warga Nepal, ditemukan di kawasan itu pada Rabu (15/10). 

Chokhyal mengatakan, 64 penjelajah asing lainnya berhasil diselamatkan dari area itu pada Kamis (16/10). Dua penjelajah dari Hong Kong dan 12 orang dari Israel, sudah diterbangkan ke Kathmandu pada Rabu, untuk kemudian dirawat di rumah sakit.   

Mereka mengaku berhasil diselamatkan setelah berlindung di sebuah kedai teh kecil di jalur pendakian itu. 

 “Saya rasa hidup saya akan berakhir di lintasan itu. Saya terpisah dari rombongan, terpisah dari semua orang yang berangkat bersama-sama, dan tidak bisa melihat apa pun,” kata Linor Kajan, pendaki gunung Israel, salah satu korban luka, akibat terjebak salju sebatas pinggang.

“Salah satu pemandu Nepal yang mengenal medan, melihat saya dan meminta saya untuk bertahan bersamanya. Dia menyeret saya, terus menyeret hingga kami tiba di kedai teh itu. Dan, semua orang yang berada di sana berada dalam ketakutan,” Kajan menambahkan.

Penjelajah Israel lain yang selamat, Yakov Megreli, mengisahkan mereka bertahan untuk tetap sadar di kedai teh itu dengan menjaga tubuh tetap hangat.

"Kami mencoba untuk tidak terserang hipotermia. Saya mengalami saat-saat yang paling tidak enak dalam kehidupan saya, dan benar-benar saat-saat yang menakutkan,” katanya.

Buntut dari Topan Badai Hudhud

Badai salju yang merupakan buntut dari topan badai yang menghantam wilayah pantai India beberapa hari sebelumnya, tampaknya berkontribusi pada terjadinya salju longsor yang menewaskan delapan orang di Desa Phu, tak jauh dari Distrik Manang. Korban tewas adalah satu warga India, empat penjelajah asal Kanada, serta tiga warga desa, seperti dilaporkan karyawan pemerintah Devendra Lamichane.

Lamichane menjelaskan, membutuhkan waktu berhari-hari untuk menggali salju yang menimbun para penjelajah asing itu hingga sedalam 2 meter. Tiga warga Kanada yang selamat dari bencana itu, sudah diangkut dengan helikopter menuju tempat penampungan di desa terdekat. Belum ada laporan detail tentang keadaan mereka.

Pihak berwenang mengatakan lima pendaki tewas akibat salju longsor di wilayah yang berbeda, 75 kilometer ke arah barat, tepatnya di area base camp pendakian Gunung Dhaulagiri. Para pendaki, yakni dua warga Slowakia dan tiga pemandu Nepal, sedang bersiap-siap membidik ketinggian 8.167 meter, gunung ketujuh tertinggi di dunia, seperti dikemukakan Gyanendra Shrestha, dari badan pendaki gunung Nepal. Jenazah mereka ditemukan pada Kamis.   

Badai salju kali ini mengingatkan orang pada kejadian salju longsor pada April lalu di area basce camp Gunung Everest, yang menewaskan 16 sherpa, pemandu Nepal yang sangat terkenal keandalannya di seluruh dunia. Kejadian itu juga dikenang sebagai bencana paling mematikan sepanjang sejarah pendakian. Para ahli cuaca mengatakan meningkatnya suhu global berkontribusi terhadap peristiwa salju longsor di Himalayas. (AP/abc.com.au)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home