Loading...
INDONESIA
Penulis: Francisca Christy Rosana 12:12 WIB | Kamis, 11 Juni 2015

Empat Sumber Masalah Penyebab Retaknya Kebangsaan

Dari kiri, Pdt. Dr. Benny Giay (Ketua Sinode Gereja Kingmi Papua), Pdt. Dr. Albertus Patty, moderator, dan Dr. M. Mas'ud Said (Staf Khusus Menteri Sosial) pada seminar bertajuk "Meninjau Peta Konflik dan Membangun Budaya Damai dalam Rangka Penguatan Bhinneka Tunggal Ika Indonesia di Universitas Indonesia,Depok, Kamis (11/6). (Foto: Francsica Chrsty Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Staf Khusus Menteri Sosial Dr M Mas'ud Said mengatakan setidaknya ada empat sumber masalah besar yang dapat memecahkan rasa persatuan dan kebangsaan masyarakat bernegara, khususnya negara heterogen seperti Indonesia. 

Bentuk sumber konflik yang pertama adalah pertentangan ideologi. Secara akademik, banyak bentuk konflik terjadi karena pertentangan ideologi. Ideologi negara maupun ideologi agama, misalnya. Pemaksaan terhadap ideologi dasar ini biasanya dilakukan oleh suatu kelompok yang mendominasi kelompok lain. Adanya dominasi membuat rasa persatuan pecah. 

"Yang kedua adalah pertentangan etnis dan identitas. Beberapa etnis di dunia, khususnya Indonesia memperebutkan superioritas," ujar Mas'ud dalam seminar bertajuk "Ingatan Konflik, Keadilan, dan Pluralisme Bhineka Tunggal Ika" di Universitas Indonesia, Depok, Kamis (11/6) siang. 

Bila dalam ruang tertentu, kata Mas'ud, negara didiami oleh dua atau lebih etnis yang berbeda, konflik antarwarga dengan etnis berbeda akan muncul dan tak terelakkan. Konflik muncul antaretnis yang mendiami ruang yang sama untuk memperebutkan akses ekonomi terlebih harga diri. Untuk itu, ujar Mas'ud, agama tidak membolehkan penganutnya untuk meninggikan diri agar tak muncul sifat yang superior. 

Sumber konflik yang ketiga ialah penguasaan ekonomi. Sumber ekonomi yang terbatas biasanya dikuasai oleh kelompok tertentu. Penguasaan dalam sektor ekonomi mengakibatkan pengusiran secara sistematik warga asli atau adat. 

"Akibatnya semua adat terpencil sekarang betul-betul terpinggirkan. Seperti suku Anak Dalam di Jambi," ujar Guru Besar Universitas Muhammadiyah Malang ini. 

Selanjutnya yang keempat adalah ihwal ketidakadilan negara atau gap. Setiap ketidakadilan akan menimbulkan konflik, mungkin perang atau kekacauan. 

"Kalau ada gap pasti ada perang. Indonesia menurut Abdul Haris Nasution akan sulit menghadapinya," kata dia. 

Untuk itu, selama enam bulan sejak masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), Kementerian Sosial fokus pada hal-hal yang menguatkan nilai kesetiakawanan sosial. 
 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home