Loading...
INDONESIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 13:43 WIB | Jumat, 21 September 2018

Diskusi IPB: Agrologistik Jadi Kunci Ketahanan Pangan Nasional

Ilustrasi. Sekolah Pascasarjana IPB bekerja sama dengan ISLI mengadakan Seminar Nasional dan Kongres ke-2 dengan tema Agrologistik 4.0 : Peluang dan Tantangan di Era Digital, seminar kali ini digelar di IPB International Convention Center (IICC) IPB, Bogor (18/9). (Foto: Antaranews.com/Humas IPB).

BOGOR, SATUHARAPAN.COM – Sebagai upaya menjamin ketersediaan pangan nasional, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerja sama dengan Institute Supply Chain dan Logistik Indonesia (ISLI), mengadakan Seminar Nasional dan Kongres ke-2 dengan tema “Agrologistik 4.0 : Peluang dan Tantangan di Era Digital”. Seminar kali ini digelar di IPB International Convention Center (IICC) IPB, Bogor, Selasa (18/9).

Kegiatan seminar dan kongres ini diadakan bertujuan mengkaji berbagai perkembangan pemikiran agrologistik dari berbagai bidang, baik dari akademisi, pemangku kebijakan, maupun pelaku bisnis, dan memberikan kontribusi pemikiran yang strategis dalam rangka meningkatkan daya saing agrologistik nasional.

Ketua Panitia, Dr Heti Mulyati, STP MT, mengatakan rantai pasok yang semakin kompleks dan dinamis, persaingan yang semakin ketat, serta permintaan perusahaan dan kosumen terhadap perbaikan logistik, perlu ditanggapi secara serius.

“Produk pertanian Indonesia yang bersifat perishable dan musiman, perlu mendapat perhatian serius terutama dalam kaitannya terhadap agrologistik,” kata Dr. Heti dalam sambutannya.

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB, Dr Drajat Martianto, MSc, turut membenarkan kondisi agrologistik di Indonesia saat ini. Menurutnya, sepertiga food lose di Indonesia terjadi karena faktor logistik dan perilaku mubazir masyarakat.

“Untuk memajukan pertanian Indonesia, ada empat hal penting yang harus mendapat perhatian semua pihak. Yaitu produk pertanian yang mudah rusak, negara kepulauan yang memerlukan logistik bagus, persoalan demografi, dan faktor musim,” kata Dr Drajat.

Ia mengatakan, semua persoalan tersebut berkaitan dengan agrologistik di Indonesia. Apabila persoalan agrologistik dapat dibenahi, maka persoalan di atas dapat diselesaikan juga. Mengingat persoalan agrologistik penting di masa depan, ia berharap hasil dari seminar dan kongres kali ini bisa diterapkan secara konsisten oleh pihak-pihak yang bersangkutan dan jangan sampai usaha memajukan agrologistik nasional berhenti di tengah jalan.

Sementara itu Ir Musdhalifah Machmud, MT., Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam paparannya menyatakan bahwa agrologistik yang kurang baik adalah kunci dari karut-marut ketahanan pangan Indonesia.

“Agrologistik tidak hanya sebatas distribusi produk pertanian, tetapi juga menyangkut pengolahan pascapanen, penyimpanan, dan pengemasan. Semoga melalui seminar dan kongres ini dapat melahirkan sumber daya manusia unggul dan kompeten di bidang agrologistik,” kata Musdhalifah.

Sebagai upaya mengatasi persoalan agrologistik, solusi yang dapat dilakukan adalah menerapkan sistem logistik pertanian terpadu.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan sistem logistik pertanian terpadu, yaitu membangun rantai pasok yang traceable, berkeadilan dan berkelanjutan (dengan sistem partisipatif seluruh stakeholder terkait, dan penciptaan nilai bersama), tidak hanya melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tetapi perlu melibatkan pihak swasta untuk dijadikan champion dalam menyediakan jasa manajemen pascapanen terintegrasi, jasa pergudangan, pembiayaan, pengujian kualitas, asuransi pertanian, pengadaan komoditas, dan pemasaran di desa-desa.(Antaranews.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home