Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 20:23 WIB | Selasa, 28 Juni 2016

Ekonom UI: Dampak Brexit Bagi Ekonomi RI Hanya Sementara

Dr.Eugenia Mardanugraha, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, saat menjadi narasumber dalam diskusi bertajuk Proyeksi Ekonomi Makro 2016 dan Kesiapan UKM Menghadapi MEA bersama redaksi satuharapan.com di Gedung Sinar Kasih Jalan Dewi Sartika, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (10/2). (Foto: Dedy Istanto).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ekonom Universitas Indonesia, Eugenia Mardanugraha, menilai keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britain to Exit/Brexit) hanya berdampak sementara bagi perekonomian Indonesia.

Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI itu, perekonomian seluruh dunia dipastikan mengalami goncongan dan tidak terkecuali Indonesia. Namun secara khusus Indonesia sifatnya sementara karena perdagangan antara Indonesia dengan Uni Eropa masih berjalan baik.

“Brexit ini dampaknya itu cuma sementara saja terhadap perekonomian Indonesia ya. Jadi terhadap perekonomian seluruh dunia itu pasti mengalami goncangan, mengalami penurunan. Semua nilai tukarnya itu terdepresiasi dan sebagainya,” kata Eugenia kepada satuharapan.com, di Menara Kadin Indonesia, Jakarta, hari Selasa (28/6).

“Nah Indonesia itu juga begitu, pasti mempunyai dampak yang negatif terhadap IHSG, nilai tukar dan segalanya. Nah tapi ini sifatnya sementara. Sifatnya sementara karena perdagangan antara Indonesia dengan Uni Eropa itu juga tidak seintens perdagangan Indonesia dengan China maupun Amerika. Pada prinsipnya begitu, sehingga ini akan membawa dampak yang sementara saja,” dia menambahkan.

Alihkan Modal

Sebelumnya, Bank Indonesia menilai keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan mengalihkan modal di pasar keuangan global ke AS dan Jepang, sebagai dua negara yang saat ini diyakini memiliki prospek ekonomi baik.

Menurut Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, hari Jumat (24/6), dampak Brexit juga akan menyentuh pasar keuangan Indonesia, namun besaran dampaknya dinilai tidak akan signifikan. "Secara umum kita yakini ini adalah sifatnya temporer," katanya sebagaimana dikutip Antara akhir pekan lalu.

Agus mengklaim dampak Brexit ke Indonesia hanya sementara karena kondisi fundamental ekonomi domestik terus membaik. Hal itu akan mempertahankan kepercayaan pelaku pasar.

"Kondisi inflasi yang terjaga terlihat pekan ketiga inflasi Juni di 0,56 persen, dan juga defisit neraca transkasi berjalan yang diperkirakan secara umum berada di 2,2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)," kata Agus.

Sedangkan dana masuk hingga pekan ketiga Juni, kata Agus, tercatat Rp 70 triliun, atau terlipatgandakan dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 30 triliun.

Agus mengatakan ke depannya, proses politik keluarnya Inggris dari Uni Eropa masih akan berlanjut. Inggris harus mengajukan permintaan secara resmi untuk keluar dari UE sesuai dengan perjanjian UE (EU Treaty).

Dalam permintaan itu, kata Agus, akan terjadi negoisasi, yang juga menyangkut kepentingan ekonomi, seperti misalnya negoisasi soal tarif perdagangan dari atau menuju ke Inggris.

"Itu implikasinya lebih jangka panjang," kata Agus.

Namun, kata Agus, saat ini, perdagangan Indonesia tidak akan terkenda dampak yang signifikan dari hasil refrendum Brexit, karena nilai perdagangan antara Indonesia dan Inggris yang tidak begitu besar.

BI memiliki kajian, dengan adanya Brexit ini, tekanan akan membayangi perekonomian Inggris. Bahkan, pada 2030, jika dampak Brexit tidak dapat diantisipasi, pertumbuhan ekonomi Inggris, diperkirakan BI bisa turun menjadi 7 persen.

"Indonesia perlu terus menjaga dampak dari Brexit itu," kata Agus.

Xin Hua melaporkan dari London bahwa rakyat Inggris yang menginginkan negaranya keluar dari UE pada Jumat pagi waktu setempat memenangi referendum Brexit  dengan mencatat perolehan 52 persen dari 71 persen suara yang masuk.

Dari total suara yang masuk tersebut, lebih dari 17 juta warga memilih Inggris mencabut keanggotaan, sementara sekitar 16 juta lainnya memilih tetap menjadi bagian dari UE.

Hasil referendum itu akan membuat Inggris menarik diri dari keanggotaan UE setelah bergabung selama 43 tahun. Inggris menjadi negara pertama yang keluar dalam sejarah 60 tahun keberadaan kelompok Eropa itu.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home