Loading...
RELIGI
Penulis: Melki Pangaribuan 16:59 WIB | Selasa, 11 Februari 2020

BPIP-Alkhairaat Bahas Pembangunan Desa Pancasila Sulteng

Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo, Ruang Mediasi Indonesia dan Speaker M Ridha Saleh, Penulis Sekaligus Motivator Dedi Mahardi dan Sekretaris Jenderal PB Alkhairaat Ridwan Yalidjama, membahas mengenai pembangunan desa Pancasila berlangsung di Kantor PB Alkhairaat Jalan Sis Aljufri Kompleks Alkhairaat, di Palu, Senin. (Foto: Antara/HO/Istimewa)

PALU, SATUHARAPAN.COM - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bersama Pengurus Besar (PB) Alkhairaat mulai membahas mengenai pembangunan Desa Pancasila di Sulawesi Tengah (Sulteng).

Gagasan mengenai Desa Pancasila dibahas oleh Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo, Ruang Mediasi Indonesia dan Speaker M Ridha Saleh, penulis sekaligus motivator Dedi Mahardi dan Sekretaris Jenderal PB Alkhairaat Ridwan Yalidjama, berlangsung di Kantor PB Alkhairaat Jalan Sis Aljufri Kompleks Alkhairaat di Kota Palu, Senin (10/2).

Dalam diskusi itu, Antonius Benny Susetyo menjelaskan salah satu tujuan Desa Pancasila adalah untuk mengembalikan kebudayaan dan kemandirian masyarakat.

"Adanya Desa Pancasila ini adalah untuk mengembalikan lagi prinsip gotong royong, kemandirian masyarakat, dan saling mengasihi satu sama lain. Selain itu, masyarakat juga bisa membuat lagi pusat-pusat kebudayaan sebagai kekuatan bangsa," kata Benny.

Selain itu, Benny menegaskan harus ada campur tangan pemerintah dalam menangani hal ini, dengan tujuan agar lebih tertata dan terorganisir dengan baik.

“Dengan adanya campur tangan pemerintah dalam hal ini adalah BUMN diharapkan dapat membina keterampilan masyarakat dengan layak dan hasilnya nanti bisa dirasakan secara nasional, bahkan go internasional. Hal ini tentunya akan membuat kesejahteraan masyarakat juga semakin baik," ujar dia.

M. Ridha Saleh juga menjelaskan hal senada bahwa kementerian/lembaga terkait harus turun tangan dalam gerakan Desa Pancasila ini dan dalam hal ini Alkairaat seharusnya menjadi salah satu pioner di dalamnya.

"Gerakan Desa Pancasila ini harus ada perhatian khusus dari kementerian/lembaga terkait. Hal ini agar lebih terfokus dan tentunya dana dan sumber daya manusia yang tersedia dipergunaakan secara optimal,” kata Ridha.

Menurut Ridha Saleh, dengan adanya Desa Pancasila ini seharusnya bisa mengembalikan identitas bangsa. Selain itu, desa yang menjaga kearifan lokal dan toleransi dengan sesama adalah ciri dari nilai-nilai Pancasila yang terimplementasikan.

“Membumikan Pancasila sama dengan mengembalikan identitas bangsa. Dengan cara membumikan Pancasila langsung kepada masyarakat ini akan memperkuat kearifan lokal, keadilan, dan budaya. Semua ini bisa didorong dengan gerakan masyarakat Pancasila,” ujar Ridha.

Pembicara, penulis, sekaligus motivator Dedi Mahardi juga menjelaskan perlunya gerakan Desa Pancasila ini. Hal ini disebabkan budaya dan agama seakan tergadaikan.

Kepatuhan terhadap hukum dan kerukunan sudah memudar dan terjadi penyimpangan di mana-mana. katanya.

“Kondisi bangsa ini sekarang seakan budaya dan agama tergadai. Padahal budaya itu berada di atas adab dan etika. Keadaan sekarang kepatuhan masyarakat terhadap hukum dan kerukunan sudah memudar, bahkan penyimpangan dan intoleransi telah terjadi dimana-mana," ujar dia.

Sementara PB Alkhairaat, sebut Ridwan Yalidjama, merespons positif gagasan membangun Desa Pancasila di Sulteng. Dalam diskusi itu, Sekjen PB Alkhairaat Ridwan Yalidjama juga menguraikan jumlah total siswa di Alkairaat mencapai lebih dari 120 ribu orang dengan tenaga pengajar sekitar 9.000 yang didominasi oleh guru honorer.

Selain itu, dalam penjelasaanya Ridwan Yalidjama menjelaskan bahwa Alkhairaat tidak akan terjerumus pada hal-hal berbau intoleransi dan radikal karena tidak sesuai dengan paham dan ajarannya.

“Alkhairaat tidak akan terjerumus pada hal-hal negatif, intoleransi, dan radikal. Karena toleransi dan kesatuan bangsa adalah hal utama. Toleransi itu sudah terjadi, bahkan sebelum indonesia ada," ucap dia. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home