Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 14:29 WIB | Rabu, 27 Mei 2020

Elang Jawa Kembali Lahir di Gunung Salak

Pada pertengahan April 2020, lahir lagi seekor anak elang jawa (Nisaetus bartelsi), di wilayah Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Gunung Salak I, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bogor, yang dinamakan Wira. (Foto: menlhk.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kembali berita gembira didapatkan dari Rimba Gunung Salak. Pada pertengahan April 2020, lahir lagi seekor anak elang jawa (Nisaetus bartelsi), tepatnya di wilayah Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Gunung Salak I, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bogor.

Kelahiran itu secara rutin dipantau Tim Monitoring Elang Jawa Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

“Kami menamainya Wira, anak pasangan dari Beti dan Jalu ini. Wira kami temukan pada tanggal 2 Mei 2020 dan diperkirakan telah berumur sekitar tiga minggu,” Kepala Balai TNGHS Ahmad Munawir, mengisahkan pada pekan lalu, seperti dilansir situs resmi menlhk.go.id.

Saat ini, Wira sudah mulai sering mengepakkan sayap dan belajar terbang di sarang. Warna bulu di tubuh dan sayapnya mulai berwarna cokelat dan jambul di kepalanya mulai tumbuh. Wira sudah bisa mulai mematuk dan coba mencabik-cabik mangsa pakan yang dibawa induknya, tetapi dalam proses makannya masih disuapi oleh sang induk.

Elang jawa merupakan salah satu dari tiga spesies kunci di TNGHS dan sebagai satwa endemik Pulau Jawa. IUCN mengkategorikan elang jawa sebagai jenis satwa terancam punah dan Pemerintah Indonesia menetapkan elang jawa sebagai jenis satwa dilindungi.

“Elang jawa hanya mengalami satu kali masa berkembang biak dalam dua tahun, itu pun jumlah telurnya hanya satu butir, sehingga secara alami memiliki populasi yang rendah. Masa bersarang merupakan masa yang paling penting dalam siklus hidup burung pemangsa untuk keberlanjutan keberadaannya,” Ahmad Munawir menjelaskan.

Indikator Terjaganya Suatu Kawasan Hutan

Di dalam ekosistem, elang jawa mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai indikator terjaganya suatu kawasan hutan. Secara umum, habitat elang jawa berada pada hutan primer dan sebagian kecil hutan sekunder yang berdekatan atau berbatasan dengan ecotone. Kawasan TNGHS yang merupakan hutan hujan tropis pegunungan terluas yang masih tersisa di Pulau Jawa diyakini sebagai hatitat terbaik dari jenis elang ini.

Ahmad Munawir menyampaikan, tercatat mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 telah ditemukan sebelas sarang aktif elang jawa di kawasan taman nasional ini, yaitu delapan sarang di kawasan Gunung Salak dan tiga sarang di kawasan Gunung Halimun.

Dari sebelas sarang elang jawa yang ditemukan, tercatat hampir di seluruh sarang mengalami success breeding kecuali satu sarang yang berada di Blok Pasir Ngantuk, Resort PTNW Kawahratu, Seksi PTNW III Sukabumi (di kawasan Gunung Salak). Berdasarkan hasil pengamatan, sarang di Blok Bitung Lega, Resort PTNW Gunung Salak I, Seksi PTNW II Bogor (di kawasan Gunung Salak) yang paling banyak success breeding. Tercatat tiga kali mulai dari awal tahun 2015, tahun 2016, dan yang terbaru lahir pada pertengahan bulan April 2020.

“Sebenarnya pada tahun 2018 pasangan induk elang jawa yang kami beri nama Beti (untuk induk betina) dan Jalu (untuk induk jantan) bertelur juga, namun tidak menetas,” ia mengungkapkan.

Sebelumnya, pada tahun 2019 telah lahir elang jawa di bagian utara barat Gunung Salak bernama Sabeni. Tahun ini lahir juga di bagian puncak utara timur Gunung Salak bernama Wira.

“Semoga kelak keduanya dapat menjalankan tugas sebagai penguasa langit Gunung Salak bagian utara, sehingga keseimbangan ekosistem di kawasan ini dapat terjaga dengan baik,” kata Ahmad Munawir.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home