Dituduh Lakukan Pelecehan Seksual, Pendeta di Filipina Menyerahkan Diri
MANILA, SATUHARAPAN.COM-Seorang pendeta Filipina yang dituduh melakukan pelecehan seksual dan perdagangan manusia di Filipina dan tuduhan serupa di Amerika Serikat menyerahkan diri kepada pihak berwenang di kompleks keagamaannya di selatan pada hari Minggu (8/9) dan diterbangkan ke Manila tempat ia ditahan polisi, kata para pejabat.
Apollo Quiboloy dan empat terdakwa lainnya menyerahkan diri di markas besar keagamaan kelompok mereka, yang disebut Kerajaan Yesus Kristus, di kota Davao setelah polisi memberi ultimatum 24 jam bagi mereka untuk menyerah, kata polisi. Menteri Dalam Negeri, Benhur Abalos, sebelumnya mengatakan Quiboloy ditangkap oleh pihak berwenang.
Quiboloy dan rekan terdakwanya diterbangkan dengan pesawat C-130 milik Angkatan Udara Filipina ke ibu kota pada hari Minggu malam dan dikurung di pusat penahanan yang dijaga ketat di markas besar polisi nasional, tempat foto dan sidik jari mereka diambil, kata juru bicara polisi Kolonel Jean Fajardo dalam jumpa pers.
“Kepolisian Nasional Filipina memberi ultimatum agar mereka menyerah, jika tidak, kami akan menyerbu gedung tertentu, tempat kami dilarang masuk,” kata Fajardo, seraya menambahkan bahwa peringatan itu menyebabkan mereka menyerah secara damai.
Quiboloy bersembunyi awal tahun ini setelah pengadilan Filipina memerintahkan penangkapannya dan beberapa orang lainnya atas tuduhan dugaan pelecehan anak dan seksual serta perdagangan manusia, kata Fajardo. Senat Filipina secara terpisah memerintahkan penangkapan Quiboloy karena menolak hadir dalam sidang komite publik yang menyelidiki tuduhan pidana terhadapnya.
Presiden Ferdinand Marcos Jr. telah mendesak Quiboloy untuk menyerah dan meyakinkannya akan perlakuan yang adil dari pihak berwenang.
Pendeta dan pengacaranya membantah tuduhan terhadapnya, dengan mengatakan bahwa tuduhan tersebut dibuat-buat oleh para kritikus dan mantan anggota yang dikeluarkan dari kelompok agama tersebut.
Pada tahun 2021, jaksa federal Amerika Serikat mengumumkan dakwaan terhadap Quiboloy karena diduga melakukan hubungan seks dengan perempuan dan gadis di bawah umur yang menghadapi ancaman pelecehan dan "kutukan abadi" kecuali mereka menuruti "anak Tuhan" yang menyatakan diri sendiri.
Quiboloy dan dua pengurus utamanya termasuk di antara sembilan orang yang disebutkan dalam dakwaan pengganti yang dikembalikan oleh juri agung federal dan dibuka pada bulan November 2021.
Dakwaan tersebut berisi serangkaian tuduhan, termasuk konspirasi, perdagangan seks anak-anak, perdagangan seks dengan kekerasan, penipuan dan pemaksaan, penipuan pernikahan, pencucian uang, penyelundupan uang tunai, dan penipuan visa.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Manila merujuk permintaan komentar kepada otoritas Filipina.
Bulan lalu, sekitar 2.000 polisi yang didukung oleh regu anti huru-hara menyerbu kompleks keagamaan Quiboloy yang luas di Davao dalam operasi yang kacau karena sejumlah besar pengikutnya muncul untuk menentang penggrebegan tersebut.
Polisi membawa peralatan yang dapat mendeteksi orang yang bersembunyi di terowongan bawah tanah tetapi tidak menemukannya di kompleks seluas 30 hektare yang mencakup katedral, stadion, sekolah, area permukiman, hanggar, dan jalur taksi menuju Bandara Internasional Davao.
Pada tahun 2019, Quiboloy mengklaim bahwa ia menghentikan gempa bumi besar yang akan melanda Filipina selatan.
Ia juga merupakan pendukung dekat dan penasihat spiritual mantan Presiden Rodrigo Duterte, yang sedang diselidiki oleh Pengadilan Kriminal Internasional sehubungan dengan pembunuhan di luar hukum oleh polisi terhadap ribuan tersangka narkoba yang sebagian besar miskin. (AP)
Editor : Sabar Subekti
RI Evakuasi 40 WNI dari Lebanon via Darat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengevakuasi 40 Warga ...