Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 19:20 WIB | Minggu, 25 Maret 2018

Demonstran Tuntut Pengetatan Kepemilikan Senjata Api

Emma Gonzalez, pemimpin pelajar sekaligus penyintas penembakan di Parkland, Florida, berorasi dalam demonstrasi, mendorong para hadirin berlinang air mata. (Foto: ozy.com)

AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Ratusan ribu demonstran tumpah ruah ke jalan-jalan utama sejumlah kota di Amerika Serikat guna menyerukan pengetatan kepemilikan senjata api.

Gerakan bertajuk “The March For Our Lives” atau “Pawai untuk Hidup Kami” bermunculan di Pesisir Timur AS dan menyebar hingga Pesisir Barat.

Di Washington DC, kerumunan massa yang sebagian besar merupakan remaja dan anak-anak, berkumpul di sepanjang Pennsylvania Avenue sembari membawa beragam poster bertuliskan “Lindungi anak-anak, bukan senjata api” serta “Apakah saya berikutnya?”

Demonstrasi diisi dengan orasi yang diselingi penampilan beberapa penyanyi, seperti Ariana Grande dan Miley Cyrus. Orasi pemimpin pelajar sekaligus penyintas penembakan di Parkland, Emma Gonzalez, mendorong para hadirin berlinang air mata.

Setelah menyebutkan nama-nama korban penembakan, dia berdiam diri di panggung yang didirikan di depan gedung Kongres AS selama enam menit dan 20 detik—durasi penembakan di Parkland.

“Kami akan terus berjuang demi teman-teman kami yang meninggal dunia,” kata Delaney Tarr, pelajar SMA di Parkland yang turut berorasi.

Aksi itu diikuti anak-anak sekolah. Di antaranya adalah Naomi Wadler, pelajar berusia 11 tahun dari Virginia. Dia mengaku ikut demonstrasi “untuk mewakili para bocah Afrika-Amerika yang kisahnya tidak masuk tajuk utama surat kabar.”

Bagaimana Protes Bermula?

Aksi protes ini mengemuka setelah 17 orang tewas dalam penembakan di sebuah sekolah menengah atas di Parkland, Florida, bulan lalu.

Setelah kejadian, para penyintas menggelar demonstrasi menuntut pengetatan kepemilikan senjata api yang kemudian memicu gelombang aksi serupa di kota-kota lain.

Pada 14 Maret lalu, misalnya, sejumlah pelajar dan karyawan sekolah di berbagai kota di Amerika Serikat menghentikan sementara kegiatan belajar-mengajar untuk menuntut reformasi kepemilikan senjata api.

Akhir pekan ini lebih dari 800 demonstrasi sejenis akan diadakan di Amerika Serikat dan kota-kota lain di dunia, termasuk Edinburgh, London, Jenewa, Sydney, dan Tokyo.

Seberapa Besar Sokongan kepada Para Demonstran?

Meskipun demonstrasi reformasi kepemilikan senjata api mampu mendatangkan ratusan ribu simpatisan, topik ini masih membelah AS.

Hak memiliki senjata dilindungi Amandemen Kedua Konstitusi AS dan kelompok lobi prosenjata National Rifle Association (NRA) masih sangat berpengaruh.

Pada Sabtu (24/3) sore Gedung Putih merilis pernyataan yang memuji “banyak anak muda pemberani AS menggunakan hak Amandemen Pertama hari ini”.

Gedung Putih juga menegaskan telah melakukan sejumlah langkah untuk menangani kekerasan bersenjata:

Melarang penggunaan bump stock (perangkat yang meningkatkan kemampuan senapan semiotomatis).

Membentuk Kesepakatan STOP Kekerasan di Sekolah.

Meningkatkan pelatuhan untuk pelajar, sekolah, dan aparat keamanan setempat.

Memperbaiki arsip latar belakang kriminal sehingga calon pembeli senjata diperiksa secara patut sebelum membeli.

Meski demikian para demonstran kecewa bahwa Presiden Donald Trump, yang berada di resor Mar-a-Lago di Florida selama akhir pekan ini, tidak merilis satu cuitan pun yang mendukung demonstrasi.

Ada Langkah Lain setelah Insiden di Parkland?

Negara Bagian Florida meloloskan undang-undang pengendalian senjata yang meningkatkan batas usia calon pembeli senjata. UU itu juga memberi wewenang kepada staf sekolah untuk membawa senjata api.

NRA menuntut negara bagian dengan dalih UU itu tidak konstitusional.

Setelah insiden di Parkland, sejumlah perusahaan besar memutus hubungan dengan NRA di tengah kemunculan tagar #BoycottNRA di media sosial. Kemudian Walmart dan Dick's Sporting Goods mengumumkan batas-batas baru bagi pembelian senjata api.

Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Associated Press dan the NORC Center for Public Affairs Research, sebanyak 69 persen warga Amerika menghendaki undang-undang yang mengatur senjata api harus diperketat. Persentase itu meningkat dari Oktober 2016, sebanyak 61 persen. (bbc.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home