Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:57 WIB | Rabu, 06 Maret 2019

Data Terkini Kualitas Udara Kota-kota di Seluruh Dunia

Ilustrasi. Jakarta mendapat peringkat sepuluh besar sebagai ibu kota negara dengan kualitas udara terburuk di dunia. (Foto: greenpeace.org)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – AirVisual mengumpulkan data terbaru tentang polusi dari sumber pemantauan publik untuk melaporkan status kualitas udara dunia pada tahun 2018, dengan fokus data yang telah dipublikasikan kepada masyarakat secara real-time, demikian rilis yang dilansir situs greenpeace.org, pada Selasa (5/3).

Penelitian itu, antara lain bersumberdari jaringan pemantauan pemerintah, serta pengukuran dari monitor kualitas udara IQAir AirVisual yang dioperasikan oleh individu, peneliti, dan LSM.

Data WHO menunjukkan, 9 dari 10 orang menghirup udara yang mengandung polutan tingkat tinggi. Polusi udara luar ruangan menjadi penyebab utama kematian dini di dunia ke-4, dan kerugian ini diperkirakan membebani ekonomi global dengan biaya tahunan yang tidak sedikit yaitu sebesar 225 miliar USD (Rp3.179 triliun).

Laporan tersebut menunjukkan, lebih dari 3000 kota, 64 persen, yakni 10 mikrogram/m3 untuk partikel halus, lebih tinggi dari pedoman batas aman paparan polusi yang ditetapkan WHO yakni  PM2,5.

Setiap kota yang telah diukur yakni Timur Tengah dan Afrika melebihi pedoman itu, sementara 99 persen kota di Asia Selatan, 95 persen kota di Asia Tenggara, dan 89 persen kota di Asia Timur juga melampaui level itu.

Namun menurut WHO masih banyak wilayah yang tidak memiliki informasi mengenai kualitas udara publik terkini, dan sangat tidak terwakili dalam laporan ini, bahkan jumlah kota yang melebihi ambang PM2,5, diperkirakan akan jauh lebih tinggi.

Karena itu, diperlukan lebih banyak pemantauan kualitas udara untuk wilayah di dunia, yang belum memiliki akses tersebut.

Informasi kualitas udara publik yang real time sangat penting, tidak hanya untuk memberdayakan populasi untuk merespons kondisi saat ini dan melindungi kesehatan manusia, tetapi juga merupakan landasan dalam menghasilkan kesadaran publik dan tindakan untuk memerangi polusi udara dalam jangka panjang.

Sebab itu, Greenpeace menyerukan kepada pemerintah untuk memperluas dan memperbaiki pemantauan kualitas udara dan akses ke data kualitas udara. Tetapkan target dan jadwal, dan buat rencana aksi agar diperoleh kualitas udara ke level yang baik sesegera mungkin.

Selain itu, juga mengurangi emisi pencemar udara dengan cepat di daerah-daerah yang memiliki kualitas udara yang buruk, dengan beralih ke sumber energi terbarukan yang bersih dan sistem transportasi berkelanjutan, dan memperkuat standar emisi dan penegakan untuk pembangkit listrik, industri, kendaraan dan sumber emisi utama lainnya.

Jakarta dan Hanoi adalah dua kota paling tercemar di Asia Tenggara, sementara Samut  Sakhon, sebuah provinsi di dekat Bangkok, berada di peringkat ketiga. Dengan kualitas udara Beijing yang semakin baik, Jakarta berisiko segera menyusul beberapa kota besar di China yang terkenal tercemar, karena tingkat pencemaran 2018 di Jakarta hanya sekitar 12 persen lebih rendah daripada di Beijing. Tiga dari lima tempat paling tercemar adalah di Thailand.

Paparan polusi dapat meningkatkan risiko penyakit seperti kanker paru-paru, stroke, serangan jantung dan penyakit pernapasan, termasuk gejala asma. Rata-rata harapan hidup global turun 1,8 tahun karena polusi udara, dengan kata lain, jika semua orang memiliki udara bersih, kita akan hidup rata-rata 1,8 tahun lebih lama .

Misalnya, untuk anak-anak yang tinggal di Beijing, Jakarta, dan Hanoi, polusi udara meningkatkan risiko kematian akibat infeksi saluran pernapasan hingga 40 persen dan serangan asma hingga 20 persen. Untuk orang dewasa, risiko kanker paru-paru meningkat 25-30 persen dan risiko stroke berlipat ganda .

Berdasarkan laporan pada tahun 2018, Jakarta mendapat peringkat sepuluh besar sebagai ibu kota negara dengan kualitas udara terburuk di dunia, dengan perincian, Jakarta Selatan mencapai 42,2 mikrogram/m3 dan Jakarta Pusat mencapai 37,5 mikrogram/m3. Dengan kata lain, Jakarta mencapai empat kali lipat yaitu sebesar 10 mikrogram/m3, di atas batas aman tahunan menurut standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home