Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 08:46 WIB | Rabu, 12 Januari 2022

Filipina: Serangan Bom di Bus, Satu Tewas, Enam Luka-luka

Seorang pria yang mengenakan masker pelindung karena merebaknya penyakit virus corona (COVID-19), duduk di dalam bus di Manila, Filipina, 12 Maret 2020. (Foto: dok. Reuters)

MANILA, SATUHARAPAN.COM-Seorang anak tewas dan enam lainnya terluka setelah sebuah bom meledak di sebuah bus umum di Filipina selatan yang dilanda pemberontakan pada hari Selasa (11/1), kata pihak berwenang. Namun sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.

Polisi mengatakan ledakan itu terjadi ketika bus itu sedang melaju di sepanjang jalan raya dekat Kota Cotabato di pulau Mindanao, surga bagi beberapa kelompok bersenjata mulai dari gerilyawan komunis hingga gerilyawan ekstremis.

Bom itu "di dalam bus, di bagian belakang ... di mana ada banyak orang duduk," kata Kepala Sersan Randy Hampac, juru bicara polisi di kota Aleosan.

Seorang anak laki-laki berusia lima tahun tewas, sementara enam lainnya terluka dalam ledakan yang menghancurkan jendela belakang, kata Hampac. Yang terluka termasuk seorang bayi berusia lima bulan dan seorang anak berusia tiga tahun.

Sebuah laporan polisi mengatakan salah satu korban melihat seorang penumpang laki-laki meninggalkan "bagasi" di bus ketika dia turun dan kemudian meledak.

“Ini adalah pertama kalinya hal ini terjadi di kota kami,” kata Hampac. “Ada insiden pemboman menara seluler di tahun-tahun sebelumnya, tetapi insiden ledakan di bus ini pertama kalinya.”

Juru bicara militer regional, Letnan Kolonel John Baldomar, mengatakan tidak ada kelompok yang mengaku melakukan "serangan".

Serangan militan terhadap bus, gereja Katolik dan pasar umum telah menjadi ciri kerusuhan selama beberapa dekade di wilayah tersebut.

Manila menandatangani pakta perdamaian dengan kelompok pemberontak terbesar di negara itu, Front Pembebasan Islam Moro, pada tahun 2014, mengakhiri pemberontakan bersenjata mematikan mereka.

Namun kelompok kecil pejuang Muslim yang menentang kesepakatan damai tetap ada, termasuk militan yang mengaku setia kepada ISIS. Pemberontak komunis juga beroperasi di wilayah tersebut.

Pada Mei 2017, ratusan pria bersenjata asing dan lokal pro ISIS merebut Marawi, kota Muslim terbesar di negara itu. Militer Filipina merebut kembali kota yang hancur itu setelah pertempuran selama lima bulan yang merenggut lebih dari seribu nyawa. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home