Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 17:24 WIB | Selasa, 20 Desember 2016

BKPM: Investasi Garam di NTT Dukung Swasembada

Kepala BKPM Thomas Lembong (tengah) saat mengunjungi industri pegaraman PT Garam di Desa Bipolo, Kupang, NTT, hari Senin (19/12). (Foto: Dok. BKPM)

KUPANG, SATUHARAPAN.COM – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong (Tom), hari Senin (19/12) mengunjungi sentra pegaraman PT Garam (persero) di desa Bipolo, Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan luasan lahan 400 hektar dan rencana investasi Rp 16,9 miliar dan telah terealisasi Rp 3,8 miliar (22 persen).

Kepala BKPM juga melakukan pertemuan dengan PT Shang Che Garamindo yang bergerak di bidang industri kimia dasar anargonik khlor dan alkali dengan nilai rencana investasi US$ 6,01 juta dan telah terealisasikan US$ 6,04 juta.

Tom menyampaikan, bahwa investasi kedua perusahaan industri garam tersebut diharapkan akan dapat membantu pemerintah dalam mengurangi impor garam industri dan menciptakan swasembada garam.

“Industri garam di NTT harus berhasil, sehingga dapat mendukung target swasembada garam pemerintah,” kata Tom dalam keterangan tertulis, hari Selasa (20/12).

Menurut Tom, kapasitas produksi dari kedua perusahaan tersebut diharapkan akan membantu menambah produksi garam nasional sebesar 240.000 ton.

“Dari hasil diskusi dengan perusahaan-perusahaan garam tersebut, salah satu yang mereka harapkan dukungan dari pemerintah adalah terkait pembebasan bea masuk atas importase mesin, terutama yang belum bisa diproduksi dalam negeri serta alat-alat berat untuk memproses garam,” jelasnya.

Dalam kunjungan tersebut, Dirut PT Garam Achmad Budiono juga menyampaikan bahwa potensi garam di NTT sangat besar.

“Dari wilayah pesisir pantai saja diperkirakan terdapat 8.000 hektar yang bisa dijadikan sebagai lokasi pegaraman. PT Garam sendiri saat ini sedang menggarap 50 hektar dari rencana 400 hektar,” kata Achmad.

Dia menambahkan, bahwa hasil dari garam bila dibandingkan dengan padi jauh lebih besar. Untuk produksi garam satu hektar akan menghasilkan 100 ton dan dengan harga Rp 500.000 per ton, maka petani garam diperkirakan akan mendapatkan Rp 500 juta.

“Sementara apabila mereka menanam padi satu hektar hanya akan memproduksi 1,5 ton dengan harga per tonnya Rp 150 juta,” lanjutnya.

Potensi keuntungan di industri garam yang besar tersebut diharapkan dapat terus meningkatkan investasi di NTT.

Berdasarkan data BKPM selama dua tahun terakhir (2015-2016), dari target investasi nasional tahun 2015 sebesar Rp 519,5 triliun telah tercapai realisasi investasi sebesar Rp 545,4 triliun, yang terdiri dari realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 365,9 triliun (17.738 proyek) dan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 179,5 triliun (5.100 proyek).

Target investasi Provinsi NTT tahun 2015 adalah sebesar Rp 1,8 triliun (0,3 persen dari porsi target investasi nasional yang sebesar Rp 519,5 triliun), dan dari target tersebut di tahun 2015 telah tercapai realisasi sebesar Rp 2,2 triliun, yang terdiri dari realisasi PMA sebesar Rp 873,1 miliar (104 proyek) dan realisasi PMDN sebesar Rp 1,3 triliun (sembilan proyek).

Realisasi tahun 2015 Provinsi NTT berdasarkan sektor dan jumlah proyek yang banyak diminati untuk PMA (lima besar) adalah hotel dan restoran; pertambangan; jasa lainnya; industri makanan; listrik, gas dan air; dan perikanan. Sedangkan untuk PMDN (lima besar) adalah listrik, gas dan air; tanaman pangan dan perkebunan; industri makanan; industri mineral non logam; serta konstruksi.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home