Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 13:15 WIB | Minggu, 15 Oktober 2017

Disinilain: Masihkah Ada Capung di Disneyland?

Disinilain: Masihkah Ada Capung di Disneyland?
Pameran seni rupa "Disinilain" di Alun-alun Kota Wates, Kulonprogo, 8-14 Oktober 2017. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Disinilain: Masihkah Ada Capung di Disneyland?
Seni instalasi "Disinilain" karya kelompok perupa asal Kulonprogo Kesini@n.
Disinilain: Masihkah Ada Capung di Disneyland?
Instalasi yang menyerupai totem berbahan belukang-blarak.
Disinilain: Masihkah Ada Capung di Disneyland?
Lukisan panel potret wajah.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebuah karya instlalasi dalam ukuran besar yang dikerjakan secara kolaboratif oleh kelompok perupa asal Kulonprogo Kesini@n dipamerkan di Alun-alun Kota Wates-Kulonprogo, 8-14 Oktober 2017.

Enam lukisan panel potret wajah melengkapi karya instalasi yang didisplay menyatu pada dua pohon beringin besar. Karya instalasi yang memanfaatkan belukang (pelepah daun kelapa), sabut kelapa, batok kelapa secara garis besar terdiri atas sebuah simbol patung Nyi Ageng Serang yang ditaruh di atas lilitan tangan besar, totem dari belukang-blarak kelapa, kinjeng (capung) yang dipasang di dahan-dahan beringin, serta tulisan "Disinilain" dengan tipografi yang dengan mudah akan membawa ingatan pengunjung pada kata "Disneyland".

Tanaman kelapa menjadi salah satu komoditas pertanian ciri khas Kabupaten Kulonprogo. Kebutuhan buah kelapa terlebih kelapa muda untuk wilayah Yogyakarta sebagian besar dipasok dari wilayah Kulonprogo. Gula kelapa dalam bentuk butiran kristal (gula semut) maupun gula batok menjadi salah satu oleh-oleh Kulonprogo.

"Bentuk tugu Nyi Ageng Serang yang dililit bentuk tangan kiri adalah refleksi dari arus kemajuan jaman yang akan segera mengubah wajah Kulonprogo, dengan adanya bandara dan diikuti pembangunan sarana fisik lainnya." kata koordinator pameran Teguh Paino kepada satuharapan, Sabtu (14/10).

Bentuk tangan kanan menggenggam patung Nyi Ageng Serang disimbolkan sebagai kebersamaan masyarakat dalam menyongsong kemajuan harus selalu dijaga, tanpa harus kehilangan sikap kritis dalam menyikapi dengan bijak dengan menyiapkan diri, sehingga akan menjadi harapan baru dalam kehidupan masyarakat dan kearifan lokalnya.

Kinjeng (capung) adalah jenis serangga yang menjadi indikator lingkungan yang sehat: tanah, udara dan air. Capung tidak bisa hidup di lingkungan yang kotor, terlebih pada wilayah yang memiliki tingkat polusi suara-udara dan air yang tinggi. Habitat dari kelompok serangga yang termasuk dalam keluarga Odonata ini terus berkurang seiring dengan menurunnya tingkat udara yang sehat dan sumber air yang bersih.

Secara geografis Kabupaten Kulonprogo berada di antara dua sungai besar: Bogowonto dan Progo dengan Pegunungan Menoreh di sebelah utara. Kondisi fisiografis tersebut cukup menguntungkan bagi pengembangan pertanian, peternakan, perkebunan, dan juga pariwisata. Mitigasi bencana menempatkan Kulonprogo relatif aman dari bencana alam.

Dalam sepuluh tahun terakhir muncul kekhawatiran dari masyarakat Kulonprogo atas rencana penambangan pasir besi di sekitar wilayah pantai Glagah, Kecamatan Temon. Kekhawatiran semakin bertambah saat rencana tersebut diperluas dengan rencana terpadu pembangunan pelabuhan Tanjung Adikarta, Bandara Internasional Kulonprogo (Kulonprogo International Airport/KLIA) beserta sarana-prasarananya.

Setelah puluhan ribu kepala keluarga yang memanfaatkan lahan pasir di pesisir pantai selatan Kabupaten Kulonprogo untuk bercocoktanam sayuran yang sebagian besar mampu menyuplai sayuran untuk Yogyakarta dan wilayah sekitar Yogyakarta, direlokasi dari area rencana penambangan pasir besi, dampak berikutnya adalah problematika sosial menuju sebuah masyarakat perkotaan.

Di satu sisi, bisa jadi pembangunan fisik tersebut akan berdampak pada perputaran ekonomi wilayah, namun pada sisi lain masyarakat agraris Kulonprogo yang terikat pada tempat (lahan pertanian) "dipaksa" utuk berlari mengejar perubahan yang sedang terjadi.

Tema "Disinilain", yang secara pengucapan mirip dengan Disneyland digunakan untuk membayangkan dampak era keterbukaan ekonomi yang makin terasa nyata di Kulon Progo. Kulon Progo yang semula adalah “bagian belakang” wilayah DI Yogyakarta, kini menjadi semacam “pintu gerbang” yang niscaya akan mengalami pertemuan-pertemuan dengan intensitas yang semakin tinggi dengan bermacam manusia, budaya, investasi, teknologi, hiburan, dan pengetahuan dari bermacam penjuru dunia.

Menarik, karya seni instalasi "Disinilain" dipasang di antara dua pohon beringin di tengah-tengah alun-alun Wates persis menghadap pada rumah dinas Bupati Kabupaten Kulonprogo. Ada kekhawatiran, kepedulian, keprihatinan, dan juga kecintaan atas apa yang sedang terjadi dan sedang disuarakan. Setidaknya ada upaya untuk membangun dialog. Ada baiknya siapapun untuk saling mendengarkan, karena di sini lain: ana rembug ya dirembug.  Membangun dialog yang tidak semata-mata didasarkan pada power relation.

Masihkah ada capung di sekitar Anda?

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home