Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 12:22 WIB | Selasa, 18 Oktober 2016

Bank Dunia: Indonesia Tak Berpengalaman Atasi Kesenjangan

Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves. (Foto: Dok. satuharapan.com/Melki Pangaribuan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves, mengatakan Indonesia tidak memiliki pengalaman positif dalam mengatasi kesenjangan karena koefisien gini yang meningkat pesat dari 0,36 pada tahun 2000 menjadi 0,41 pada tahun 2013.

"Kabar baiknya, Indonesia mampu mengurangi angka kemiskinan dari 25 persen ke sekitar 12 persen selama tahun 1997-2000," kata Chaves dalam seminar "Supermentor16: End Poverty" di Jakarta, hari Senin (17/10) malam.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan RI, angka kemiskinan di Indonesia pada Maret 2016 sebesar 10,86 persen dengan rasio gini 0,40.

Angka kemiskinan ditargetkan menurun menjadi 7,00 persen dengan rasio gini 0,36 persen pada tahun 2019 melalui peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak dan perbaikan desain belanja negara.

Lebih lanjut Chaves mengatakan, pemerintah pusat harus bisa menstabilkan kondisi makro ekonomi serta pertumbuhan, dan menyediakan kebijakan fiskal yang mendorong investasi serta infrastruktur.

"Swasta juga harus didorong untuk berinvestasi di sektor produksi yang dapat menciptakan pekerjaan berpenghasilan besar bagi seluruh rakyat," lanjutnya.

Dia mengatakan, peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan manusia (human capital) merupakan kunci untuk mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan.

Menurut dia, jaminan terhadap akses pendidikan dan kesehatan, merupakan jawaban untuk menghadapi tantangan terbesar saat ini yaitu kesenjangan dalam memperoleh kesempatan.

Dengan pengembangan sumber daya manusia melalui investasi di bidang pendidikan, kesehatan, sanitasi, dan teknologi, penduduk Indonesia diharapkan lebih produktif karena produktivitas dapat meningkatkan taraf hidup seseorang.

"Untuk menghadapi kesenjangan dalam memperoleh kesempatan yang sama, masyarakat harus bekerja sama dengan pemerintah daerah terutama level bupati dan kepala desa karena mereka yang bisa memastikan akses bagi warga miskin terpenuhi," katanya.

Sementara dari sisi fiskal, mantan Wakil Menteri Luar Negeri RI Dino Patti Djalal menilai kredit mikro merupakan instrumen yang efektif untuk membantu perekonomian penduduk miskin yang didefinisikan Bank Dunia sebagai kelompok masyarakat dengan biaya hidup sebesar dua dolar AS per hari.

"Kewirausahaan mengubah cara pandang dan semangat hidup. Orang tidak hanya menerima nasib tetapi harus punya energi positif untuk mengubah hidup dan berani mengambil risiko," kata Dino. (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home