Filipina Selidiki Pembunuhan Perempuan Pekerja di Kuwait
MANILA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Filipina pada Sabtu (28/1) mengatakan akan mengambil langkah-langkah untuk menyelidiki dan mencegah pelanggaran termasuk pemerkosaan dan penganiayaan terhadap pekerja Filipina di Kuwait, setelah seorang pembantu rumah tangga dibunuh dan dibuang di padang pasir di emirat yang kaya minyak itu.
Jenazah Jullebee Ranara diterbangkan pulang hari Jumat (27/1) malam dari Kuwait, di mana perempuan berusia 35 tahun itu dilaporkan dibunuh oleh putra majikannya kemudian dibuang dengan bekas luka bakar, kata Sekretaris Pekerja Migran Susan Ople.
Para pejabat Filipina berusaha untuk mengkonfirmasi laporan berita bahwa dia diperkosa dan sedang hamil ketika dia dibunuh oleh tersangka berusia 17 tahun, yang ditahan oleh polisi Kuwait, katanya. Pemerintah Filipina akan melakukan segalanya untuk memastikan keadilan bagi korban, katanya.
“Ini adalah kejahatan yang sangat mengerikan dan tidak masuk akal sehingga pelakunya harus dihukum,” kata Ople dalam konferensi pers online.
Pembunuhannya adalah tragedi terbaru yang menimpa seorang pekerja luar negeri dari Filipina, di mana sekitar sepersepuluh dari lebih dari 110 juta orang telah pergi terutama karena pengangguran dan kemiskinan dan sekarang bekerja atau tinggal di lebih dari 200 negara untuk menafkahi keluarga di kampung halaman. Penghasilan besar yang mereka kirimkan ke rumah telah membantu menjaga perekonomian Manila tetap bertahan.
Ople mengatakan dia akan mengirim tim pejabat ke Kuwait untuk mencari tahu apa yang memicu peningkatan kasus pelecehan terhadap pekerja Filipina dalam beberapa tahun terakhir di emirat kecil itu dan langkah pencegahan apa yang dapat diambil.
Pelecehan seksual dan pemerkosaan, perdagangan manusia, pelanggaran kontrak kerja dan pemutusan hubungan kerja secara ilegal adalah beberapa keluhan umum warga Filipina, katanya.
Sekitar 268.000 orang Filipina saat ini bekerja di Kuwait, termasuk banyak pembantu rumah tangga. Lebih dari 400 orang Filipina mencari perlindungan dalam beberapa pekan terakhir di sebuah pusat darurat yang dijalankan oleh Kedutaan Besar Filipina karena masalah tenaga kerja, dan hampir setengahnya telah terbang kembali ke Manila, kata Wakil Menteri Pekerja Migran, Hans Cacdac.
Duta Besar Kuwait untuk Manila, Musaed Saleh Althwaikh, menyatakan belasungkawa dan meyakinkan Ople bahwa "kematian tragis" Ranara adalah kasus yang terisolasi.
“Masyarakat Kuwait kaget dan sedih mendengar meninggalnya Ibu Ranara,” kata duta besar dalam surat yang salinannya diberikan kepada wartawan. “Sistem peradilan kami tidak akan kehilangan pandangan dalam memastikan keadilan bagi Nyonya Ranara.”
Pada tahun 2018, Presiden Rodrigo Duterte saat itu melarang penempatan pekerja ke Kuwait setelah seorang pembantu rumah tangga Filipina, Joanna Demafelis, ditemukan tewas dan dimutilasi di dalam lemari es di sebuah apartemen yang ditinggalkan. Larangan itu akhirnya dicabut.
Pembunuhan itu menyebabkan penandatanganan pakta perburuhan 2018 antara Filipina dan Kuwait, yang memberikan lebih banyak perlindungan kepada warga Filipina, termasuk larangan praktik majikan untuk memegang paspor dan dokumen perjalanan untuk mencegah pekerja melarikan diri ketika terjadi pelanggaran atau timbul perselisihan.
Pelanggaran, bagaimanapun, tetap bertahan meskipun ada kesepakatan, yang menurut Ople akan diperiksa dan diperkuat untuk memperkenalkan lebih banyak perlindungan bagi pekerja Filipina. (AP)
Editor : Sabar Subekti
WHO dan 50 Negara Peringatkan Serangan Ransomware pada Rumah...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sekitar 50 negara mengeluarkan peringatan ...