Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 21:11 WIB | Jumat, 17 April 2020

Badan PBB: Diperkirakan 300.000 Orang Afrika Meninggal Akibat COVID-19

Warga Nigeria mengenakan masker wajah. Nigeria adalah negara sub-Sahara pertama yang resmi melaporkan kasus virus corona, ketika seorang Italia yang bekerja di negara itu kembali dari Milan pada 24 Februari dan membawa virus. (Foto: dok. AFP).

SATUHARAPAN.COM-Pandemi COVID-19 kemungkinan akan membunuh setidaknya 300.000 orang Afrika dan berisiko mendorong sekitar 29 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem, kata Komisi Ekonomi PBB (UN Economic Commission for Africa / UNECA) hari Jumat (17/4). Komisi itu menyerukan jaring pengaman senilai US$ 100 miliar untuk benua itu.

Ada 54 negara Afrika sejauh ini melaporkan kurang dari 20.000 kasus terinfeksi virus corona yang dikonfirmasi. Hanya sebagian kecil dari sekitar dua juta kasus yang dilaporkan secara global. Tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pada hari Kamis (16/4) bahwa Afrika dapat mengalami 10 juta kasus dalam tiga hingga enam bulan ke depan.

"Untuk melindungi dan menuju kemakmuran bersama setidaknya diperlukan US$ 100 miliar segera bagi sumber daya jaring pengaman kesehatan dan sosial," kata laporan UNECA.

UNECA juga mendukung seruan menteri keuangan Afrika untuk tambahan stimulus sebesar US$ 100 miliar, yang akan mencakup penghentian semua layanan utang luar negeri.

Badan ini memodelkan empat skenario berdasarkan tingkat tindakan pencegahan yang diperkenalkan oleh pemerintah Afrika.

Diprediksi 3,3 Juta Meninggal

Dengan tidak adanya intervensi semacam itu, studi ini menghitung lebih dari 1,2 miliar orang Afrika akan terinfeksi, dan 3,3 juta orang akan meninggal tahun ini. Afrika memiliki total populasi sekitar 1,3 miliar.

Namun, sebagian besar negara Afrika telah mengamanatkan langkah-langkah menjaga jarak sosial, mulai dari jam malam dan panduan perjalanan di beberapa negara hingga penutupan penuh di negara lain.

Namun skenario terbaiknya, di mana pemerintah memperkenalkan jarak sosial yang intens begitu melewati ambang batas 0,2 kematian per 100.000 orang per pekan, Afrika akan melihat 122,8 juta orang terinfeksi, dan 2,3 juta orang dirawat inap dan 300.000 pasein meninggal.

Situasi Sulit

Upaya memerangi penyakit ini akan diperumit dengan fakta bahwa 36% orang Afrika tidak memiliki akses ke fasilitas mencuci rumah tangga, dan benua itu hanya memiliki 1,8 tempat tidur rumah sakit untuk setiap 1.000 orang. Sebagai perbandingan, Prancis memiliki 5,98 tempat tidur per 1.000 orang.

Demografi muda Afrika, hampir 60% dari populasi di bawah usia 25 tahun, harus membantu mencegah penyakit ini. Di sisi lain, 56 persen dari populasi perkotaan terkonsentrasi di daerah kumuh yang penuh sesak, dan banyak orang yang rentan karena HIV / AIDS, TBC dan kekurangan gizi.

Afrika mengimpor 94% obat-obatan yang dibutuhkan, kata laporan itu, mencatat bahwa setidaknya 71 negara telah melarang atau membatasi ekspor pasokan tertentu yang dianggap penting untuk memerangi penyakit tersebut.

Jutan Orang Hidup Miskin

"Dalam skenario kasus terbaik... diperlukan US$ 44 miliar untuk pengujian, peralatan pelindung pribadi, dan untuk mengobati semua yang membutuhkan rawat inap," katanya. Namun, uang itu tidak dimiliki Afrika, karena krisis juga mengecilkan ekonomi benua itu hingga 2,6%.

"Kami memperkirakan bahwa antara lima juta dan 29 juta orang akan didorong hidup di bawah garis kemiskinan ekstrim dengan US$ 1,90 per hari, karena dampak COVID-19," kata laporan itu.

Nigeria saja akan kehilangan antara US$ 14 miliar dan US$ 19,2 miliar dalam pendapatan dari ekspor minyak tahun ini. Dan harga ekspor komoditas Afrika lainnya juga anjlok.

Penguncian di Eropa dan Amerika Serikat juga mengganggu ekspor tekstil dan pakaian jadi senilai US$ 15 miliar, serta pariwisata yang menyumbang 8,5% dari PDB Afrika. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home