Loading...
DUNIA
Penulis: Eben Ezer Siadari 18:10 WIB | Selasa, 16 Juni 2015

Demam Yoga di India Cemaskan Warga Muslim dan Kristen

Sebuah sesi pagi para praktisi yoga di di New Heldi pada 13 Juni 2015, beberapa hari menjelang Hari Yoga Internasional yang jatuh pada 21 Juni 2015 (Foto:reuters)

NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM – Upaya Perdana Menteri Narendra Modi untuk menjadikan yoga sebagai ekspor budaya khas India telah memicu kebanggaan besar di kalangan nasionalis Hindu yang jadi sekutunya, tetapi membuat kelompok agama minoritas merasa terpinggirkan.

Sebagai seorang pencinta dan praktisi Yoga, Modi telah membentuk sebuah kementerian yoga tahun lalu. Ia juga mendekati Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar menjadikan tanggal 21 Juni sebagai Hari Internasional Yoga. PBB telah memberikan persetujuannya Desember lalu,  dan untuk pertama kalinya Hari Internasional Yoga akan dirayakan di New Delhi pada hari Minggu 21 Juni ini dengan sebuah even raksasa. Sekolah-sekolah dianjurkan untuk ambil bagian.

"Setelah angka nol, ini merupakan kontribusi terbesar India ke masyarakat," kata Anil Ganeriwala, Sekretaris Kementerian Yoga. "Ini adalah simbol dari kekayaan budaya kita."

Kementerian itu mengatakan yoga "secara luas dianggap sebagai 'hasil budaya abadi' dari peradaban lembah Indus Saraswati," yang sudah ada sejak 2.700 tahun sebelum Masehi (SM).

Kelompok nasionalis Hindu, termasuk Bharatiya Janata Party(BJP) dan induk ideologinya, Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), mengatakan mereka ingin membangkitkan kejayaan masa lalu India, konsep yang didasarkan antara campuran sejarah dan mitos Hindu.

"Yoga adalah bagian dari warisan budaya India kuno," kata Manmohan Vaidya, seorang juru bicara RSS. "Dengan merayakan yoga pada skala massal kita memvalidasi masa lalu kita yang mulia."

Demam yoga  muncul di tengah kekhawatiran di antara kelompok agama minoritas bahwa BJP dan sekutu sayap kanannya mencoba untuk mengubah India dari negara sekuler ke negara Hindu.

Kekhawatiran yang paling kentara muncul dari kelompok minoritas Muslim. Mereka mengatakan langkah untuk mempromosikan yoga adalah cara untuk menyiapkan kebanggaan Hindu dan meminggirkan 175 juta Muslim di negara tersebut. Partai oposisi utama Kongres India juga telah menyerang acara Yoga sebagai gimmick politik.

"Ini adalah kampanye untuk menegakkan ritual Hindu pada semua non-Hindu," kata Abdul Rahim Qureshi, asisten sekretaris jenderal dari All India Muslim Personal Law Board.

Walaupun beberapa kalangan Muslim liberal telah bergabung membela yoga dan mengatakan itu adalah bagian dari warisan India, yang lain percaya bahwa  anak-anak sekolah kini sedang menjadi sasaran program "saffronisation" dari BJP.  All India Muslim Personal Law Brand telah telah memutuskan untuk meluncurkan kampanye nasional pada hari Minggu ini menentang setiap langkah untuk membuat yoga wajib di sekolah-sekolah.

"Ini  tidak bisa dipaksakan,  Muslim hanya menyembah Allah," kata Abdul Rahim Qureshi.

Kalangan Kristen India tampaknya masih terbelah. Sejumlah kalangan dapat menerima yoga bahkan seorang pastor Katolik yang sangat menggemari yoga, berkata bahwa Yesus adalah yogi tertinggi. “Bagi saya Yesus adalah yogi paling tinggi, karena dia berbicara tentang menyatu dengan Allah," kara pastor itu yang bernama, Joseph Pereira, berasal dari Mumbai.

Namun, kalangan Kristen garis keras menolaknya.

Sementara itu, Konferensi  Uskup Katolik India atau The Catholic Bishops Conference of India (CBCI), organisasi Imam Katolik tertinggi di India, menyatakan tidak menolak yoga. Namun, mereka tidak senang atas keputusan pemerintah Narendra Modi untuk menjadikan Hari Internasional Yoga pada 21 Juni, karena hari itu adalah hari Minggu dan "hari suci" untuk Kristen di negara itu.

"Gereja tidak menentang yoga tetapi beribadah di gereja pada hari Minggu tidak bisa dikompromikan," kata Presiden CBCI Uskup Agung Baselios Cleemis.

"... Adalah menyedihkan bahwa peristiwa penting seperti itu dilakukan hari Minggu. Hari Minggu adalah hari kudus bagi umat Kristen. Melakukan hal itu pada hari Minggu akan bertentangan dengan iman."

Diusulkan jadi Kurikulum Wajib

Setiap pagi ketika di bungalow resminya, Modi duduk bersila di atas tikar kapas untuk yoga dan meditasi. Dia menghabiskan 20 menit di kamarnya menghadap rumput terawat dan pohon-pohon palem.

"Selama beberapa tahun yoga telah menjadi cara dirinya untuk merapikan pikirannya menjelang jadwal melelahkan," kata seorang pembantunya.

Beberapa pendukung yoga berpendapat bahwa yoga merupakan latihan yang melampaui agama, dan adalah salah bila Muslim menentang pemerintah yang menggalakkan yoga.

Yogi Adityanath, seorang pendeta Hindu yang kini menjadi legislator BJP terkemuka, mengatakan pekan lalu kelompok minoritas yang menentang Yoga harus pergi meninggalkan negara India atau tenggelam sendiri di laut.

RSS tahun lalu mengeluarkan resolusi yang menyerukan yoga dijadikan pelajaran wajib sekolah-sekolah dan universitas.

Rafiq Ali, seorang administrator di sekolah Muslim di Delhi, mengatakan sekolahnya baru-baru ini memperkenalkan yoga dalam kurikulum dan setidaknya 350 siswa Muslim mengambil pelajaran setiap minggu.

"Kami mengajarkan yoga tetapi telah mengeluarkan doa dan nyanyian Hindu," kata Ali, mengacu pada "Om", nyanyian Hindu yang dikumandangkan selama menjalankan Yoga.

"Mengapa harus menutupnya dengan doa Hindu?" Ali mengatakan. "Pemerintah bisa mengakhirinya dengan lagu kebangsaan jika mereka percaya yoga milik India." (reuters.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home