Belarusia Cabut Akreditasi 17 Jurnalis Peliput Pascapilpres
MINSK, SATUHARAPAN.COM - Pihak berwenang Belarusia mencabut akreditasi untuk sedikitnya 17 jurnalis yang bekerja untuk organisasi berita asing dan meliput kisruh di negara itu menyusul pemilihan presiden yang hasilnya dipertanyakan.
Langkah itu, pada 29 Agustus, oleh sebuah komisi dari Dewan Keamanan Nasional, merupakan eskalasi oleh Presiden Alyaksandr Lukashenko sementara pemerintah menghadapi unjuk rasa masal dan kecaman internasional atas hasil pemilihan 9 Agustus itu, dan penumpasan disertai kekerasan terhadap para pedemo.
Jurnalis yang menjadi target termasuk karyawan dari organisasi berita negara Barat, antara lain Radio Free Europe/Radio Liberty, BBC, Associated Press, Reuters, AFP, televisi ARD, Deutsche Welle, dan Radio France.
Tanpa akreditasi jurnalis itu tidak boleh meliput berita di dalam negeri Belarusia.
Alasan bagi keputusan pemerintah itu tidak diberikan.
Tidak jelas apakah jurnalis dari media berita Rusia, seperti TASS, Vesti TV, atau RT channel juga menghadapi pencabutan akreditasi yang sama.
Sebelumnya pihak berwenang Belarusia memenjarakan beberapa aktivis oposisi sebagai bagian upaya meningkatkan tekanan terhadap para demonstran yang merencanakan lebih banyak unjuk rasa yang menuntut diakhirinya kekuasaan Presiden Alexander Lukashenko yang sudah berkuasa selama 26 tahun.
Sebuah pengadilan, Selasa (25/8), memvonis pemimpin oposisi Sergei Dylevsky dengan hukuman penjara selama 10 hari, sementara penguasa memanggil aktivis oposisi lainnya untuk diinterogasi dan puluhan lainnya untuk menghadap pengadilan.
Pengadilan di Ibu Kota Belarusiaia, Minsk, sedang mempertimbangkan tuduhan terhadap dua anggota anggota sebuah dewan yang dibentuk aktivis minggu lalu.
Dewan itu bertujuan untuk merundingkan sebuah pengalihan kekuasaan setelah Lukashenko memenangkan masa jabatan keenam dalam pemilihan pada 9 Agustus
Pemilihan itu oleh aktivis dan pengecam lainnya dituduh sebagai curang.
Lukashenko menolak tawaran dialog dari Dewan Koordinasi pihak oposisi. Puluhan anggotanya mewakili berbagai lapisan masyarakat Belarusia, termasuk penulis pemenang hadiah Nobel Svetlana Alexievich, yang dipanggil pada Rabu (26/8) untuk diinterogasi.
Lukashenko menuduh para aktivis itu ada dibawah kendali negara-negara Barat. Pemimpin otoriter itu juga menuduh akan menuntut para anggota dewan karena berusaha membentuk pemerintah tandingan.
Protes di Belarusia dipicu oleh penumpasan pemerintah tidak lama setelah pemilihan yang mengakibatkan penahanan hampir 7.000 orang. Tiga orang tewas, dan ratusan lainnya cedera ketika polisi berusaha membubarkan pemrotes yang damai dengan peluru karet, pentungan, dan granat kejut.
Dua pendukung oposisi ditemukan digantung di hutan, kata polisi mereka melakukan bunuh diri, tetapi pihak oposisi mempertanyakan klaim itu.
Belarusiaia adalah bekas Republik Soviet, dan Rusia adalah mitra dagang dan sekutu militernya yang utama. (VOA)
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...