Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 06:58 WIB | Senin, 24 Agustus 2020

Demonstrasi Besar di Belarusia Menuntut Presiden Lukashenko Mundur

Uni Eropa Siap Jatuhkan Sanksi terhadap Belarusia
Demonstran berdebat dengan polisi pada rapat umum setelah pemilihan umum presiden Belarysia, hari Minggu (9/8/2020). Foto: dok. AP)

MINSK, SATUHARAPAN.COM-Oposisi menyerukan demonstrasi besar-besaran pada hari Minggu (23/8) untuk menekan pemimpin otoriter Belarusia agar mengundurkan diri setelah lebih dari dua pekan protes bersejarah terhadap pemilihan ulang yang disengketakan.

Pemimpin terlama di Eropa, Alexander Lukashenko, mengirim polisi anti huru-hara yang terkenal kejam untuk membubarkan demonstrasi spontan yang meletus setelah dia mengklaim masa jabatan presiden keenam dalam pemilihan 9 Agustus yang menurut para pemimpin Barat telah dicurangi.

Unjuk rasa solidaritas juga dijadwalkan di negara tetangga Lithuania, di mana para demonstran berencana membentuk rantai manusia dari Vilnius ke perbatasan dengan Belarus, 31 tahun setelah penduduk negara-negara Baltik bergandengan tangan dan menghubungkan ibu kota mereka dalam protes massal menentang pemerintahan Soviet.

Sanksi dari Uni Eropa

Uni Eropa telah menolak hasil pemilihan presiden dan pekan ini berjanji untuk memberikan sanksi kepada warga Belarusia yang bertanggung jawab atas penipuan surat suara. Juga kepada polisi yang bertindak brutal dan menyebabkan hampir 7.000 orang ditangkap, dan memicu tuduhan penyiksaan dan pelecehan yang mengerikan dalam tahanan polisi.

Lukashenko telah mengesampingkan seruan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mundur, menepis kemungkinan mengadakan pemungutan suara baru dan menginstruksikan dinas keamanannya untuk memadamkan kerusuhan dan mengamankan perbatasan.

Pengadilannya membuka penyelidikan kriminal terhadap Dewan Koordinasi oposisi yang mengupayakan pemilihan baru dan transisi kekuasaan secara damai, setelah dia mengatakan lawan ingin "merebut kekuasaan".

Svetlana Tikhanoskayat di Lithuania

Lukashenko, mantan bos pertanian kolektif, memerintahkan tentaranya dalam kesiapan tempur penuh selama inspeksi militer pada hari Sabtu (22/8) di dekat perbatasan dengan Uni Eropa dan memperingatkan tentang pasukan NATO yang "bergerak" di Eropa.

"Tanah Air sekarang dalam bahaya. Kami tidak bisa bercanda," kata Lukashenko. Presiden Lithuania, Gitanas Nauseda, pada gilirannya mengatakan Lukashenko sedang mencoba untuk "mengalihkan perhatian" dari kerusuhan di dalam negeri dan NATO menolak klaim itu sebagai tidak berdasar.

Pemimpin oposisi Belarusia yang tak terduga, Svetlana Tikhanovskaya, yang berusia 37 tahun, melarikan diri ke Vilnius karena takut akan pembalasan. Dia mengklaim kemenangan dalam pemilihan dan menjadi tantangan terbesar bagi Lukashenko selama 26 tahun pemerintahannya.

Dalam wawancara dengan AFP menjelang demonstrasi, dia mendesak pengunjuk rasa untuk terus menekan pihak berwenang dengan mengatakan bahwa "penting untuk terus bersatu dalam memperjuangkan hak."

Oposisi: Tidak Lagi Takut

Pihak berwenang harus memahami "kami bukan gerakan protes... kami mayoritas dan kami tidak akan mundur. Kami tidak takut pada mereka lagi," kata Tikhanovskaya.

Para penentang pemimpin terlama di Eropa telah mengorganisir pemogokan dan protes terbesar dalam sejarah bekas negara Soviet baru-baru ini yang menolak terpilihnya kembali dan menuntut agar dia mundur, dengan lebih dari 100.000 orang muncul di kota Minsk saja di akhir pekan lalu.

Namun lebih sedikit pekerja di pabrik-pabrik yang dikelola negara, biasanya merupakan benteng dukungan untuk Lukashenko, terus mogok, dengan para aktivis mengutip tekanan dari pihak berwenang.

Presiden Belarusia berusia 65 tahun mengancam akan menutup jalur produksi tempat para pekerja meletakkan peralatan mereka mulai hari Senin (24/8). Staf di media yang dikelola pemerintah juga melakukan pemogokan dan Lukashenko mengakui pekan ini bahwa wartawan dari Rusia telah diterbangkan untuk menggantikan mereka.

Keterlibatan Rusia

Sekutu kuatnya, Rusia, telah memperingatkan para pemimpin Eropa agar tidak ikut campur di Belarusia dan Kremlin mengatakan akan campur tangan dalam kerusuhan pasca pemilihan jika perlu.

Rusia dan Belarusia adalah anggota aliansi militer negara-negara bekas Soviet dan Lukashenko mengatakan pada hari Sabtu bahwa ia telah memperingatkan Rusia tentang situasi di bekas tetangganya itu.

Kementerian luar negeri Lithuania mengumumkan pada hari Sabtu bahwa Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Stephen Biegun, akan mengunjungi Lithuania dan Rusia pekan depan untuk membicarakan dampak pemilu.

Inspeksi militer Lukashenko akhir pekan ini dilakukan menjelang latihan militer skala besar yang direncanakan di wilayah Grodno di perbatasan dengan Uni Eropa antara 28 dan 31 Agustus. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home