Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 13:02 WIB | Selasa, 02 Agustus 2016

Dosen di Arab Saudi Prihatin Banyak Muslim RI Kearab-araban

Dosen di Arab Saudi Prihatin Banyak Muslim RI Kearab-araban
Dosen Sosiologi dan Antropologi King Fahd University of Petroleum and Minerals, Sumanto Al Qurtuby (kemeja biru) saat memberi presentasi “Pluralisme dan Hubungan Antaragama di Arab Teluk dan Indonesia”( Foto: Prasasta Widiadi)
Dosen di Arab Saudi Prihatin Banyak Muslim RI Kearab-araban
Sumanto Al Qurtuby (Foto: arrahmahenws.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Banyak umat muslim di Indonesia yang menjalankan gaya hidup bernuansa Wahabi atau hidup dengan penerapan hukum dan aturan agama yang sangat ketat.

Hal tersebut mengundang keprihatinan Dosen Sosiologi dan Antropologi King Fahd University of Petroleum and Minerals, Sumanto Al Qurtuby.

“Keprihatinan saya adalah di Indonesia ini semakin banyak kelompok yang kearab-araban dan condong Wahabi,” kata laki-laki yang biasa disapa Sumanto tersebut saat memberi presentasi “Pluralisme dan Hubungan Antaragama di Arab Teluk dan Indonesia”, hari Senin (1/8) di Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Jakarta.

Sumanto mengatakan dia sudah tiga tahun tinggal dan mengajar di Dhahran, sebelah timur Arab Saudi.

Dalam menjalankan profesinya sehari-hari sebagai pengajar dia melihat banyak perubahan fundamental di Arab Saudi.

“Daripada menjadi Arab atau  menjadi Barat lebih baik  kita menjadi  diri sendiri yang tetap menghargai warisan tradisi dan kebudayaan leluhur kita,” kata dia.

Sumanto berharap agar budaya Indonesia bisa dipertahankan oleh generasi muda sekarang ini, dan budaya Indonesia jangan sampai dipengaruhi banyak pihak.

Dia menambahkan saat ini dia di Arab Saudi bukan berarti dia mempraktikkan hidup seperti Wahabi. Ia mengatakan Wahabi memang masih ada di Arab Saudi, namun di sisi lain terdapat peningkatan jumlah warga Arab Saudi yang berpikiran terbuka dan moderat.

“Nah tapi yang saya heran ini kenapa di Indonesia ini malah melakukan hal-hal atau kebiasaan yang ditinggalkan kelompok Wahabi beberapa puluh tahun lalu,” kata Sumanto.

Saat ini dia menjumpai  banyak muslim di Indonesia yang menganggap berbaju gamis dan memelihara jenggot sebagai hal yang Islami. “Karena kalau saya bandingkan dengan mahasiswa saya di sana, murid-murid saya 90 persen Wahabi, tetapi mereka tidak berpakaian gamis, mereka banyak juga yang pakai kaos, atau kemeja biasa,” kata dia.

Wahabi pada dasarnya tidak selalu memaksakan kehendak, Sumanto memberi contoh perubahan kehidupan kelompok Wahabi saat ini yakni tidak memaksakan kehendak kepada golongan lain yang tidak sepaham dengan dia. “Misalnya saya seorang Wahabi, saya tidak mendengarkan musik atau menonton film, maka larangan seperti itu adalah untuk saya sendiri,” kata dia.    

Wahabbisme

Wahhabisme adalah gerakan keagamaan dari Islam, menurut Wikipedia, gerakan ini dikembangkan oleh seorang teolog Muslim abad ke-18 yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab dari Najd, Arab Saudi.

Gerakan ini bertujuan membersihkan dan menyempurnakan ajaran Islam kepada ajaran yang sesungguhnya berdasarkan Qur'an dan hadis.  

Sumanto Al Qurtuby

 Sumanto Al Qurtuby adalah pengajar Sosiologi dan Antropologi di King Fahd.

Seperti tertuang dalam gusmus.net, Sumanto Al Qurtuby menamatkan gelar strata 1 (S1) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo, Semarang, Jawa Tengah.

Di perguruan tinggi berbasis Islam tersebut dia sudah aktif bergaul dengan berbagai pihak tentang agama, filsafat, sosiologi dan berbagai cabang keilmuan lainnya.

Dia mengaku sudah bergaul dengan berbagai aliran pemikiran agama, filsafat, sosiologi dan lain-lain terutama selama belajar intensif bersama Justisia (Majalah Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang).

bersama teman-teman sebayanya di IAIN Walisongo, Sumanto mendirikan ILHAM Institute (Institut Lintas Humaniora dan Agama/Institute of Cross Religion and Humanity), lembaga "interfaith" yang tujuan utamanya untuk merajut pergaulan yang lintas iman dan etnis. 

Sumanto meneruskan studi pascasarjana di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di jurusan Magister Sosiologi Agama.

Sumanto memang termasuk pemuda pantang menyerah dan tidak pernah cepat merasa puas, karena setelah menyelesaikan strata dua, dia meneruskan studi doktoral di bidang Perdamaian dan Resolusi Konflik di Eastern Mennonite University, Amerika Serikat.

Sumanto menulis banyak buku antara lain “Islam, Arab, dan Indonesia,” kemudian  “Jihad Melawan Ekstremisme Agama, Membangkitkan Islam Progresif,” “Lubang Hitam Agama”, dan masih banyak lagi.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home