Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 10:36 WIB | Jumat, 07 Oktober 2016

DPR: Kanjeng Dimas Salah Gunakan Simbol Agama

Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher. (Foto: Endang Saputra)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher ‎mengatakan pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Cengklek, Desa Wangkal Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo Jawa Timur menyalahgunakan simbol-simbol keagamaan.

“Itu menyalahgunakan simbol-simbol keagamaan. Dan ini sudah sering terjadi, menggunakan simbol keagamaan dan pendidikan untuk kepentingan-kepentingan jangka pendek dan mengorbankan nilai-nilai agama, itu kan tidak benar,” kata Ali di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, hari Kamis (6/10).

Tidak hanya Kanjeng Dimas, kata Ali, tapi siapapun dalam persoalan-persoalan seperti itu bagian dari penyakit sosial yang harus diberantas.

“Harus kita berantas karena tidak sejalan dengan prinsip agama itu sendiri. Agama itu menekankan kepada kejujuran, keikhlasan, kebenaran. Agama itu kan pada dasarnya punya tiga tujuan pokok. Pertama, mengajarkan prinsip kebenaran, kedua prinsip keteraturan hidup manusia, ketiga itu mengatur kebahagiaan,” kata dia.

Politisi Partai PAN ini menilai yang dikehendaki itu adalah sebuah materi dan menghalalkan segala cara. Siapapun institusinya atau orangnya termasuk jenderal, polisi, kaum intelektual, yang terlibat dalam proses penggandaan uang tersebut sangat disayangkan.

“Kalau penistaan agama itu ada juga, mana ada orang menggandakan uang seperti itu? Kan ada ilmu pengetahuan, ada faktor proses yang sudah diketahui bersama-bersama dari aspek legalnya, bahwa itu ada percetakan uang lewat Percetakan Uang Republik Indonesia di bawah kendali Bank Indonesia dan regulasinya Pemerintah melalui Menteri Keuangan, DPR. Kenapa mesti terjebak dengan persoalan-persoalan penipuan seperti itu,” kata dia.

Menurut Ali mungkin pengikut Kanjeng Dimas Taat Pribadi merupakan seseorang yang sudah putus asa dalam hidupnya dan ingin mencari jalan pintas ingin cepat menjadi orang kaya.

“Orang merasa ingin cepat-cepat kaya tapi menghalalkan segala cara dan itu bertentangan dengan prinsip agama. Kalau mau kaya ya kerja, usaha, bangun jaringan, meningkatkan keterampilan di bidang tertentu supaya bisa meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan produktivitas kerja,” kata dia.

“Saya rasa peran Kementerian Agama untuk pembinaaan umat harus ditingkatkan. Kedua, peran pendidikan di sekolah-sekolah, peran tokoh-tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, supaya benar-benar membina umatnya, jangan pasif karena ini sudah menyangkut penyakit sosial. Kalau tidak cepat diatasi akan menimbulkan gelombang baru. Akan menggunakan simbol-simbol keagamaan untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek”.

                         

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home