Demonstran di Hong Kong Bentrok dengan Polisi
HONG KONG, SATUHARAPAN.COM-Polisi Hong Kong menembakkan gas air mata pada hari Minggu (19/1) di sebuah taman umum yang dipenuhi ribuan pemrotes yang menyerukan reformasi dalam pemilihan umum dan pemboikotan Partai Komunis Tiongkok.
Dengan menggunakan pakaian hitam dan topeng wajah khas mereka, para peserta rapat umum berkumpul di Chater Garden, tidak jauh dari gedung Dewan Legislatif wilayah China. Mereka mengacungkan spanduk bertuliskan "Bebaskan Hong Kong" dan mengibarkan bendera Amerika Serikat dan Inggris.
Bekas koloni Inggris itu dikembalikan ke China pada tahun 1997. Sementara kerangka kerja “satu negara, dua system” menjanjikan kota itu lebih banyak hak-hak demokratis daripada yang diberikan kepada wilayah daratan. Para pengunjuk rasa mengatakan kebebasan mereka terus terkikis di bawah Presiden China, Xi Jinping, menurut laporan AP.
Gesekan antara warga Hong Kong yang berpikiran demokrasi dan pemerintah pusat yang dikuasai Partai Komunis di Beijing mengemuka pada Juni lalu, ketika undang-undang ekstradisi yang diusulkan memicu demonstrasi massa berbulan-bulan.
RUU itu, yang akan memungkinkan warga Hong Kong untuk dikirim dan diadili di China daratan, telah ditarik oleh tekanan protes. Namun demikian protes terus berlanjut selama lebih dari tujuh bulan, berpusat di sekitar tuntutan untuk hak suara dan penyelidikan independen terhadap perilaku polisi.
Sementara protes dimulai dengan damai, mereka semakin turun ke dalam kekerasan setelah demonstran menjadi frustrasi oleh tanggapan pemerintah. Mereka merasa bahwa pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, mengabaikan tuntutan mereka dan menggunakan polisi untuk menekan mereka.
Demonstran secara rutin melemparkan batu bata dan bom molotov ke polisi anti huru-hara yang merespons dengan gas air mata, peluru karet dan, pernah juga tembakan langsung dengan peluru tajam.
Bulan-bulan kerusuhan telah membuat ekonomi Hong Kong yang juga pusat keuangan itu terperosok, karena toko-toko tutup selama bentrokan dan para wisatawan menjauh.
Polisi Hong Kong memberikan persetujuan untuk unjuk rasa hari Minggu (19/1), tetapi tidak untuk pawai yang juga direncanakan oleh penyelenggara.
Para pengunjuk rasa menggunakan batu bata, payung, dan penghalang lalu lintas untuk menghalangi jalan. Mereka berlari mencari perlindungan setelah polisi anti huru-hara muncul di sekitar Taman Chater dan mengibarkan bendera peringatan kuning, memberi tahu para demonstran bahwa mereka harus membubarkan diri karena mereka berpartisipasi dalam pertemuan ilegal.
Dua petugas dilaporkan berdarah pada bagian kepala setelah sekelompok “perusuh” menyerang mereka dengan tongkat kayu, kata polisi dalam sebuah pernyataan, dikutip AP. Pernyataan menambahkan bahwa beberapa juga melemparkan botol-botol air dan benda-benda lain ke penegak hukum. Yang lain melemparkan bom cat ke gedung-gedung di kawasan pusat bisnis, menurut polisi.
Editor : Sabar Subekti
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...