Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 12:04 WIB | Kamis, 24 Oktober 2019

Duda Paiva Pentaskan Repertoar "Monster"

Pementasan repertoar "Monster" karya dramawan Kim Kooiman di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Dusun Kembaran, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Bantul-Yogyakarta, Rabu (23/10) malam. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mendarat langsung dari Belanda, dance company asal Amersfoort-Belanda Duda Paiva langsung menggelar pementasan berjudul Monster di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), Dusun Kembaran Tamantirto-Bantul, Rabu (23/10) malam. Pementasan tersebut merupakan rangkaian tour Duda Paiva di Indonesia kerjasama Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis dengan Warta Jazz.

Monster merupakan karya Kim Kooiman mengambil inspirasi dari komik, video game, dan film animasi yang mengisahkan empat makhluk aneh (mythological creatures) yang memiliki sayap, ekor, lengan, kaki perpaduan manusia dan binatang. Dibawah asuhan Narcissus, makhluk-makhluk itu tumbuh diberi makan, dirawat, dan dijinakkan.

Narcissus mengajarkan kepada mereka bersahabat, bermain, berjungkir balik, menari, menyanyi, dan bahkan terbang. Apakah makhluk-makhluk tersebut menjadi makhluk yang manis? Ternyata tidak. Makhluk tersebut tetap memiliki insting layaknya binatang buas. Pada akhirnya justru melawan, mencederai, bahkan mencelakakan Narcissus.

Tiga koreografer Josse Vessies, Cat Smits, dan Tim Velraeds mengawali penampilannya dengan olah tubuh serta mengajak penonton terutama anak-anak untuk terlibat dengan dialog selama pementasan Monster berlangsung. Menggabungkan olah tubuh (dance) dengan memanfaatkan properti boneka Monster menjadi suguhan untuk segala usia. Pementasan Monster yang interaktif dengan mengajak penonton terutama anak-anak menjadi suguhan yang menarik manakala perilaku makhluk-makhluk tersebut berubah menjadi nakal bahkan jahat dengan mengganggu kehidupan lainnya.

Untuk anak-anak perlu pendampingan mengingat adanya pesan dalam cerita bahwa ketika insting lebih dominan, manusia pun bisa berubah menjadi binatang buas yang akan memakan apa saja. Di akhir pementasan dalam pandangan seringai empat monster serta ekspresi wajah kebingungan Narcissus, Tim Velraeds memakan semua anak ayam yang harus dijaganya. Dan dengan nafsu serakahnya Tim telah berubah menjadi monster yang akan memangsa apa saja.

Penggunaan karakter/figur boneka untuk monster baik secara visual-bentuk maupun alur cerita yang dikembangkan dalam repertoar Monster akan mengingatkan pada dua film anak-anak berjudul Where the Wild Things Are (Warner Bross, 2009) dan Epic ( 20th Century Fox Animation, 2013) dimana realitasnya dunia selalu dipenuhi dengan keinginan manusia untuk memenuhi ambisinya: harta benda, kekuasaan, dan segalanya, dalam area pertempuran antara kekuatan baik dan jahat, meskipun sesungguhnya di antara manusia itu sendiri dalam nurani terdalamnya selalu terbersit adanya persahabatan-persaudaraan untuk mewujudkan dunia yang lebih baik. Dalam bahasa paradoksal di akhir penampilannya Tim Velraeds justru menyampaikan pesan yang kuat bahwa manusia sesungguhnya bukanlah monster bagi yang lainnya.

Setelah penampilannya di PSBK, selanjutnya Duda Paiva mementaskan Monster pada Jumat (25/10) di Makara Art Center, Universitas Indonesia-Depok , dan pada hari Sabtu (26/10) di Erasmus Huis Jakarta.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home