Daun Sendok untuk Pengobatan Gastrointestinal
SATUHARAPAN.COM - Tak banyak orang mengetahui tumbuhan daun sendok. Sesuai namanya, tumbuhan dari famili Plantaginaceae itu berbentuk kumpulan daun menyerupai sendok.
Tumbuhan daun sendok tumbuh di tepi jalan, parit, padang rumput, ladang pertanian, halaman, kadang-kadang saja dibudidayakan. Terkadang juga tumbuh liar di hutan, atau halaman berumput yang agak lembap. Tumbuhan ini dianggap gulma di perkebunan teh dan karet.
Tersebar luas di seluruh dunia dan sudah dimanfaatkan orang sebagai obat herbal, tetap saja tidak banyak orang mengenal manfaat daun sendok bagi kesehatan. Ramuan obat daun sendok, dikutip dari globalhealingcenter.com, mampu menyembuhkan luka, luka karena sengatan, penyembuhan dan mencegah infeksi luar dan dalam tubuh.
Daun sendok yang bernama ilmiah Plantago major, adalah satu dari sembilan ramuan suci yang disebutkan dalam Lacnunga kuno, kumpulan teks medis Anglo-Saxon. Selama tahun 1500-an dan 1600-an, daun ini digunakan oleh orang Eropa untuk segala hal mulai dari mengobati gigitan anjing, bisul sampai demam, dan flu.
Komponen utama daun sendok adalah adalah glikosida iridoid (terutama aucubin), lendir, dan tanin. Bersama-sama, komponen-komponen itu dipercaya dapat mengurangi iritasi, dan meluruhkan dahak.
Masyarakat Meksiko menggunakan daun sendok untuk pengobatan gastrointestinal. Ardiana Kurniawati dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, meneliti perbandingan daya hambat ekstrak daun sendok (Plantago major) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara in vitro.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekstrak daun sendok memiliki manfaat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Kedua bakteri itu menyebabkan terjadinya infeksi saluran pencernaan, misalnya diare.
Studi in vitro lain dilakukan oleh Wiwin Nur Azizah dari Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa infus daun sendok memiliki pengaruh manfaat dan khasiat terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri Shigella dysentriae, bakteri penyebab disentri. Hal tersebut disebabkan dari adanya kandungan aucubin dalam daun sendok yang secara farmakologi memiliki manfaat sebagai antidisentri.
Pemerian Botani Tanaman Daun Sendok
Daun sendok, dikutip dari ums.ac.id, tumbuh baik di daerah yang agak lembap dan berkembang biak dengan biji (Sudarsono dkk., 2002).
Tumbuhan ini merupakan herba, perennial, dengan tinggi 0,06-0,08 cm. Batangnya tegak, daun tunggal, bertangkai, bentuk bulat telur terbalik sampai lanset melebar atau sudip, dengan tepi rata atau bergerigi kasar (tidak beraturan), permukaan licin atau tegak berambut, ujung membulat, tumpul atau runcing, daun berwarna hijau.
Bunganya bunga banci, dalam susunan majemuk bulir, silindris. Kelopak bersegmen oval memanjang, ujung tumpul atau agak runcing, tanpa penyangga. Mahkota bersegmen tanpa lengkungan pangkal. Benang sari 4, tertancap di pertengahan tabung mahkota atau lebih tinggi, tangkai sari putih atau putih kekuningan. Buah berbentuk lonjong-bulat memanjang. Biji 1-4 setiap ruang buah, 4-21 biji perbuah, berlendir atau basah, berwarna hitam (Sudarsono dkk., 2002).
Menurut Wikipedia, tumbuhan ini memiliki nama binomial Plantago major. Tumbuhan ini memiliki banyak nama lokal. Nama terbanyak ditemukan di Jawa, yakni ki urat ceuli, ceuli uncal (bahasa Sunda), meloh kiloh, otot-ototan, sangka buwah, sangka buah, sangkuwah, sembung otot, suri panduk (bahasa Jawa).
Di Sumatera, tumbuhan ini dikenal sebagai daun urat, daun urat-urat, ekor angin, dan kuping menjangan (bahasa Melayu). Sedangkan di Sulawesi, disebut torongoat (bahasa Minahasa, Sulawesi Utara).
Tanaman ini berasal dari Eropa, Asia Utara, dan Asia Tengah, yang kemudian berkembang ke seluruh dunia.
Sebuah lembaga yang mengurus obat-obatan dan makanan di Jerman, serupa dengan FDA Amerika Serikat, dikutip dari globalhealingcenter.com, juga menggunakan ramuan herbal dalam pengobatan mereka, dan telah menyetujui penggunaan internal daun sendok untuk mengurangi batuk dan iritasi pada selaput lendir yang terkait dengan infeksi saluran pernapasan bagian atas.
Mereka menemukan, penelitian eksperimental telah mengkonfirmasi bahwa daun sendok dapat membantu mengurangi iritasi jaringan paru-paru yang menyebabkan ketidaknyamanan. Ini juga bisa membantu menstimulasi sistem kekebalan tubuh. Mereka merekomendasikan daun sendok untuk batuk iritasi kronis moderat, terutama untuk anak-anak.
Dua uji klinis di Bulgaria mendokumentasikan ramuan tanaman daun sendok untuk bronkitis kronis. Daun sendok juga dapat mengobati batuk yang disebabkan oleh flu, dingin, dan iritasi. Karena demulcents dapat menyebabkan produksi lendir lebih banyak di paru-paru, daun sendok lebih sering digunakan untuk meringankan batuk kering.
