Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 07:43 WIB | Selasa, 09 Desember 2014

Fauzi Ichsan: Reputasi Jokowi Jadi Daya Tarik Investasi

Axel Von Trotsenburg (kiri) Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Tenggara, dan ekonom Fauzi Ichsan (kanan).(Foto: Prasasta).

AKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan merupakan  faktor penting bagi keberlanjutan pembangunan ekonomi sektor mikro suatu negara.

Lebih dari itu, pertumbuhan ekonomi juga harus menjamin kepastian investasi, karena hal itu sangat diperlukan para pengusaha.

Reputasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai gubernur yang  berhasil mengatasi permasalahan dan infrastruktur Jakarta diyakini merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya.

“Pertumbuhan ekonomi menjadi sebuah hal yang substansial dan krusial untuk sektor mikro dan makro, selain itu pemerintah saat ini memang ditantang untk membenahi sektor migas, tetapi mereka juga ditantang untuk memperbaiki UKM (Usaha Kecil dan Mikro),” kata pengamat ekonomi dari Standard Chartered, Fauzi Ichsan, saat memberi materi pada forum Indonesia Economic Quarterly atau Laporan Ekonomi Triwulan yang digelar oleh Bank Dunia untuk Indonesia, di Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (8/12).

Pertumbuhan ekonomi pasca transisi kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono kepada Presiden Joko Widodo menjadi salah satu bagian yang dibahas dalam forum tersebut. Bank Dunia dalam kesempatan yang sama memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan hanya mencapai 5,2 persen.

Prediksi tersebut – sebagaimana dikemukakan Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves, di  bawah prediksi Bank Dunia, pada Juli 2014 lalu sebesar 5,6 persen.

Para pemateri lain pada forum diskusi yang digelar Bank Dunia (World Bank) ini antara lain mantan Menteri Perdangangan dan Pariwisata Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Ekonom Utama Bank Dunia Untuk Indonesia Ndiame Diop, dan Axel Van Trotsenburg Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Tenggara.

Chaves menyebut Bank Dunia melakukan revisi prediksi tersebut disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan investasi dan ekspor. Sementara itu untuk pertumbuhan ekonomi 2014, Bank Dunia memprediksi hanya mencapai 5,1 persen lebih rendah dari prediksi sebelumnya 5,2 persen.

Dalam kesempatan yang sama, Ichsan mengungkapkan Presiden Joko Widodo dan pasangannya, Wakil Presiden Jusuf Kalla berani melakukan langkah yang tidak populer yakni menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.     

Fauzi Ichsan berpendapat, skema subsidi tetap untuk bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi merupakan langkah yang baik dari pemerintah dalam mengendalikan subsidi.

“Pemerintah akan mengunci subsidi BBM per tahun anggaran, sehingga fluktuasi harga minyak internasional tidak akan memengaruhi pengeluaran subsidi pemerintah," Ichsan menambahkan.

Fauzi menyatakan, subsidi tetap yang harus diberikan pemerintah berkisar antara Rp1.000-Rp1.500 per liter. Namun, hal tersebut harus mendapatkan pertimbangan DPR.

Dengan skema subsidi seperti ini, diharapkan akan lebih banyak anggaran negara yang bisa dihemat dan disalurkan untuk sektor yang lebih produktif seperti pembangunan infrastruktur.

“Ini akan sangat efisien. Pemerintah bilang kenaikan BBM Rp1.000 saja saving-nya Rp24 triliun,” Ichsan mengakhiri pemaparan materinya.  

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home