Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 19:14 WIB | Rabu, 20 Juli 2016

Empat Mantan PM Papua Nugini Desak Peter O'Neill Mundur

Peter O'Neill (Foto: AAP)

PORT MORESBY, SATUHARAPAN.COM - Jajaran mantan perdana menteri Papua Nugini yang menyerukan agar Peter O'Neill, perdana menteri saat ini, mengundurkan diri, bertambah.

Setelah sebelumnya dua mantan PM, yaitu Sir Michael Somare dan Sir Mekere Morauta mendesak agar O'Neill turun, Sir Julius Chan juga menyerukan hal serupa.

Gubernur Western Highlands  dan mantan perdana menteri Papua Nugini lainnya, Paias Wingti, dikabarkan juga akan bergabung dengan desakan yang sama hari ini (20/7).

Seruan ini disampaikan menjelang sidang mosi tidak percaya untuk pemakzulan O'Neill di parlemen Papua Nugini,  hari Jumat (22/7).

Kemarin, Mekere mengeluarkan pernyataan yang isinya mengatakan bahwa O'Neill adalah "pribadi yang tidak layak dan patut sebagai perdana menteri."

Ia menambahkan pemerintahan Papua Nugini saat ini kekurangan akuntabilitas dan transparansi, sebagaimana dilaporkan oleh Post Courier.

Sementara itu Somare menggarisbawahi tingginya biaya hidup di Papua Nugini dewasa ini dan menyerukan perlawanan terhadap pemerintah, yang "tidak melakukan hal tepat untuk kita."

Sejalan dengan Somare, Mekere Mourata mengatakan tidak lagi dapat berdiam diri terhadap O'Neill.

"Kami bergandengan tangan menyerukan O'Neill untuk mundur segera dan membiarkan proses hukum berjalan. Ia harus mundur sebelum hari Jumat," kata Sir Mekere, sebagaimana dilansir oleh emtv.com.pg.

Chan, dalam seruannya, mendesak oposisi membentuk pemerintahan persatuan yang berisi orang-orang terbaik dari kedua sisi, bila O'Neill mundur.

Sementara itu, O'Neill menanggapi seruan para mantan perdana menteri itu dengan mengatakan menghormati keputusan mereka.

O'Neill berkata sudah tahu bahwa Chan berencana bergabung dengan oposisi.

Ia mengatakan negerinya kini menghadapi situasi yang berbeda dengan saat Chan menjadi perdana menteri.

"Pemerintah saat ini menghadapi tantangan global yang lebih rumit daripada saat kapan pun sepanjang sejarah," kata dia.

"Kita memerlukan pemimpin generasi masa depan, yang memahami pasar global dan mengerti politik global, untuk memimpin bangsa," kata dia.

Mosi tidak percaya hari Jumat nanti adalah yang kesekian kali dalam tahun ini dilancarkan kepada O'Neill, yang dituduh melakukan korupsi.

Mosi tidak percaya kali ini dilakukan setelah Mahkamah Agung memerintahkan parlemen melakukan hal itu.

Pada mosi tidak percaya sebelumnya, O'Neill berhasil selamat dan mempertahankan kedudukannya.

Walaupun dalam upaya mosi tidak percaya kali ini sejumlah anggota parlemen pendukung pemerintah menyeberang ke partai oposisi, mayoritas anggota parlemen diyakini masih mendukung O'Neill.

Beberapa hari terakhir para anggota parlemen pendukung O'Neill berkumpul di Alotau.

O'Neill mengatakan pendukungnya bertambah setiap hari.

Sebuah pernyataan pers yang dikeluarkan oleh pemerintah pada hari Selasa (19/7) mengatakan lebih dari 80 orang anggota parlemen mendukung Peter O'Neiill.

Deputi PM Papua Nugini, Leo Dion, mengatakan tim pemerintah bersatu dan mendukung O'Neill.

"Hanya seorang yang yang kami lihat dapat memimpin bangsa melalui tantangan global saat ini dan dia adalah PM Peter O'Neill," kata dia.

Nasib O'Neill akan ditentukan pada hari Jumat.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home