Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 08:13 WIB | Selasa, 21 Maret 2017

Biofarma Siap Genjot Produksi Vaksin 2019

Ilustrasi. aktivitas peneliti di Laboratorium Riset dan Pengembangan PT Bio Farma, di Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/7/2016). (Foto: Antara/Fahrul Jayadiputra)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Perseroan Terbatas Bio Farma (Persero), siap menggenjot produksi hingga seperempat produk dari total produksi saat ini dengan meluncurkan sejumlah vaksin dan produk bioteknologi baru pada 2019.

Direktur Produksi Bio Farma Juliman di Bandung, Senin (20/3), mengatakan perseroan sedang menyiapkan fasilitas untuk menambah kapasitas produksi dengan penambahan gedung baru.

"Produksi saat ini lebih dari dua miliar dosis per tahun. Pada 2019 bisa di atas 2,1 miliar," kata Juliman.

Penambahan produksi tersebut dikarenakan Bio Farma akan meluncurkan beberapa vaksin baru pada 2019 seperti tifoid konjugat untuk penyakit tifus, peunom untuk penyakit peunomia atau paru-paru, rotavirus untuk diare, dan produk biosimilar untuk pengobatan kanker payudara.

Manager Proyek Integrasi Divisi Pengembangan Bio Farma Erman Tritama mengatakan, perseroan saat ini sudah memiliki satu gedung baru dengan enam lantai untuk penambahan kapasitas produksi.

Erman mengatakan,  tiap lantai bisa memproduksi minimal 100 juta dosis vaksin. "Jadi satu gedung itu minimal bisa tambah 500 juta dosis," kata dia.

Dengan begitu penambahan gedung baru tersebut bisa meningkatkan kapasitas produksi jadi 2,5 miliar dosis setahun.

Namun dia menyebutkan, vaksin baru yang diharapkan akan diluncurkan pada 2019 diproduksi masing-masing minimal sebanyak 20 juta dosis. Sehingga penambahan jumlah produksi pada 2019 setidaknya di atas 2,1 miliar dosis per tahun.

"Untuk produksi awal biasanya kita siapkan untuk kebutuhan dalam negeri dulu, minimal 20 juta dosis," kata dia.

Juliman mengatakan,  bahwa untuk memproduksi vaksin baru harus dilakukan secara bertahap.

Dia menambahkan, dalam pembangunan kapasitas produksi vaksin harus memiliki  fasilitas dan peralatan berkualitas tinggi dan membutuhkan persyaratan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau Badan Kesehatan Dunia (WHO) agar bisa dipasarkan di kancah global. (Ant)

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home