Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 10:58 WIB | Kamis, 12 Maret 2015

Dewan Gereja Dunia: Penegakan HAM Dasar Perlindungan Lingkungan

Sekjen WCC, Olav Fykse Tveit (kedua dari kanan), dalam panel tentang perubahan iklim dan hak asasi manusia di kantor PBB di Jenewa.(Foto: oikoumene.org)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Dalam panel diskusi tentang “Perubahan Iklim dan Hak Asasi Manusia” yang diadakan di kantor PBB di Jenewa, Swiss, Sekretaris Umum Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC), Pdt. Dr. Olav Fykse Tveit, mengatakan, meskipun kondisi saat ini sedang buruk, kita punya hak untuk berharap. Ini bukan merupakan sikap pasif, tetapi sebagai proses aktif terhadap keadilan dan perdamaian. Pada konteks ini, hak asasi manusia punya peran penting.

Diskusi yang diadakan pada 6 Maret ini merupakan bagian dari diskusi satu hari mengenai perubahan iklim dalam Sidang ke-28 Dewan HAM.

“Perubahan iklim yang terjadi merupakan fakta tentang sesuatu yang kita imani ketika melihat dunia sebagai ‘ciptaan’. Ini merupakan tanggung jawab kita sebagai pelayan gereja,” kata Tveit.

“Kita bersama-sama di planet biru ini sebagai sesama manusia. Tindakan kita tentu punya dampak, baik positif maupun negatif, terhadap kehidupan orang lain. Oleh sebab itu, kita perlu memandang hal ini dalam perspektif hak asasi manusia universal,” ia menambahkan.

Sekum WCC dalam kunjungannya ke gereja-gereja anggota WCC di Afrika, Asia, Amerika Latin, Pasifik, serta negara-negara yang dekat dengan Kutub Utara menyatakan, “Saya menyadari, bagi masyarakat, perubahan iklim merupakan ancaman yang mengerikan. Mereka menanggung berbagai konsekuensi, seperti kenaikan permukaan laut dan salinisasi air tawar, peningkatan frekuensi dan intensitas badai tropis, perubahan pola curah hujan, kekeringan dan banjir, serta perubahan suhu yang berdampak langsung terhadap keamanan pangan dan kedaulatan mereka.”

Tveit juga ingat perkataan yang pernah disampaikan seorang Bartolomeus Patriark Ekumenis dari Konstantinopel, “Kita tidak bisa memisahkan kepedulian terhadap martabat manusia, hak asasi manusia ataupun keadilan sosial dari kepedulian terhadap pelestarian dan keberlanjutan ekologi.” Patriark Ekumenis menyatakan hal itu saat berkunjung ke Guiuan, Filipina, menghadiri undangan Presiden Prancis, François Hollande untuk mengungkapkan solidaritas dengan para korban topan dan menyerukan persiapan yang tepat untuk konferensi PBB mendatang tentang perubahan iklim (COP 21) di Paris.

Walaupun Sekum WCC berfokus pada “hak untuk berharap”, ia juga menegaskan kembali seruan untuk membentuk pelopor khusus tentang “Perubahan Iklim dan Hak Asasi Manusia”. Tveit menyatakan, resolusi Dewan Hak Asasi Manusia menyoroti dampak perubahan iklim terhadap hak asasi manusia, dan pemegang mandat khusus telah melaporkan hubungan perubahan iklim dengan hak atas pangan, hak atas air dan sanitasi, hak-hak masyarakat adat dan migrasi.

Diskusi panel tersebut dibuka dengan pesan video dari Sekjen PBB, Ban Ki-moon, yang menaruh perhatian terhadap ancaman perubahan iklim, terutama bagi masyarakat yang paling rentan. “Ini saatnya untuk menyelamatkan iklim kita,” kata Ban Ki-moon.

Selain itu, salah satu pembicara lainnya, Presiden Kiribati Anote Tong, menyinggung tentang “migrasi bersamaan dengan martabat”. Tong mengatakan, “Kepulauan Pasifik akan segera tenggelam, kecuali kita melakukan sesuatu yang signifikan untuk iklim ini. Kita harus sadar dampaknya ialah migrasi para penduduk di daerah tersebut.”

Mary Robinson, Utusan Khusus PBB untuk Perubahan Iklim dan mantan presiden Irlandia, mengingatkan kembali tentang Kesepakatan Jenewa tentang Hak Asasi Manusia dan Aksi Iklim, yang telah diselenggarakan pada bulan lalu dan sudah ditandatangani oleh 20 negara.

Duta Besar PBB Tuvalu, Enele Sopoaga, sangat membela kedaulatan negara yang terkena dampak perubahan iklim.

Salah satu panel yang dimoderatori Prof. John Knox, Ahli Independen PBB tentang Lingkungan dan Hak Asasi Manusia, juga membahas mengenai pernyataan yang ditandatangani oleh Prosedur Khusus PBB tentang integrasi HAM dalam negosiasi UNFCCC.

WCC juga menyelenggarakan acara lain pada hari yang sama, yakni Kelompok Kesepakatan Perubahan Iklim Jenewa (GeCCco) dan Forum Antariman Jenewa tentang Perubahan Iklim dan Hak Asasi Manusia, sebagai organisasi non-pemerintah yang mengamati perubahan iklim dan cara-cara untuk mengatasinya. (oikoumene.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home