Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 09:30 WIB | Selasa, 03 Mei 2016

E-Commerce Perkuat Ekonomi Indonesia

E-Commerce Perkuat Ekonomi Indonesia
Sawidji Widoatmodjo (kiri) saat menerima secara simbolis replika buku New Business Model In Digital Age, hari Senin (2/5) di Univesitas Tarumanagara, Jl. S. Parman No.1, Grogol, Jakarta Barat. (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
E-Commerce Perkuat Ekonomi Indonesia
Sawidji saat menyampaikan materi di Peluncuran dan Bedah Buku New Business Model In Digital Age, hari Senin (2/5) di Univesitas Tarumanagara, Jl. S. Parman No.1, Grogol, Jakarta Barat.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kondisi ekonomi Indonesia diprediksi lemah bila aktivitas ekonomi masih menggunakan metoda konvensional, transaksi dengan uang tunai. Sebaliknya kegiatan ekonomi dengan ­e-commerce (perdagangan atau transaksi ekonomi dengan teknologi dan elektronik) diyakini akan membantu meningkatkan ekonomi suatu negara.

“Kalau kita tidak memakai e-commerce maka ekonomi Indonesia akan tergilas,” kata Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Sawidji Widoatmodjo kepada satuharapan.com setelah acara Peluncuran dan Bedah Buku New Business Model In Digital Age, hari Senin (2/5) di Univesitas Tarumanagara, Jl. S. Parman No.1, Grogol, Jakarta Barat.

Sawidji memberi contoh konflik perusahaan transportasi berbasis aplikasi melawan perusahaan transportasi konvensional. Dia mengandaikan apabila taksi konvensional mempertahankan cara usahanya maka akan tergilas oleh perkembangan jaman.

“Lama-lama aplikasinya itu mereka butuh juga, dan lambat laun mereka menyadari kok kalau ketinggalan jaman. Nah sekarang  tinggal diatur bagaimana pemerintah kalau mau bisnis ini dikatakan berkontribusi untuk ekonomi kita maka pemerintah  harus mengatur bagaimana mengalokasikan pajaknya untuk bisnis ini,” kata Sawidji.  

Sawidji menyebut pemerintah dan para pemilik perusahaan transportasi berbasis aplikasi dan konvensional harus duduk bersama dan merundingkan regulasi dan undang-undang yang harus lebih mengatur tentang hal itu.

“Kalau (peraturan, red) nggak segera dibuat maka pemerintah akan kehilangan pajak sangat banyak karena semua (pengusaha startup, red) akan menggunakan model bisnis seperti itu,” Sawidji menambahkan.

Sawidji juga menyoroti apabila pemerintah berniat sungguh-sungguh menarik pajak dari e-commerce maka harus dilakukan segera.

“Justru pemerintah harusnya mewadahi Uber disuruh bikin perusahaan dan ditarik pajaknya, jangan Uber diprotes dan harus ditutup karena mematikan transportasi konvensional,” kata Sawidji.  

Unjuk Rasa Pengemudi Taksi Konvensional

Beberapa waktu lalu, dalam catatan satuharapan.com Ratusan pengemudi taksi dari berbagai armada melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkoinfo) pada 22 Maret 2016. Mereka meminta pemerintah segera mengeluarkan kebijakan untuk menutup perusahaan aplikasi Grab Car dan Uber.

Salah satu perwakilan pengemudi taksi  Blue Bird Group Syafrudin, mengatakan aksi unjuk rasa dilakukan lantaran penghasilan atau komisi pengemudi mengalami penurunan.

Perusahaan taksi Blue Bird, lanjut dia, tidak melarang aksi unjuk rasa serta tidak memberikan arahan untuk melakukan aksi, walaupun semua pengemudi di bawah perusahaan Blue Bird mengeluh.

Sawidji memberi contoh yang lain yakni pusat perbelanjaan elektronik terkemuka di Jakarta, Mangga Dua dan Glodok.

Sawidji mengulangi apa yang dikemukakan salah satu pendiri Tokopedia Leontinus Alpha Edison bahwa generasi muda di Jakarta dan kaum eksekutif tidak lagi mencari barang elektronik murah di dua tempat tersebut namun mulai rajin browsing di tokopedia atau toko online lainnya.

“Pemerintah kalau mau dapat pajak, harus juga berani tetapkan pajak untuk pengusaha toko online, sebaliknya kalau tidak dikenai pajak, ya sudah pemerintah serasa mati suri karena  nggak ada uang masuk,” kata Sawidji.

Baca Juga

Pendapatan Turun, Pengemudi Taksi Minta Pemerintah Tutup Grab dan Uber.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home