Brightsize Trio: dari Panggung Art|Jog 10 Menuju Tur Eropa
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kelompok musik beraliran blues asal Yogyakarta Brightsize Trio (BST), Sabtu (17/6) menyemarakkan panggung Art|Jog 10. Kelompok musik yang baru berdiri setahun lalu digawangi Endy Barqah (drum), Catur 'Yoyok' Kurniawan (bass), serta gitaris muda yang masih duduk di bangku SMKN 2 Kasihan Bantul (dulu Sekolah Menengah Musik Yogyakarta) Angga Yuda Waskita.
Meskipun baru berumur satu tahun, dengan karakter permainan yang khas dari petikan gitaris mudanya serta eksperimen drummer-nya yang kerap memasukkan unsur perkusi etnik nusantara kiprah Brightsize Trio cukup diperhitungkan di kancah musik nasional. Terbukti bulan lalu (26-27/6) kelompok musik ini diundang pada Bali Blues Festival (BBF) 2017, sebuah forum bertemunya musisi blues indonesia dan manca negara. Selain dihadiri grup musik tanah air seperti Krakatau Reunion, Gugun Blues Shelter, Balawan & Gilang Ramadhan, BBF 2017 dihadiri pula grup kenamaan dari Amerika Serikat, Crazy Horse.
Mengawali penampilannya di panggung Art|Jog 10 Sabtu (17/6) malam, BST langsung memperkenalkan bassist barunya dengan jamming guitar bass oleh Catur Kurniawan dilanjut dengan lagu "Amelia", dimana pada satu sesi lagu tersebut kedua pemain gitar BST turut memainkan perkusi band beriringan dengan permainan drum Endy secara bersamaan. Penampilan BST tahun ini di Art|Jog merupakan penampilannya yang kedua setelah tahun lalu mereka juga terlibat dalam pementasan di panggung Art|Jog.
BST melanjutkan penampilannya dengan lagu "First Step" dari album pertamanya disambung dengan sebuah lagu dari gitaris blues asal AS Steve Ray Vaughan "Tightrope". Angga Yuda yang terbiasa membawakan lagu-lagu dari grup musik Dream Theatre ataupun Pink Floyd secara apik membawakan petikan lagu "Tightrope" sekaligus menyanyikannya. Dengan usia yang masih cukup belia, Angga yang baru berusia 16 tahun bisa dikatakan sebagai musisi muda yang lengkap: memainkan gitar pada saat bersamaan menjadi lead vocal bagi BST. Olah vokalnya cukup jernih dan berkarakter sebagaimana permainan gitarnya yang cukup matang memainkan petikan-petikan blues untuk remaja seusianya.
BST menutup penampilannya dengan lagu dari album pertamanya "Merebut Hari Ini". Penampilan BST di panggung Art|Jog 10 malam itu sebagai bagian persiapan mereka untuk melakukan tur yang akan dijalani pada September 2017 selama kurang lebih tiga minggu pada 10 kota di Eropa diantaranya di Amsterdam, Madrid, Paris, dan Hamburg.
Kepada satuharapan.com setelah selesai penampilan di panggung Art|Jog 10 Sabtu (17/6) malam, drummer BST Endy Barqah menjelaskan bahwa tur Eropa yang akan dijalani BST merupakan rangkaian dari undangan beberapa festival.
"Ini (dalam waktu yang berdekatan) kita mendapat tiga undangan di tiga negara. Di Amsterdam-Belanda (Melkweg), festival musik di Hamburg-Jerman (Reeperbahnfestival), serta Madrid-Spanyol (DCODE festival). " kata Endy.
Diluar undangan festival tersebut, sekalian jalan BST mencari event lokal. Dari event lokal itulah rencananya digunakan BST untuk membiayai sebagian turnya ke Eropa. Endy menjelaskan bahwa targetnya memperkenalkan BST sebagai grup band baru dengan musik blues-nya kepada dunia internasional.
"Mereka mengundang kita karena tertarik dengan lagu-lagu blues BST yang berbahasa Indonesia dan mereka menganggap itu hal yang baru. Dalam festival tersebut, seluruh lagu yang dibawakan BST berbahasa Indonesia. Selain itu, sebenarnya kami mencoba eksperimen dengan menggunakan perkusi tradisional. Dalam latihan saya mencoba memasukkan unsur Gendang Batak serta perkusi nusantara lainnya, tapi tidak memungkinkan untuk dibawa ke tur Eropa karena keterbatasan dana yang ada." kata Endy.
BST mendapat undangan untuk terlibat dalam beberapa festival musik di Eropa melalui jaringan teman-temannya di Amsterdam. Panitia setempat menyediakan akses panggung serta penginapan pada grup musik yang diundang, sementara untuk transportasi dan biaya hidup ditanggung oleh kelompok musik bersangkutan. Sejauh ini BST terus melakukan penggalangan dana (fund rising) melalui merchandise dan album perdananya, serta mencoba mencari sponsor dan donatur.
Dengan lagu-lagu yang dibawakan keseluruhan berbahasa Indonesia, tur BST ke Eropa memiliki peran strategis sebagai sebuah komunikasi-diplomasi budaya, terlebih ketika ketertarikan panitia bermula pada keunikan karya musik blues kelompok musik BST dengan lirik berbahasa Indonesia yang itu dianggap sebagai sebuah tawaran baru di pentas musik blues dunia. Dan menjadi semakin menarik lagi ketika salah satu musisi yang terlibat relatif masih belia usia dan tercatat sebagai siswa sebuah sekolah menengah yang mampu memainkan gitar sekaligus membawakan lagu dengan sama baiknya.
Sebagai sebuah tur yang bisa dikatakan merupakan sebuah lawatan budaya, adakah yang berkenan merentangkan tangan? Dari panggung Art|Jog 10 mereka mencoba mengabarkan kepada dunia: tentang Indonesia dan bahasanya.
Siapakah Abu Mohammed al-Golani, Pemimpin Pemberontak Yang S...
ALEPPO, SATUHARAPAN.COM-Selama belasan tahun terakhir, pemimpin militan Suriah, Abu Mohammed al-Gola...