Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:13 WIB | Senin, 02 April 2018

Dibantu Norwegia, Banyuwangi Libatkan Bumdes Kelola Sampah Laut

Ilustrasi. Kelompok Nelayan Samudera Bakti, Bangsring Underwater (Bunder), Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan lomba bersih sampah di tepian laut ketika memperingati Hari Nelayan Ke-57, pada April 2017. (Foto: banyuwangi.merdeka.com)

BANYUWANGI, SATUHARAPAN.COM –  Institusi asal Norwegia, Borealis, mengucurkan dana pengelolaan sampah laut di kawasan Muncar, Banyuwangi. Program ini melibatkan badan usaha milik desa (Bumdes) dengan kalkulasi nilai dari pengelolaan sampah sebesar Rp2,3 miliar per tahun.

Program ini dinamakan STOP. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemkab Banyuwangi, dan organisasi nonprofit dunia Systemiq, turut bersinergi di program ini.

Perwakilan Borrealis, Andreas Gemes, mengatakan, Banyuwangi adalah program pertama di Indonesia. “Kami antusias melaksanakan program di sini,” kata Andreas, Kamis (29/3).

Program Director Systemiq, Joi Danielson, mengatakan, pihaknya melakukan dua jenis pendampingan, yakni fisik dan nonfisik. Systemiq menginvestasikan peralatan untuk mengefisienkan pengelolaan sampah.

“Kami tidak bangun tempat pengolahan sampah terpadu (TPST). Namun kami investasi peralatan untuk mengakselerasi TPST yang sudah ada. Peralatan itu seperti alat pengolahan sampah, moda pengangkutan sampah, dan conveyor,” katanya.

Pendampingan nonfisik, dilakukan dalam bentuk strategi perubahan perilaku masyarakat, dan lembaga pengelola sampah lewat pelatihan-pelatihan, sehingga lembaga masyarakat yang mengelola sampai bisa menjadi entitas bisnis mandiri.

Systemiq, akan melibatkan aktif badan usaha milik desa (Bumdes) sebagai pengelola sampah yang bakal didampingi selama dua tahun.

“Potensi pengelolaan sampah di Muncar Rp 2,3 miliar per tahun, bisa menjadi pemasukan buat desa,” katanya.

Sementara itu, Nick Anthony, tenaga ahli dari Society Environment Economy and Knowledge (SEEK) yang tergabung dalam program STOP, mengatakan, pihaknya telah melakukan studi komposisi sampah di Muncar. Temuannya, sampah pantai didominasi tekstil, menyusul sampah plastik yang hancur, plastik film, plastik botol kemasan, dan plastik sachet.

“Data ini sebenarnya kabar gembira. Karena sampah plastik yang paling dikhawatirkan justru tidak mendominasi. Penanganannya jauh lebih mudah,” kata Nick.

Tim juga tidak menemukan jala bekas dan styrofoam bekas yang menjadi sampah pantai.

“Sebenarnya, ini menunjukkan kesadaran warga tidak mau buang sampah ke laut. Jalanan di Muncar juga relatif bersih. Ini modal besar untuk pengelolaan sampah pantai,” kata Nick.    

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, program dukungan Norwegia ini membantu mengakselerasi kebersihan kawasan Muncar.

“Ini selaras dengan target Presiden Jokowi yang ingin menurunkan sampah laut hingga 70 persen sampai 2025,” kata Anas.

Menurut Anas, program ini bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan nelayan dan warga, sekaligus meningkatkan derajat lingkungannya.

“Bahkan bisa menjadi destinasi wisata alternatif ke depan,” kata Anas. (banyuwangikab.go.id)

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home