Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:18 WIB | Jumat, 14 Oktober 2016

Bengkuang Berpotensi Mencegah Osteoporosis

Bengkuang (Pachyrrhizus erosus, (L.)). (Foto: wikiwand.com)

SATUHARAPAN.COM – Termasuk dalam umbi-umbian, hidup di dalam tanah, bengkuang sama dengan ubi jalar atau kentang. Sisi uniknya, bengkuang dimasukkan dalam jajaran buah, karena mengandung air serta menawarkan rasa segar dan manis.

Umbi akar ini berwarna putih, berbentuk gasing, dan kulitnya mudah dikupas. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan stek batang, dengan umbi, maupun biji. Kulit umbinya tipis berwarna kuning pucat dan bagian dalamnya berwarna putih dengan cairan segar agak manis.

Umbi bengkuang biasa dijual orang untuk dijadikan bahan rujak, asinan, manisan, atau dicampurkan dalam masakan tradisional seperti tekwan.

Umbi bengkuang sebaiknya disimpan di tempat kering bersuhu 12  derajat celsius hingga 16 derajat celsius. Penyimpanan yang baik dapat membuat umbi bertahan hingga dua bulan.

Bengkuang juga mengandung vitamin C, zat besi, kalsium, lemak, karbohidrat, dan vitamin B, yang dibutuhkan tubuh. Bahkan, kini bengkuang banyak dijadikan bahan utama dalam segi perawatan kecantikan, baik untuk pria maupun wanita, yang dapat diperoleh dengan cara alami maupun membeli dalam bentuk produk instan.

Kandungan yang terdapat di dalam bengkuang tidak hanya untuk perawatan kecantikan, namun juga sebagai nutrisi perawatan bagi kesehatan tubuh.

Bengkuang dikutip dari usu.ac.id, adalah tanaman yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk dikembangkan, karena menyimpan banyak manfaat. Umbinya mengandung gula, pati, fosfor, dan kalsium. Umbi juga memiliki efek pendingin karena mengandung kadar air 86-90 persen. Rasa manis berasal dari suatu oligosakarida yang disebut inulin, yang dapat digunakan sebagai pengganti gula, dapat diolah sebagai bahan makan, sebagai bahan dasar obat untuk penyakit kanker, diabetes mellitus, nyeri perut, dan sebagai bahan dasar kosmetik.

Dr Endang Lukitaningsih MSi Apt, peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dikutip dari birdbody.blogspot.co.id, meriset fitoestrogen dalam bengkuang sejak tahun 2005. Fitoestrogen merupakan hormon alami pada wanita yang mempengaruhi organ reproduksi.

Pada usia menopause, produksi estrogen perempuan turun sehingga efek estrogenik berkurang. Padahal, estrogen mencegah pengikisan kalsium dari tulang. Efeknya perempuan menopause rentan osteoporosis alias pengikisan tulang.  

Endang Lukitaningsih berusaha membuktikan ekstrak bengkuang yang mengandung senyawa daidzein bersifat fitoestrogenik dan dapat mencegah osteoporosis. Pengujiannya melalui pengamatan pengaruh fitoestrogen ekstrak umbi bengkuang terhadap tulang tikus yang ovariumnya diangkat sehingga tikus mengalami penurunan kadar estrogen.

Endang menggunakan tikus betina. Ekstrak bengkuang dengan beragam dosis diberikan kepada tikus uji coba secara oral selama empat pekan. Hasilnya, pemberian ekstrak bengkuang selama 28 hari meningkatkan panjang tulang paha, tulang kering, kepadatan tulang, dan kandungan kalsium tulang. Jelas ekstrak bengkuang yang mengandung daidzein dan turunannya bersinergi dengan estrogen endogen untuk mempertahankan organ-organ yang dipengaruhi hormon itu. Dengan demikian, bengkuang mencegah osteoporosis.

Tanah Asal dan Penyebarannya

Tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini (Tengah dan Selatan), terutama daerah Meksiko, termasuk dalam suku polong-polongan atau Fabaceae. Nama ilmiah bengkuang adalah Pachyrrhizus erosus (L). Di tempat asalnya, tumbuhan ini dikenal sebagai xicama atau jícama. Di Indonesia, bengkuang dikenal dengan beberapa nama lokal, seperti besusu (Jawa), hui hiris (Sunda), bungkuang (Aceh), bakuang (Batak).

