Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 11:06 WIB | Kamis, 19 September 2019

Di Jepang, Teolog Refleksikan Manifestasi Global Rasisme

Dari kiri, Prof Dr Isabel Apawo Phiri, Pdt Prof Dr Sang Chang, Pdt Prof Dr Fernando Enns, Pdt Prof Dr Renta Nishihara, dan Pdt Dr Sung-jae Kim. (Foto: Hisashi Yukimoto/WCC)

TOKYO, SATUHARAPAN.COM – Dua puluh lima teolog dan pemimpin ekumenis berkumpul untuk mengikuti kuliah umum yang dikoordinasi oleh Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) di Tokyo, Jepang, pada 17 September 2019. Kuliah umum itu mengambil tema ”Manifestasi Global dari Rasisme Saat  Ini”. Hisashi Yukimoto, jurnalis Kristen Jepang yang sudah berkarya lebih dari sepuluh tahun, menuliskan laporannya untuk WCC, yang dilansir oikoumene.org.

Ceramah dan tanggapan merefleksikan rasisme sebagai perhatian utama gerakan ekumenis. Refleksi difokuskan pada pemahaman manifestasi global rasisme saat ini, dan menegaskan kembali persinggungan ras dan etnis dengan karakteristik penentu lain.

Dalam sambutannya, Pdt Dr Sang Chang, Presiden WCC untuk Asia, mengatakan temuan konferensi akan menjadi bagian dari laporan komprehensif tentang Ziarah Keadilan dan Perdamaian. “Karena itu, ini adalah kesempatan untuk merefleksikan perjalanan masa depan untuk ziarah,” kata Pdt Sang Chang.

Temuan itu, ia menambahkan, juga akan dipresentasikan pada Sidang ke-11 WCC mendatang pada 2021 di Karlsruhe, Jerman.

Prof Dr Isabel Apawo Phiri, Wakil Sekretaris Jenderal WCC, mendesak peserta untuk mengingat sejarah WCC dalam menanggapi rasisme. “Apa yang bisa kita pelajari dari pengalaman itu?” Phiri bertanya, “Kemudian, kita juga harus membaca tanda-tanda zaman dengan bertanya pada diri sendiri, ‘Bagaimana rasisme memanifestasikan diri sekarang?’”

“Kita juga harus memikirkan bagaimana kepala pemerintahan dari berbagai negara benar-benar memotivasi orang untuk menjadi rasis; bagaimana nasionalisme diungkapkan; bagaimana agama digunakan untuk mempromosikan rasisme; dan bagaimana gereja-gereja di seluruh dunia menanggapi rasisme,” kata Phiri.

“Kita tahu, pekerjaan besar telah dilakukan dalam refleksi teologis untuk memberantas rasisme, tetapi kita juga perlu mendorong gereja untuk terus merespons (rasisme). Dan dari sana, kita dapat mengatakan, ‘Oke, seperti apa program baru itu?’”

Pendeta Prof Dr Fernando Enns, moderator Kelompok Studi Teologi dari Ziarah Keadilan dan Perdamaian, mengatakan, “Kita perlu banyak memahami tentang diri kita sendiri, tentang keterlibatan kita sendiri dalam rasisme.”

Pdt Dr Sung-Jae Kim, Sekretaris Jenderal Dewan Kristen Nasional di Jepang dan penasihat untuk Pusat Masalah dan Misi Minoritas, mengatakan Jepang sekarang menghadapi dua masalah besar. “Salah satunya adalah konflik yang semakin memburuk antara Jepang dan Korea Selatan, terutama sejak Juli tahun ini,” katanya, “Dan satu lagi meningkatkan rasisme terhadap orang Korea di Jepang.”

Pdt Prof Dr Renta Nishihara, anggota Komite Sentral WCC di Jepang, berbagi kisah pribadinya tentang pengenalannya dengan Yesus Kristus ketika ia masih seorang mahasiswa. Ia menghadiri lokakarya ekumenis mengenai keturunan Korea yang menghadapi diskriminasi di Higashi- Kujo di Kota Kyoto bagian barat Jepang.

“Saya ingin menekankan bahwa ekumenisme Jepang berakar pada bidang masalah sosial seperti itu,” katanya.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home