Loading...
INDONESIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:07 WIB | Rabu, 20 Januari 2016

Enam Kabupaten NTT Rawan Pangan

Kekeringan di persawahan Oebufu Kupang (Foto: lintasntt.com/Gamaliel)

KUPANG, SATUHARAPAN.COM - Minimnya curah hujan yang melanda seluruh wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mengakibatkan sejumlah daerah gagal tanam, hingga berdampak pada ancaman rawan pangan bagi masyarakat di sejumlah daerah.

Dari data yang telah di input Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT, enam kabupaten di Provinsi NTT, sangat berpotensi terjadinya ancaman rawan pangan dan juga bisa berdampak pada bencana kelaparan bagi masyarakat setempat. Enam kabupaten tersebut yakni kabupaten Timur Tengah Utara (TTU), Alor, Flores Timur, Sikka, Manggarai Barat dan Sabu Raijua.

Demikian penjelasan Kepala Badan Ketahanan Pangan Dan Penyuluhan Provinsi NTT, Hadji Husen dalam rapat kerja bersama Komisi II di ruangan Komisi II DPRD Provinsi NTT Senin,(18/1) seperti diberitakan dari nttsatu.com.

Husen mengatakan, ancaman rawan pangan bagi masyarakat di enam Kabupaten ini, diakibatkan oleh terjadinya kerusakan terhadap sejumlah komoditi pertanian warga berupa, padi, jagung, ubi Kayu dan ubi jalar. Selain itu, hasil pemantauan posko Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKP2) Provinsi NTT di enam Kabupaten menemukan prosentasi kerusakan padi sebanyak 56,8 persen dan jagung sebanyak 53,7 persen. Sementara di Kabupaten lain, hingga saat ini masih dilakukan pendataan.

“Kita masih mengharapkan hujan yang cukup pada Februari. Karena masuk fase awal generative dan membutuhkan air. Pelbagai laporan yang masuk bersifat dinamis dan berkembang sesuai kondisi lapangan. Dan akan dilaporkan secara periodik untuk pengambilan keputusan selanjutnya,” kata Husen.

Husen mengatakan, langkah-langkah antisipasi yang dilakukan BKP2 provinsi NTT terhadap ancaman rawan pangan yakni, meningkatkan sistem kewaspadaan dan keposkoan, untuk rujukan rekomendasi antisipasi sesuai surat Gubernur NTT kepada 22 kabupaten dan kota. Selain itu, harus efektifkan kerja kelompok kerja (pokja) DKP dan tim terpadu bersama BPBD, dinas Sosial, dinas pertanian dan perkebunan, Dinas PU dan dinas Kesehatan.

Pemprov Telah Siapkan Anggaran

Sementara itu, untuk mengantisipasi bencana kekeringan di NTT, Pemerintah Provinsi NTT menyiapkan anggaran Rp 10 miliar dalam APBD tahun anggaran 2016.

Gubernur NTT, Frans Lebu Raya usai membuka Musda MUI ke-VIII di Hotel On The Rock, Jumat (15/1) kepada Timor Express.com  mengatakan, mengantisipasi kejadian ini  Pemprov telah melakukan pertemuan, untuk memetakan titik yang terancam rawan pangan. "Tapi prinsipnya kita siap. Dalam APBD tahun 2016 ini kita juga mengalokasikan anggaran Rp 10 miliar, untuk mengantisipasi kemungkinan kalau terjadi rawan pangan," kata Lebu Raya.

Ia meminta para petani untuk melihat data dari BMKG, walaupun tidak semua ramalan cuaca benar. Namun, menurutnya, data BMKG bisa menjadi dasar untuk menentukan kapan mulai menanam. "Saya selalu mengimbau karena kita punya hujan sedikit, maka tanamlah benih yang berusia pendek yang menggunakan air sedikit. Kalau terlalu lama dan butuh air banyak pasti tidak jadi," katanya.

Ketua DPRD Provinsi NTT, Anwar Pua Geno membenarkan, dalam APBD tahun anggaran 2016 dialokasikan Rp 10 miliar untuk mengantisipasi ancaman rawan pangan. "Pak Gubernur sudah tetapkan dan DPA sudah keluar, maka Februari ini sudah bisa di pakai," katanya.

Diakuinya, dengan kondisi curah hujan yang rendah, maka sebagian besar wilayah di NTT mengalami gagal tanam dan mengalami gagal panen. Namun bisa diantisipasi dengan anggaran yang telah dialokasikan, karena tentunya di kabupaten/kota juga ada anggaran yang disiapkan.

 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home