Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:58 WIB | Sabtu, 05 Maret 2016

BNPB: Indonesia Butuh 1.000 Unit Sirine Tsunami

Ilustrasi: anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pariaman, Sumbar bersiap memasang sirine tanda bahaya di Masjid Raya Mangguang, Kecamatan Pariaman Utara, Rabu (18/12/2013). (Foto: Antarasumbar/Wahdi Septiawan)

JAKARTA, SATUHARAPANCOM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan Indonesia membutuhkan 1.000 unit sirine tsumani.

"Yang saat ini baru terbangun hanya 55 unit dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), dan sekitar 200 unit sirine tsunami berbasis komunitas," kata Sutopo melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat (4/3).

Sutopo mengatakan 55 unit sirine tersebut tersebar di 19 provinsi, di mana setiap sirine menjangkau radius dua kilometer persegi.

"Paling banyak berada di Bali, ada sembilan sirine kemudian di Aceh ada delapan sirine, dan Sumatera Barat ada enam," kata Sutopo.

Tentang rambu evakuasi tsunami, pihaknya melalui Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan telah memasang rambu evakuasi sesuai standar SNI dan petunjuk teknis yang dikeluarkan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang tersebar di 31 kabupaten/kota.

Rambu titik kumpul tsunami, juga tersebar di daerah pantai barat pulau Sumatera dan pesisir selatan Pulau Jawa.

"Sebanyak 340 set rambu titik kumpul tersebar di pesisir barat Pulau Sumatera, sedangkan sebanyak 300 set rambu titik kumpul tersebar di sebelah selatan Pulau Jawa," katanya.

Sebelumnya, Sutopo juga mengatakan sebagian besar alat sensor gelombang tsunami atau buoy tsunami di Indonesia mengalami kerusakan.

"Sebagian besar kerusakan buoy tsunami disebabkan vandalisme dan tidak adanya biaya operasi serta pemeliharaan di BPPT," kata Sutopo dalam konferensi pers "Update Gempa 7,8 SR dan Tsunami di Mentawai" di kantor BNBP, Jakarta, Kamis (3/3).

Menurutnya, buoy di lautan banyak dirusak oleh oknum-oknum. Misalnya buoy yang dipasang di Laut Banda pada April 2009, pada September 2009 rusak dan hanyut ke utara Sulawesi.

"Untuk diketahui, harga satu unit buoy buatan Amerika Serikat Rp 7 miliar sampai Rp 8 miliar, sedangkan buatan Indonesia Rp 4 miliar," katanya.

Dari 21 buoy tsunami yang dibangun di Indonesia, terdiri atas delapan unit dari Indonesia, Jerman 10 unit, Malaysia satu unit, dan Amerika Serikat dua unit sudah tidak ada yang beroperasi.

"Tidak adanya biaya pemeliharaan dan operasi menyebabkan buoy tidak berfungsi. Kondisi ini menyulitkan untuk memastikan apakah tsunami benar terjadi di lautan atau tidak," katanya.(Ant)

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home