Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 20:29 WIB | Jumat, 13 Januari 2017

Bappenas: Konsumsi dan Inflasi Kunci Ekonomi 2018

Ilustrasi. Penjaga stan menjelaskan tentang harga rumah dan fasilitasnya kepada calon konsumen pada pameran perumahan Real Estate Indonesia (REI), di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (13/1). REI Jateng menyatakan perbankan memberikan angin segar bagi sektor properti melalui penurunan suku bunga dari 9-10 persen menjadi 7,5-8 persen dan uang muka sebesar 20 persen dari sebelumnya 30 persen. (Foto: Antara/R Rekotomo)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro, menilai konsumsi rumah tangga dan inflasi akan menjadi kunci tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada 2018.

"Dari komponen pertumbuhan dari sisi pengeluaran, resep untuk pertumbuhan ekonomi 2018 adalah pertama harus bisa menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga, artinya menjaga pertumbuhannya lima persen atau lebih," kata Bambang saat memberikan arahan dalam acara temu konsultasi Triwulan I Bappenas-Bappeda di Jakarta, hari Jumat (13/1).

Menurut Bambang, untuk menjaga konsumsi rumah tangga adalah dengan menciptakan keyakinan kepada konsumen untuk membelanjakan uangnya.

Padi intinya, lanjut Bambang, sebisa mungkin pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, memberikan impresi bahwa ekonomi ini berjalan normal dan punya prospek sehingga orang mau membelanjakan uangnya (spending).

"Kalau orang `spend` (belanja) terjadilah konsumsi rumah tangga yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena ketika kita belanja, perdagangan ritel meningkat, perdagangan besar meningkat, dan akhirnye ekonomi juga tumbuh," kata Bambang.

Sementara itu, untuk inflasi sendiri harus dijaga serendah mungkin dari waktu ke waktu. Menurut Bambang, menjaga inflasi adalah cara paling ampuh dalam menjaga daya beli masyarakat.

Apabila daya beli masyarakat tergerus oleh inflasi, lanjutnya, maka pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga akan terganggu.

Ketika bicara inflasi sendiri, ada tiga komponen yang berpengaruh yakni harga pangan bergejolak (volatile food), harga yang diatur oleh pemerintah (administered price), serta inflasi inti. Inflasi inti adalah tugas Bank Indonesia dengan mengatur ketersediaan dan permintaan uang. Sedangkan administered price adalah wewenangnya pemerintah pusat.

Bambang mengatakan, adakalanya dua aspek tersebut bisa dikontrol, namun kadang justru harga pangan bergejolak yang kadang-kadang membuat inflasi lebih tinggi dari yang seharusnya.

"Inilah yang harusnya menjadi perhatian di daerah. Tentunya memang tidak ada instansi khusus di daerah yang menangani inflasi, ini harus upaya yang dikoordinasikan. Tapi harus terus diingatkan inflasi harus dibuat serendah mungkin dengan cara menjaga kestabilan harga pangan bergejolak melalui pemenuhan kebutuhan pangan itu sendiri," kata Bambang. (Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home