Loading...
INDONESIA
Penulis: Melki Pangaribuan 13:07 WIB | Sabtu, 26 Oktober 2019

BPIP: Pancasila Inspirasi Membangun Prestasi

BPIP: Pancasila Inspirasi Membangun Prestasi
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPIP Prof. Hariyono (duduk dua dari kanan) bersama peserta dialog pentahelix "Gotong Royong Membumikan Pancasila" di Kupang, NTT, Jumat (25-10-2019). (Foto: Antara)
BPIP: Pancasila Inspirasi Membangun Prestasi
Direktur Hubungan Antarlembaga dan Kerja Sama BPIP Elfrida Herawati Siregar (Foto: Antara)

KUPANG, SATUHARAPAN.COM - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menilai implementasi Pancasila semestinya tidak cukup berhenti pada sikap toleransi, tetapi juga untuk membangun prestasi.

"Materi pelajaran Pancasila seyogianya tidak mengedepankan hafalan, tetapi pengetahuan yang menginspirasi," kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPIP Prof. Hariyono di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Jumat (25/10).

Hal tersebut disampaikannya saat Dialog Pentahelix Provinsi NTT bertema "Gotong Royong Membumikan Pancasila" yang digelar BPIP.

Dialog tersebut diikuti jajaran Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi NTT dan kabupaten/kota, unsur media, organisasi kemasyarakatan, dan perguruan tinggi.

Menurut Hariyono, Pancasila harus menjadi pengetahuan yang menginspirasi para siswa dan mahasiswa untuk menumbuhkan diri lebih berprestasi.

Sejalan dengan itu, kata dia, Pancasila sebagai pelajaran pada pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi sudah diusulkan BPIP menjadi mata pelajaran dan mata kuliah wajib lagi.

"Pancasila pada pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi sudah kami usulkan, koordinasikan. Kami kerja sama dengan Kemendikbud agar Pancasila menjadi mata pelajaran dan mata kuliah wajib lagi," katanya.

Hariyono mengatakan bahwa upaya pembumian nilai-nilai Pancasila tidak mudah dan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, tetapi harus digarap bersama seluruh elemen secara bergotong royong.

Oleh karena itu, kata dia, BPIP mengajak seluruh pemangku kepentingan, mulai pemerintah daerah, organisasi masyarakat, hingga media untuk bergotong royong membumikan Pancasila.

"Bagaimana para pelaku stakeholder yang disebut pentahelix, yakni kelompok media, ormas, pemerintah, dan perguruan tinggi bisa duduk bersama bergotong royong membuat program relevan dengan nilai-nilai Pancasila," katanya.

BPIP, kata dia, bersinergi dengan seluruh kesbangpol di seluruh Indonesia sebagai tindak lanjut koordinasi yang dilakukan dengan Kementerian Dalam Negeri.

BPIP, sehari sebelumnya, Kamis (24/10), juga telah mengumpulkan jajaran kesbangpol di regional timur Indonesia untuk mengoptimalkan pembumian Pancasila.

Pertemuan Kesbangpol Regional Wilayah Timur Indonesia yang juga mengangkat tema "Gotong Royong Membumikan Pancasila" tersebut diikuti perwakilan kesbangpol 12 provinsi.

Ancaman Pancasila Dinilai Tak Hanya Komunisme

Sementara itu, Direktur Hubungan Antarlembaga dan Kerja Sama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Elfrida Herawati Siregar, mengatakan ancaman Pancasila bukan hanya komunisme, melainkan juga ideologi-ideologi yang bertentangan dengan dasar negara itu.

"Kami ingin Pancasila itu menjadi satu-satunya ideologi. Ancaman bukan cuma komunis, ada khilafah, ada kolonialisme, kapitalisme, itu ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Pancasila," ujar Elfrida Herawati Siregar kepada Antara di Surabaya, Kamis (24/10).

Salah satu contoh, tutur dia, ancaman Pancasila yang sedang hangat dibahas adalah khilafah, yakni pandangan untuk sistem kepemimpinan umum kaum muslim yang menerapkan hukum Islam dan pengembangan dakwah.

Menurut Elfrida, daripada membicarakan khilafah lebih dalam, pihaknya lebih memilih untuk memperkuat pemahaman nilai-nilai Pancasila agar pemahaman Pancasila sebagai ideologi Indonesia yang sudah final tahan banting.

"Cinta NKRI atau cinta kepada agama, itu kan pertanyaan menjebak, kalau kita bisa membuat mereka paham mereka akan tahu jawabannya, yakni tidak perlu menjawab atau jawab cinta dua-duanya karena masing-masing berbeda posisi," ucap dia.

Sementara itu, pembahasan paham khillafah serta komunisme di perguruan tinggi telah dibatasi harus di bawah bimbingan dosen dan sebagai ilmu pengetahuan. Paham-paham yang tidak sejalan dengan Pancasila masih diperbolehkan dibahas dalam mimbar akademik sejauh berbentuk kajian.

Indonesia memiliki empat pilar kebangsaan, yakni NKRI, Pancasila sebagai ideologi bangsa, Undang-Undang Dasar NRI 1945 serta semboyan Bhineka Tunggal Ika. Empat pilar tersebut harus dipegang teguh oleh seluruh masyarakat Indonesia.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home