Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 09:36 WIB | Minggu, 22 November 2020

Ethiopia Menolak Mediasi dari Uni Afrika

Pengungsi Tigray yang melarikan diri dari konflik di Tigray, Ethiopia, tiba di tepi Sungai Tekeze di perbatasan Sudan-Ethiopia, di Hamdayet, Sudan timur, hari Sabtu, 21 November 2020. (Foto: AP)

ADIS ABABA, SATUHARAPAN.COM-Pemerintah Ethiopia menolak upaya Afrika untuk menengahi konflik dengan Tigray, hari Sabtu (21/11), dengan mengatakan pasukannya telah merebut kota lain dan lam mereka menuju ibu kota yang dikuasai pemberontak di wilayah Tigray utara.

Lebih dari dua pekan setelah serangan Perdana Menteri Abiy Ahmed, pemerintah mengatakan pasukan Tigrayan sedang membuldoser jalan dan menghancurkan jembatan untuk menahan gerak maju di ibu kota regional Mekelle, yang dihuni sekitar setengah juta orang.

Tigrayan telah menjanjikan "neraka" untuk musuh mereka yang mendekat. Namun mereka membantah menghancurkan jembatan, tetapi tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar tentang pembajakan jalan.

Ratusan, mungkin ribuan, orang telah tewas dan lebih dari 30.000 pengungsi telah melarikan diri ke Sudan sejak konflik meletus pada 4 November. Pertempuran telah menyebar ke luar Tigray, yang pasukannya telah menembakkan roket ke wilayah tetangga Amhara dan negara Eritrea, memicu kekhawatiran perang yang lebih luas dan pecahnya konflik multi etnis Ethiopia.

Menuju Mekelle

Pemerintah Abiy mengatakan akan segera mencapai Mekelle setelah merebut berbagai kota di sekitarnya. Pada hari Sabtu dikatakan Adigrat juga jatuh yang terletak sekitar 116 kilometer utara Mekelle.

Pemberontak Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) mengatakan sembilan warga sipil tewas di antara banyak korban dalam serangan artileri di Adigrat.

Pemerintah tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar, tetapi sebelumnya berulang kali membantah menargetkan warga sipil.

Pernyataan di semua sisi sulit untuk diverifikasi karena koneksi telepon dan internet telah terputus sejak awal konflik dan media sebagian besar dilarang.

Eritrea menyangkal tuduhan TPLF bahwa mereka telah mengirim tentara ke perbatasan untuk mendukung serangan Abiy terhadap pasukan Tigrayan, yang juga merupakan musuh lama Eritrea.

Utusan Uni Afrika

Pada hari Jumat, blok Uni Afrika menunjuk mantan presiden Joaquim Chissano dari Mozambik, Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia dan Kgalema Motlanthe dari Afrika Selatan sebagai utusan khusus untuk mengupayakan gencatan senjata dan perundingan mediasi.

Abiy, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu untuk pakta perdamaian dengan Eritrea, bertujuan untuk menangkap para pemimpin TPLF sebelum adanya dialog.

"Berita yang beredar bahwa utusan akan melakukan perjalanan ke Ethiopia untuk menengahi antara Pemerintah Federal dan unsur kriminal TPLF adalah palsu," kata tweet pemerintah pada hari Sabtu.

Abiy menuduh para pemimpin Tigrayan memberontak melawan otoritas pusat dan menyerang pasukan federal di kota Dansha. Pemberontak mengatakan pemerintah Abiy telah meminggirkan dan menganiaya Tigrayan sejak menjabat dua tahun lalu.

Abiy membantahnya, dengan mengatakan dia hanya berusaha untuk memulihkan hukum dan ketertiban dan menjaga persatuan Ethiopia dan 115 juta penduduknya.

Para pekerja bantuan mengatakan konflik tersebut menciptakan krisis kemanusiaan di Tigray, di mana lebih dari lima juta penduduk telah mengungsi dan bergantung pada bantuan makanan sejak sebelum konflik.

Di perbatasan dengan Sudan, Perserikatan Bangsa-bangsa merencanakan kemungkinan kedatangan 200.000 pengungsi. “Situasinya sangat mengerikan,” kata Jens Hesemann, koordinator tanggap darurat untuk badan pengungsi PBB UNHCR, dari titik penyeberangan Hamdayet. Dia meminta bantuan donor yang mendesak saat dia berdiri di depan tenda dan kerumunan orang Ethiopia yang baru tiba.

Ribuan pengungsi di Hamdayet dan titik penyeberangan lainnya, Luqdi, telah mengantre untuk mendapatkan jerigen dan bubur tepung jagung, serta mendirikan tenda darurat di bawah pohon semak belukar. Banyak yang berdesakan di perahu untuk menyeberangi sungai ke Sudan. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home