Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 12:03 WIB | Senin, 29 September 2014

Buku: Menyingkap Pemikiran Pluralisme Pdt Albertus Patty

Melintas Batas, buku karya Pdt Albertus Patty.

SATUHARAPAN.COM – “Apakah pluralisme masih mengakui ketuhanan Yesus?” adalah salah satu pertanyaan kepada Pdt Albertus Patty di tengah ia menyelesaikan bukunya ini. Bagi dia, memang pluralisme adalah soal yang agak ribet, ada pro-kontra. Melintas Batas ini menyingkap pengalaman Patty saat menggumuli pluralisme.

Teolog penggagas etika Global, Hans Kung, menekankan bahwa agama tidak bisa lagi hidup dalam sekat. Tetapi, harus mengambil peran positif dalam proses perdamaian dunia. Ini berarti agama harus berinisiatif melihat yang lain secara positif, lalu membuka diri untuk berdialog dengan siapa pun yang berbeda.

Dalam Melintas Batas, tentu saja pendeta yang akrab dengan sapaan Berti ini mengisahkan peristiwa Natal 2010 di GKI Maulana Yusuf—jemaat yang ia pimpin—tentang konser Fariz RM dan tauziah intelektual Islam, Ulil Abshar Abdalla. Tentang pro-kontra di media dan tanggapan jemaat yang lebih kalem.

Lalu, apakah sebenarnya pluralisme? Pluralisme adalah respons positif manusia terhadap realitas majemuk (hlm 51). Dalam hal ini kontribusi Diana L. Eck, guru besar perbandingan agama Universitas Harvard mengungkapkan tiga aspek pluralisme.

Pertama, pluralisme bukan sekadar realitas keberagaman atau kemajemukan. Lebih dari itu pluralisme adalah penghayatan dan dengan melakukan pertemuan atau keterlibatan di antara umat berbagai agama.

Kedua, pluralisme memiliki makna lebih dalam daripada toleransi. Pluralisme menitik-beratkan pada upaya aktif untuk melakukan komunikasi.

Dan ketiga, Diana L Eck mengingatkan bahwa pluralisme berbeda dengan relativisme. Dengan kata lain, pluralisme tidak mengeliminasi komitmen iman.

Dalam Melintas Batas juga ditegaskan sumber inspirasi pluralisme Berti, Eka Darmaputera. Mendiang Eka, pendeta yang pandangannya sangat memengaruhi  gereja-gereja di Indonesia dan terutama jemaat sinode GKI, mengungkapkan bahwa pluralisme dipahami sebagai relasi yang pro-eksistensi kreatif. Suatu situasi saat semua umat beragama saling berhubungan dalam kemanusiaan, melaksanakan tugas dalam kebersamaan timbal balik, untuk meraih tujuan bersama, yaitu kesejahteraan bagi dan demi semua orang.

Bukan Amanat Agung, Melainkan Amanat-amanat Agung

Bagian yang juga penting dalam buku ini adalah interpretasi baru atas ayat yang dikenal umat Kristen sebagai ‘Amanat Agung’, Matius 28:19, “Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Apakah itu berarti panggilan untuk memperbanyak jumlah orang Kristen?

Menurut Krister Stendahl, guru besar Harvard Divinity School, penulis Matius menulis tentang misi dalam konteks gereja berada pada posisi minoritas. Walaupun kecil, umat Kristen harus memberi pengaruh positif sekecil apa pun. Berdasarkan itu mendiang Stendahl menegaskan orang Kristen harus menjadi garam dunia.

Dalam Melintas Batas, doktor dari Pittsburgh Theological Seminary ini menekankan bahwa tugas gereja bukan hanya Matius 28:19, tunggal, melainkan tugas plural. Membantu orang miskin, memberi makan yang lapar, membela yang tertindas, adalah tugas utama yang Tuhan amanatkan kepada gereja (Mat. 25:31-46). Jadi, misi gereja masa kini bukan hanya amanat agung, melainkan juga amanat-amanat agung.

Buku ini menarik karena pemikiran diskursif yang menantang iman kita. Selamat membaca.

Judul: Melintas Batas – Argumen Teologis & Pluralisme untuk Aksi
Penulis:  Albertus M Patty
Penerbit: Grafika KreasIndo
Tebal: 156 halaman

Pemikiran lainnya Pdt Albertus Patty dapat Anda baca di artikel berikut


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home