Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 14:25 WIB | Rabu, 03 Juli 2019

“Datjin”, Mengukur dan Menimbang secara Manual

“Datjin”, Mengukur dan Menimbang secara Manual
Pameran alat ukur dan timbangan "Datjin" berlangsung 2-11 Juli 2019 di Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto No 2 Yogyakarta. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
“Datjin”, Mengukur dan Menimbang secara Manual
Toonbankbascule atau biasa disebut timbangan kodok dengan kapasitas 10 kg dan 15 kg.
“Datjin”, Mengukur dan Menimbang secara Manual
Bandul timbangan dalam berbagai ukuran berat mulai dari 5 kiligram hingga 27,5 kg (paling kiri).
“Datjin”, Mengukur dan Menimbang secara Manual
Pita korelasi/rondo yang digunakan untuk mengukur dan memperkirakan berat ternak besar.
“Datjin”, Mengukur dan Menimbang secara Manual
Berbagai alat ukur panjang-skala.
“Datjin”, Mengukur dan Menimbang secara Manual
Alat timbang gantung (atas) dan alat timbang duduk (bawah).

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mengawali semester kedua tahun 2019, Bentara Budaya Yogyakarta menggelar pameran seri lawasan bertajuk “Datjin”. Pameran koleksi alat ukur dan timbangan kuno itu dibuka oleh kolektor benda kuno Sumadi, Selasa (2/7) malam.

Datjin mengadopsi dari kata daatse (Belanda) merujuk pada sebuah alat timbang yang pada masa lalu dikenal dengan sebutan timbangan dacin/dacing. Alat timbang tersebut banyak ditemui di pasar-pasar tradisional untuk menimbang barang jualan seperti beras, jagung, daging, serta barang dagangan lain. Prinsip timbangan cukup sederhana. Barang yang ditimbang diletakkan berseberangan dengan bandul pemberat. Dalam posisi yang setimbang, berat benda yang ditimbang setara dengan berat bandul/pemberat yang memiliki ukuran berat tertentu.

Di Indonesia, timbangan dan ukuran sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha, seperti yang terpahat dalam relief Candi Borobudur. Adanya perbedaan cara mengukur, bentuk timbangan, maupun satuan ukuran kerap membuat perselisihan pada masa itu, contohnya 1 pikul di Jawa berbeda dengan 1 pikul di Sumatera. Praktik yang berlaku pun sampai saat ini pun masih ditemukan misalnya pembelian beras-jagung eceran dalam ukuran liter ataupun kilogram.

Pada tahun 1621 saat Gubernur Jenderal JP Coen berkuasa, diperkenalkan alat ukur berat bernama Daatse atau Dacing, dengan memberikan kewenangan hak untuk membuat dan menyebarkan alat ukur ini kepada para mayor atau pemuka bangsa Cina di Batavia. Pada awal mendatangkan alat-alat ukur dari daratan Cina dengan bahan kayu hitam.

Baru pada tahun 1923 alat ukur ini diperbarui dengan datangnya timbangan-timbangan buatan Eropa dengan bentuk dan gunanya bermacam-macam.

Di beberapa tempat, masyarakat menyebut timbangan yang sering dipakai di pasar-pasar tradisional (Toonbankbascule) dengan sebutan timbangan kodok. Kapasitas timbang sesuai ukuran besar timbangan mulai dari 1 kg hingga 15 kg. Untuk keperluan penimbangan yang lebih berat digunakan jenis timbangan gantung dan timbangan duduk dengan kapasitas timbang mulai dari puluhan kilogram hingga ratusan kilogram.

Alat timbang banyak dpakai untuk berbagai keperluan sehingga bandul ukur yang digunakan disesuaikan kebutuhan mulai dari berat dalam besar gram hingga puluhan kilogram. Penjual emas dan logam mulia menggunakan bandul ukur dalam ukuran gram berbentuk potongan lempeng logam. Alat timbang pada masa lalu juga digunakan untuk keperluan menghitung berat benda pos (surat, paket barang) yang akan dikirimkan oleh masyakarat.

Alat Ukur Lain

Selain alat timbang (timbangan) untuk mengetahui berat benda, dipamerkan pula alat ukur untuk mengetahui panjang serta volume benda. Pedagang kain menggunakan sebatang kayu dalam ukuran tertentu untuk mengukur panjang kain yang akan dibeli konsumen.

Untuk keperluan yang lebih kompleks, pengukuran jarak digunakan alat theodolit. Sementara mistar skala digunakan untuk mengukur ketinggian permukaan air pada sebuah sungai, waduk, atau bendungan. Untuk mengetahui estimasi berat badan ternak besar ruminansia dengan mengukur lingkar dada ternak tersebut dengan menggunakan pita korelasi/rondo.

Material bandul, alat ukur panjang, serta skala, dibuat dari bahan yang kuat, awet, relatif tidak mengalami perubahan bentuk, berat, dan ukuran, sehingga dipilih bahan-bahan berasal dari logam dan kayu yang memiliki pemuaian kecil.

Sejak zaman dahulu manusia mencoba membuat alat ukur. Artefak tertua tentang pengukuran adalah sebuah gambar pada lembaran kertas papirus Mesir Kuno yang menggambarkan sebuah alat timbang yang sederhana tetapi prinsipnya hampir sama dengan timbangan emas masa kini yang biasa disebut dengan Traju.

Dalam mitos Yunani, dewi keadilan atau Themis digambarkan dalam bentuk perempuan, matanya tertutup kain, tangan kirinya memegang timbangan dan tangan kanan memegang pedang untuk menyampaikan pesan hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Mitologi Yunani horoskop Libra digambarkan dengan gambar timbangan.

Setidaknya ada dua hal terkait ukuran-timbangan yang perlu diperhatikan masyarakat, yakni konversi satuan yang bersifat lokal-regional maupun nasional yang memiliki ukuran yang tidak sama, serta peneraan (kalibrasi) agar presisi penimbangan-pengukuran sesuai dan benar yang dilakukan oleh lembaga resmi balai-lembaga metrologi pemerintah.

Pameran alat ukur dan timbangan "Datjin" berlangsung 2-11 Juli 2019 di Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto No 2 Yogyakarta.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home