Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:11 WIB | Senin, 08 Mei 2017

Ekspedisi Lengguru, Menguak Kekayaan Hayati Papua Barat

Ilustrasi. Ekspedisi Lengguru, Papua Barat. (Foto: lipi.go.id)

BOGOR, SATUHARAPAN.COM – Ekspedisi Lengguru di Papua Barat, yang telah melibatkan lebih dari 70 peneliti bidang zoologi, botani, dan juga biologi kelautan kerjasama antara  Institut De Recherche Pour Le Development (IRD) Prancis, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong. Ekspedisi yang sudah terselenggara dari tahun 2014 yang lalu.dan hingga saat ini, tercatat sebanyak 59 spesies baru dari berbagai taksa (golongan) baik serangga, amfibi, burung, ikan air tawar, moluska, anggrek, dan diperkirakan masih akan terus bertambah. Ekspedisi ini merupakan ekspedisi ilmiah terbesar di Indonesia

“Sebagai bagian dari kode etik, peneliti harus segera melaporkan kepada publik hasil temuannya sebagai bentuk tanggung jawab,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati di sela-sela pembukaan Ekspose Hasil Ekspedisi Lengguru 2014 di Gedung Kusnoto LIPI, Kota Bogor, Jawa Barat pada Rabu (3/5), yang dilansir situs lipi.go.id.

Lengguru yang terletak di Papua Barat, dan didominasi oleh batuan karst. Selama jutaan tahun, lingkungan ini telah memberikan mosaik habitat dengan kekhasan yang tinggi, kedalaman, kelembaban, isolasi, salinitas dan suhu yang mendukung proses adaptasi, evolusi dan konservasi spesies hewan dan tumbuhan. Wilayah ini merupakan rumah bagi sejumlah besar spesies endemik yang tidak ditemukan di tempat lain.

Laurent Pouyaud, peneliti genetik  IRD mengatakan, dari data terbaru tim peneliti berhasil mengumpulkan lebih dari 4.000 spesimen baik hewan maupun tumbuhan dari daratan, laut, dan bawah permukaan tanah. “Masih sangat banyak potensi di Papua yang belum diinvestigasi. Indonesia merupakan pabrik keanekaragaman hayati yang sangat natural, dengan tektonik aktif yang unik,” katanya.

Untuk bunga anggrek, Papua menyimpan 11,5 persen jenis anggrek dunia dan 95 persennya adalah endemik. Direncanakan, akhir 2017 tim akan kembali melakukan ekspedisi di Lengguru dengan fokus terumbu karang dengan zonasi kedalaman 60-150 meter dan hutan awan.

Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Indra Bayu Vimono menambahkan, dari hasil penelitian kelautan sendiri, tim mengumpulkan sampel hingga kedalaman 100 meter. “Ini baru pertama kali di Indonesia, dan di setiap titik penyelaman memiliki karakter yang unik dengan keanekaragaman hayati yang tinggi,” katanya.

Menurut Indra, konservasi ke depannya sangat dibutuhkan. “Nanti juga akan dibuatkan rekomendasi untuk konservasi terumbu karang, termasuk aturan main kapal cruise, sebesar apa, secepat apa, dan sedekat apa dengan pantai di daerah berterumbu karang,” katanya.

Sementara itu, peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI yang juga selaku Koordinator Ekspedisi, Gono Semiadi menambahkan, proses identifikasi hasil temuan masih berjalan 50-60 persen. Ia mengungkapkan, ada keunikan di Kaimana, Lengguru.

“Normalnya, apabila ketinggian tempat semakin tinggi, keanekaragaman hayatinya semakin rendah. Di Kaimana justru tidak berlaku, tempat dengan ketinggian wilayah yang tergolong tinggi, keanekaragaman hayatinya masih relatife tinggi, untuk itu, identifikasi harus terus dilakukan, “ katanya.

 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home