BKPM: Pabrik Smelter-Grade Alumina Hemat Devisa US$ 85 juta
KETAPANG, SATUHARAPAN.COM - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melakukan langkah aktif untuk mengawal realisasi investasi pabrik alumina terbesar di Indonesia yang dilakukan oleh PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT WHW).
PT WHW akan membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (refinery) bauksit menjadi smelter-grade alumina dengan kapasitas mencapai 1 juta ton.
Kepala BKPM, Franky Sibarani menyampaikan bahwa pihaknya akan terus memonitor, mengawal, dan memfasilitasi proyek-proyek investasi di bidang hilirisasi produk mineral.
“Pabrik PT WHW ini memiliki arti yang strategis di antaranya dengan mendukung penyerapan tenaga kerja, meningkatkan nilai tambah, meningkatkan nilai ekspor, menghemat devisa, dan juga yang tidak kalah penting adalah mempercepat pembangunan daerah-daerah di luar Jawa,” ujar Franky dalam konferensi pers usai melakukan peninjauan Pabrik Alumina PT WHW di Ketapang, Kalimantan Barat, hari Jumat (1/4).
Proyek investasi PT WHW memiliki rencana investasi sebesar Rp 12,5 triliun dan sampai tahun 2015 telah terealisir sebesar Rp 7,9 triliun, serta menyerap TKI sebanyak 2.435 orang.
“Arti strategis lainnya dari karena merupakan pabrik alumina terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi 1 juta ton per tahun untuk tahap I dan 90 persen akan diekspor dengan perkiraan nilai ekspor sebesar US$ 765 juta. Adapun sisa produksi sebesar 10 persen akan dipasok kepada PT Inalum,” jelasnya.
Menurut Franky, pembangunan pabrik refinery bauksit ini merupakan wujud nyata pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara yang mengamanatkan kepada perusahaan untuk melakukan hilirisasi tambang.
”Ini mendorong perusahaan untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian bahan tambang di Indonesia yang akan berdampak dan berkontribusi besar dalam memperkuat struktur industri aluminium nasional, yang masih mengalami kekosongan di sektor hulu,” katanya.
Franky menyampaikan apresiasi dan dukungan kepada PT WHW yang hampir menyelesaikan pembangunan pabrik tahap I sehingga diharapkan pembangunan pabrik sampai dengan tahap II dapat selesai sesuai target yang telah ditetapkan.
“Hal yang sangat membanggakan atas proyek ini antara lain dilengkapi pelabuhan atau dermaga dan pembangkit listrik dengan kapasitas 160 MW untuk keperluan sendiri,” katanya.
Kepala BKPM memandang pembangunan industri penghasil smelter-grade alumina ini akan dapat memberikan dampak multiplier effect yang luas bagi pertumbuhan ekonomi khususnya di Kabupaten Ketapang dan secara umum bagi Provinsi Kalimantan Barat dan nasional melalui devisa yang dihasilkan dan juga dari penghematan devisa.
“Pembangunan pabrik smelter-grade alumina ini diperkirakan mampu menghemat devisa sebesar US$ 85 juta per tahun melalui substitusi impor bahan baku,” katanya.
Dalam kunjungan ke PT WHW tersebut, Kepala BKPM juga didampingi oleh Gubernur Kalimantan Barat Cornelis, Bupati Ketapang Martin Ratan dan Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Azhar Lubis.
PT WHW merupakan perusahaan PMA patungan dari Cayman Islands, Indonesia, Hong Kong (RRT), dan RRT yang mulai membangun pabrik pada tahun 2012 melalui dua tahapan.
Untuk tahap I realisasinya sudah mencapai sekitar 95 persen dan diharapkan dalam waktu dekat akan berproduksi komersil, sedangkan untuk tahap II diharapkan selesai pada tahun 2018.
Sementara Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Azhar Lubis menambahkan bahwa pada tahun 2015, realisasi investasi PT WHW telah berkontribusi sebesar Rp 5,4 triliun atau sebesar 23,7 persen konstribusinya terhadap realisasi investasi di Kalimantan Barat.
Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi di Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 22,8 triliun terdiri dari PMA sebesar Rp 16,7 triliun dan PMDN sebesar Rp 6,1 triliun.
Realisasi tersebut meningkat 47,1 persen dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp 15,5 trilliun. Sedangkan realisasi investasi secara nasional pada tahun 2015 mencapai Rp 545,4 triliun, meningkat 17,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp 463,1 triliun.
Realisasi investasi PMDN 15,0 persen sebesar Rp 179,5 triliun, sementara realisasi investasi PMA naik 19,2 persen sebesar Rp 365,9 triliun.
Editor : Eben E. Siadari
Partai Oposisi Korea Selatan Ajukan Mosi Pemecatan Presiden ...
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Partai-partai oposisi Korea Selatan, hari Rabu (4/12), mengajukan mosi untuk ...