Facebook Kerahkan Tim untuk Awasi Penyebaran Informasi Konflik Israel-Gaza
SATUHARAPAN.COM-Facebook Inc mendirikan "pusat operasi khusus 24-7” pekan lalu untuk menanggapi konten yang diposting di platformnya tentang konflik Israel-Palestina di tengah kekerasan di wilayah tersebut, kata perusahaan itu pada hari Rabu (19/5).
Informasi yang salah, ujaran kebencian, dan seruan untuk melakukan kekerasan tentang konflik telah beredar di platform media sosial di tengah pertempuran mematikan tersebut.
“Pusat operasi ini memungkinkan kami untuk memantau situasi dengan cermat, sehingga kami dapat menghapus konten yang melanggar standar komunitas kami lebih cepat, sambil juga mengatasi kemungkinan kesalahan dalam penegakan,” kata Monika Bickert, wakil presiden kebijakan konten Facebook, kepada wartawan melalui telepon konferensi.
Facebook sebelumnya telah mendirikan pusat operasi serupa untuk fokus pada situasi seperti pemilihan global.
Juru bicara Facebook, Andy Stone, mengatakan kepada Reuters bahwa kepala urusan global Facebook, Nick Clegg, dan eksekutif lainnya pada hari Selasa (18/5) telah berbicara dengan Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh. Eksekutif Facebook sebelumnya bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, melalui Zoom, Politico melaporkan pekan lalu.
Tim pemeriksa fakta Reuters telah menyanggah gambar yang dibagikan di Facebook, Twitter, dan Instagram yang secara palsu mengklaim terkait dengan konflik tersebut.
The New York Times melaporkan pada hari Rabu bahwa ekstremis Yahudi telah membentuk kelompok baru di WhatsApp, layanan pesan terenkripsi milik Facebook, untuk tujuan melakukan kekerasan terhadap warga Palestina.
"Sebagai layanan perpesanan pribadi, kami tidak memiliki akses ke konten obrolan pribadi orang-orang meskipun ketika informasi dilaporkan kepada kami, kami mengambil tindakan untuk memblokir akun yang kami yakini mungkin terlibat dalam menyebabkan kerusakan yang akan segera terjadi," kata juru bicara WhatsApp. "Kami juga dengan cepat menanggapi permintaan hukum yang valid dari penegak hukum untuk informasi terbatas yang tersedia bagi kami."
Platform media sosial juga menghadapi tuduhan penyensoran. Pekan lalu, BuzzFeed News melaporkan bahwa Instagram milik Facebook telah secara keliru menghapus konten tentang Masjid Al-Aqsa di Yerusalem di mana polisi keamanan Israel bentrok dengan jamaah.
Thomson Reuters Foundation juga melaporkan bahwa Instagram dan Twitter Inc menyalahkan gangguan atas penghapusan postingan yang menyebutkan kemungkinan penggusuran warga Palestina dari Yerusalem Timur.
Facebook telah melarang penguasa Gaza, Hamas, dari platformnya dan menghapus konten yang memuji kelompok yang dianggap oleh Israel, Amerika Serikat, dan Uni Eropa sebagai kelompok teroris.
Bickert dari Facebook mengatakan, pusat operasi baru ini dikelola oleh para ahli, termasuk penutur asli bahasa Arab dan Ibrani.
Facebook yang berbasis di California, Amerika Serikat, telah dikritik di masa lalu karena kurangnya keahlian bahasa lokal dan sumber daya di tengah situasi kekerasan di negara lain. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Penasihat Senior Presiden Korsel Mengundurkan Diri Masal
SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Para penasihat senior Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, termasuk kepala...