Sebuah studi yang dilakukan di Taiwan, menyebutkan daun sendok digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit menular yang berkaitan dengan saluran pernapasan, juga saluran kemih, dan saluran pencernaan.
Penelitian yang dilakukan oleh sebuah universitas di Brasil menemukan bahwa tiga tanaman dari keluarga Asteraceae, termasuk tanaman Plantago, memiliki beberapa tingkat aktivitas melawan organisme berbahaya, termasuk ragi. Para peneliti percaya, hal itu menjelaskan penggunaannya untuk banyak penyakit menular dalam pengobatan rakyat Brasil.
Manfaat Herbal Tanaman Daun Sendok
Menurut Wikipedia, sebagai tumbuhan obat, daun sendok dapat digunakan sebagai antiradang, melancarkan air kemih, peluruh dahak, menghentikan batuk, memperbaiki penglihatan dan menormalkan aktivitas hati yang berlebihan.
Kandungan kimia daun sendok di antaranya flavonoid dan polifenol. Daunnya mengandung vitamin C, asam sitrat dan tanin. Kandungan tanin pada daun sendok diperkirakan mempunyai efek sebagai astrigen sehingga dapat mengurangi diare dengan menciutkan selaput lendir usus.
Menurut studi, manfaat dan khasiat daun sendok mengandung senyawa kimia aktif aucubin (antimikroba), tanin, aucubin, dan flavonoid-senyawa antibakteri, antiperadangan, dan antialergi. Juga senyawa allantoin untuk merangsang pertumbuhan sel dan regenerasi jaringan, dan lendir untuk mengurangi rasa sakit.
Senyawa tanin, aucubin, dan flavonoid (apigenin) dalam daun sendok, merupakan senyawa yang memiliki efek antibakteri. Selain memiliki aktivitas antibakteri, daun sendok juga mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antialergi karena dari adanya kandungan flavonoid, katalpol, aucubin, dan tanin.
Eka Hastuti dari jurusan farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, meneliti ekstrak etanol daun sendok yang mempunyai efek antidiare. Berdasarkan penelitiannya, kandungan tanin pada daun sendok diperkirakan mempunyai efek sebagai astrigen sehingga dapat mengurangi diare dengan menciutkan selaput lendir usus. Dari hasil penelitian ia menyimpulkan ekstrak etanol daun sendok mempunyai efek antidiare.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Febby E Kandau , E Marthaenus, J Rumondor, dan Agustina M Tangapo dari FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado. Dalam laporan yang berjudul “Efektivitas Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Daun Sendok terhadap Pseudomonas aeruginosa eugenia”, hal 131-139, yang diterbitkan pada Eugenia tahun 2009, disebutkan daun sendok memiliki aktivitas antibakteri, seperti bakteri Pseudomonas aeruginosa, bakteri yang mampu menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan dan endokarditis.
Penelitian lain dilakukan tim dari bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM. Mereka melakukan uji aktivitas ekstrak daun sendok dalam menghambat reaksi anafilaksis yang diperantarai sel mast.
Hasil penelitian menunjukkan baik ekstrak etanol Plantago major L, maupun n-heksana dapat menghambat reaksi anafilaksis sistemik. Namun, ekstrak etanol Plantago major L. mempunyai potensi yang lebih besar dibandingkan ekstrak n-heksana.
Tim peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, meneliti efek hepatoprotektif ekstrak etanol daun sendok pada tikus model hepatotoksik. Hepar merupakan organ yang berisiko mengalami kerusakan akibat berbagai obat maupun bahan kimia lingkungan yang masuk ke dalam tubuh dan dapat menimbulkan gangguan metabolisme dan homeostasis sistemik.
Penelitian tim Unsoed itu bertujuan untuk menganalisis efek pemberian ekstrak etanol daun sendok terhadap penurunan volume, massa, dan perbaikan gambaran histopatologi hepar tikus Wistar (Rattus norvegicus) model hepatotoksik. Hasilnya menunjukkan pemberian ekstrak etanol daun sendok menurunkan massa dan volume hepar, serta memperbaiki gambaran histopatologi hepar tikus model hepatotoksik secara bermakna.
Dr dr Eman Sutrisna MKes dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto melakukan kajian lebih dalam, menjadikan daun sendok topik disertasinya. Melalui penelitiannya dokter Eman menemukan antikanker dari daun sendok, terutama terhadap kanker yang mungkin terjadi karena induksi suatu obat. Melalui pengujian, ternyata ekstrak daun sendok tersebut dapat menghambat overekspresi gen Regenerating 1.
“Secara normal, saat lambung terkena hipergastrinemia mengkonsumsi obat tertentu maka gastrin mengatur sekresi asam lambung, namun apabila terjadi overekspresi gen Reg 1 maka dapat menjadi metaplasia yang merupakan awal gejala kanker,” ia menjelaskan. Daun sendok dalam hal ini berfungsi sebagai penghambat overekspresi gen Reg 1. “Hasil ekstrak dalam dosis 100 mg bisa menghambat overekspresi gen Reg1,” katanya, seperti dilansir situs unsoed.ac.id.
Selain sebagai penghambat overekspresi, dari hasil penelitian dokter Eman juga diketahui bahwa daun sendok memungkinkan sebagai kemoteraupetik kanker.
Editor : Sotyati
RI Evakuasi 40 WNI dari Lebanon via Darat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengevakuasi 40 Warga ...