Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben Ezer Siadari 11:36 WIB | Kamis, 30 April 2015

Eksekusi Mati dan Prospek Suram Ekonomi RI Tekan IHSG

Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara (Foto: kemenkeu.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta ditutup turun 2,6 persen ke posisi 5105,6 kemarin (29/4). Indeks sempat turun 4,2 persen pada pukul 14:14 WIB. Posisi indeks tersebut merupakan yang terendah dalam 18 pekan terakhir. Secara akumulatif, IHSG telah turun 6,5 persen.

Hari ini IHSG dibuka melanjutkan penurunan sebesar 17,63 poin, di tengah minimnya sentimen positif dari dalam negeri dan eksternal.

IHSG dibuka turun 17,63 poin atau 0,35 persen menjadi 5.087,92. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak melemah 4,48 poin (0,51 persen) ke level 872,80.

Menurut Bloomberg, penurunan IHSG kemarin merupakan yang terbesar sejak Agustus 2013, sebagai hasil dari reaksi investor atas penurunan laba perusahaan serta eksekusi mati terpidana kasus narkoba. Delapan diantaranya berkewarga-negaraan asing, termasuk Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dari Australia. Tiga diantaranya berkebangsaan Nigeria, satu berkebangsaan Brasil, satu berkebangsaan Ghana. Satu orang lagi berkebangsaan Indonesia.

Australia telah mengumumkan memanggil pulang duta besarnya di Jakarta sebagai bentuk ketidakpuasan atas langkah Indonesia. Bersamaan dengan itu, berkembang tekanan dari dalam negeri mereka untuk memotong bantuan kepada Indonesia, yang untuk tahun ini mencapai tidak kurang dari AUS $ 600 juta.

Menurut Michael Every, Head of Financial Markets Research Rabobank Group di Hong Kong, eksekusi para terpidana tersebut oleh pasar dinilai "tidak ramah terhadap investor asing." Selain itu ia mengatakan, "sulit menemukan sesuatu yang positif pada ekonomi dan politik Indonesia akhir-akhir ini."

Di dalam negeri Australia, muncul kecaman dan kritik tajam kepada Jokowi yang dinilai menggunakan eksekusi mati sebagai alat politik untuk menaikkan dukungan dalam negeri di tengah buruknya kinerjanya di bidang lain, seperti pemberantasan korupsi.

Prospek ekonomi RI yang dinilai suram tahun ini juga ikut menekan IHSG, menyusul berkurangnya keyakinan Indonesia akan bisa mencapai pertumbuhan ekonomi seperti yang ditargetkan.

"Tekanan IHSG masih terjadi seiring dengan akumulasi sentimen negatif yang muncul di pasar saham baik dari dalam negeri maupun eksternal," kata Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah di Jakarta, Kamis (30/4) seperti dikutip oleh Antara.

Ia mengatakan pelaku pasar cenderung pesimis terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal I 2015. Pelambatan pertumbuhan ekonomi serta ketidakpastian waktu kenaikan suku bunga The Fed menyebabkan performa indeks saham cenderung melemah.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 5,7 persen. Presiden Joko Widodo berkali-kali menyatakan optimismenya bahwa target pertumbuhan tersebut masih dapat dicapai. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama akan mencapai 5 persen. Namun, perkiraan paling realistis menunjukkan semakin sulit untuk menggapainya.

 Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suahasil Nazara‎, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 akan berada di bawah 5 persen. "Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2015 pemerintah ingin setinggi-tingginya. Tapi masukan yang kami dapat dari berbagai macam tempat ada perlambatan. Kayaknya di sekitar 5 persen atau sedikit di bawah 5 persen," ujar Suahasil di Jakarta.

Dia mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal tersebut dipengaruhi gejolak perekonomian dunia yang terlihat dari harga komoditas yang terus menurun. Hal ini yang menyebabkan nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan meski dolar tengah mengalami penguatan beberapa waktu lalu.

Belum lama ini, dalam sebuah laporan berjudul "Pemangkasan Harapan" Bank of America Merrill Lynch memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,5 persen tahun ini, dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,7 persen.

Bank yang berbasis di AS juga memotong proyeksi pertumbuhan 2016 menjadi 5,7 persen dari 6 persen sebelumnya, sebagai akibat dari lambatnya kemajuan realisasi investasi infrastruktur.

"Investasi infrastruktur telah berkurang selama dekade terakhir dan seharusnya pulih di bawah pemerintahan Presiden Jokowi," kata Chua Hak Bin, ekonom Bank of America Merrill Lynch.

"Tapi kemajuannya lambat sejauh ini, sebagian karena proses yang kompleks pembebasan lahan, kapasitas pelaksanaan yang lemah dan miskinnya koordinasi antarlembaga," kata dia.

Jokowi dalam agenda ekonominya yang menekankan pertumbuhan,  mengandalkan rencana belanja infrastruktur yang ambisius, dengan mengalokasikan sekitar Rp 290 triliun belanja modal (capital expenditure/capex) dalam APBN 2015, naik dari Rp 190 triliun pada tahun lalu.

Namun, perkembangan terakhir menunjukkan bahwa pencairan anggaran masih lamban, seperti tahun-tahun sebelumnya. Padahal, Jokowi telah menginstruksikan agar tender proyek pemerintah sudah dimulai bulan Maret, bukan pada bulan Juni sebagaimana biasa.

Pada kuartal pertama tahun ini, pemerintah mengucurkan hanya 18,5 persen dari total belanja negara sebesar Rp 1.980 triliun. Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan, yang bertanggung jawab untuk proyek-proyek infrastruktur, baru merealisasikan 3 persen dari anggarannya pada akhir Maret.

Selain faktor dalam negeri, faktor global ikut menekan IHSG hari ini. Menurut Alfiansyah, koreksi yang terjadi pada bursa saham di Eropa dan Amerika Serikat mempengaruhi bursa saham di kawasan Asia dan berdampak negatif bagi IHSG.

"Koreksi mayoritas indeks global itu seiring dengan pernyataan Federal Reserve (Bank Sentral AS,red) yang memberikan sinyal kenaikan suku bunga acuan masih terbuka dalam beberapa bulan mendatang," katanya.

Sementara itu, analis teknikal Mandiri Sekuritas Hadiyansyah mengatakan bahwa secara teknikal, IHSG telah melewati  level batas bawah yang diestimasi akan dapat menahan penurunan sehingga berpotensi terjadi "technical rebound".

"Baik IHSG maupun hampir semua saham sudah dalam kondisi yang `oversold`. Oleh karena itu probabilitas terjadinya `technical rebound` cukup besar. Jika pun terjadi penurunan, maka penurunan sudah relatif terbatas," kata Hadiyansyah.

Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng melemah 225,87 poin (0,80 persen) ke 28.174,47, indeks Bursa Nikkei turun 372,79 poin (1,86 persen) ke 19.686,16, dan Straits Times melemah 16,41 poin (0,47 persen) ke posisi 3.471,44.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home