Suku Aztec memanfaatkan biji tanaman bengkuang sebagai obat-obatan. Kemudian pada abad ke-17, Spanyol menyebarkan tanaman ini ke daerah Filipina sampai akhirnya menyebar ke seluruh Asia dan Pasifik. Tanaman ini masuk ke Indonesia dari Manila melalui Ambon, dan sejak saat itulah bengkuang dibudidayakan di Indonesia. Bengkuang sekarang lebih banyak dibudidayakan di daerah Jawa dan Madura atau di dataran rendah.

Padang, merupakan salah satu daerah sentra produksi bengkuang yang tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan KotoTangah, Nanggalo, Kuranji, dan Pauh, selain Padang. Di Jawa, Kebumen merupakan sentra produksi bengkuang. Di Kebumen, menurut data BPS Kebumen (2005-2007) ada empat kecamatan merupakan sentra produksi bengkuang, yakni Prembun, Mirit, Bonorowo, dan Padureso.

Bengkuang menurut Wikipedia, merupakan tanaman yang merambat yang panjangnya dapat mencapai antara 4-5 meter. Akarnya dapat mencapai 2 meter. Batangnya menjalar dan membelit, dengan rambut-rambut halus yang mengarah ke bawah.

Daunnya daun majemuk menyirip beranak daun, bertangkai. Anak daun bundar telur melebar, dengan ujung runcing dan bergigi besar, berambut di kedua belah sisinya. Anak daun ujung paling besar, bentuk belah ketupat.

Bunga berkumpul dalam tandan di ujung atau di ketiak daun, sendiri atau berkelompok 2-4 tandan, berambut cokelat, tabung kelopak bunga berbentuk lonceng, kecokelatan. Mahkota bunganya putih ungu kebiru-biruan, gundul. Tangkai sari pipih, dengan ujung sedikit menggulung, kepala putik bentuk bola, di bawah ujung tangkai putik, tangkai putik di bawah kepala putik berjanggut. Buah polong bentuk garis, pipih.

Walaupun umbinya dapat dimakan, bagian bengkuang yang lain sangat beracun karena mengandung rotenon, sama seperti tuba. Racun ini sering dipakai untuk membunuh serangga atau menangkap ikan, terutama yang diambil dari biji-bijinya. Meski beracun, biji bengkuang pun dapat dijadikan bahan obat. Biji yang ditumbuk dan dicampur dengan belerang digunakan untuk menyembuhkan sejenis kudis. Sementara, di Jawa Tengah, setengah butir biji bengkuang dapat digunakan sebagai obat urus-urus.

Manfaat Herbal Bengkuang

Bengkuang mengandung cukup banyak vitamin C, vitamin B1 yang memiliki manfaat untuk mencegah penyakit beri-beri. Kandungan kimia bengkuang antara lain pachyrhizon, retenon, vitamin B1 dan vitamin C, protein, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C. Selain itu, bengkuang juga mengandung mineral tinggi. Mineral yang terkandung dalam bengkuang yang paling dominan adalah fosfor, zat besi, serta kalsium.

Manfaat bengkuang yang lain adalah sebagai pencegah dehidrasi karena di dalamnya mengandung cukup banyak air.

Tim peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang juga telah meneliti zat inulinum yang terkandung dalam bengkuang yang dikenal sebagai polisakarida dapat menurunkan kadar gula darah. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi penurunan kadar gula darah pada tikus yang diberi ekstrak bengkuang.  

Dikutip dari jurnal.fkip.uns.ac.id, Novi Primiani dari Program Studi Pendidikan Biologi IKIP PGRI Madiun, juga telah melakukan pengujian terhadap kandungan fitoestrogen umbi bengkuang, dinamikanya dalam serum, serta potensinya pada tikus putih betina. Hasilnya menunjukkan umbi bengkuang dapat meningkatkan kadar daidzein yang berpotensi sebagai estrogen alami.

Selain itu juga, beberapa penelitian yang dilakukan, yang membuktikan bengkuang sebagai obat herbal memiliki multimanfaat. Di antaranya,  penelitian dari Fakultas Farmasi Krupanidhi College Koramangala Bangalore yang menunjukkan ekstrak etanol biji bengkuang dapat menurunkan aktivitas lokomotor, yang dapat memproduksi otot relaksasi dan menunjukkan antiansietas dan aktivitas antiagresif.

Tim peneliti Universitas Santo Tomas Filipina, meneliti ekstrak bengkuang memiliki efek diuretik yang dapat menurunkan tekanan darah.

Selain itu tim peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah mada Yogyakarta, dikutip dari jurnal.ugm.ac.id, meneliti aktivitas amilum bengkuang sebagai tabir surya yang diujikan pada mencit. Hasilnya menunjujkan bahwa kenaikan konsentrasi amilum bengkuang menaikkan viskositas, dan memiliki aktivitas tabir surya. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home