Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 10:26 WIB | Jumat, 26 Agustus 2016

Formappi Nilai Sekolah Parlemen masih Perlu Kajian Mendalam

Gerung MPR/DPR/DPD, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. (Foto: Dok. satuharapan.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Peneliti Forum Masyarakat Peduli Indonesia (Formappi), Lucius Karu,s menilai Sekolah Parlemen yang digagas Ketua DPR RI, Ade Komarudin, atau Akom perlu ada kajian yang mendalam sebelum diputuskan.

“Rencana yang dibuat tergesa-gesa akan menghasilkan sesuatu yang asal-asalan. Gagasan itu tak serta-merta mendesak untuk dilakukan sekarang.  Perlu ada kajian mendalam terlebih dahulu sebelum diputuskan,” kata Lucius saat dihubungi wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, hari Jumat (26/7).

Di awal, kata Lucius, rencana Sekolah Parlemen yang diungkapkan Akom itu kedengarannya sangat menarik. Namun, lanjut Lucius jika Sekolah Parlemen dimaksudkan untuk mendongkrak kualitas anggota, tak akan efektif bagi DPR periode sekarang.

“Anggota DPR yang sekarang ini ibaratnya sudah lulus dari sekolah ketika disodorkan Partai Politik (Parpol) menjadi caleg. Karena itu tak tepat jika mereka masih harus disibukkan dengan kegiatan sekolah di saat mereka seharusnya sudah mulai bekerja,” kata dia.

Lucius menambahkan, gagasan Akom terkesan menunjukkan bahwa Akom mengganggap anggota DPR sekarang tidak bermutu semua dan karenanya kinerja DPR juga tak berkualitas.

“Padahal banyak sekali anggota yang bergelar S2 bahkan profesor.  Mereka-mereka ini jelas punya kemampuan yang memadai,” kata dia.

Jika hasil kerja DPR jeblok, kata  Lucius, bisa jadi tak semata-mata karena kemampuan anggota DPR yang bermasalah.

“Dalam banyak kesempatan Formappi selalu mengkritik tata perencanaan DPR yang seringkali bombastis.  Mereka buat rencana yang tidak realistis, tidak terfokus dan tanpa arah. Perencanaan buruk ini yang kemudian mengacaukan hasil akhir," kata dia.

Menurut  Lucius Sekolah Parlemen bisa dianggap sekadar proyek jika dipaksakan. Namun  Apalagi, masalah DPR bukan hanya pada kualitas anggota,  tetapi sistem perencanaan yang serampangan, yang membuat DPR bekerja tanpa arah.

Lebih jauh, Lucius tugas memperhatikan kualitas anggota itu merupakan tanggung jawab parpol masing-masing.  Oleh karena itu penting sekali bagi parpol untuk melakukan penjaringan kader sebelum mengusung caleg.

“Caleg yang dipasang harus sudah bisa dijamin kualitas mereka. Jangan sampai sudah terpilih jadi anggota baru kebingungan mau bekerja apa,” kata dia.

“Jadi jangan sampai DPR sibuk sekolah lagi dan lupa kalau mereka harus bekerja,” kata dia.

Sebelumnya, DPR mewacanakan membentuk sekolah parlemen. Ketua DPR Ade Komarudin mengatakan, gagasan tersebut dicetuskan sebagai upaya peningkatan kualitas anggota dewan. Selain itu sekolah parlemen diharapkan juga bisa membuat standar kualitas legislator.

“Tujuan kami peningkatan kualitas para legislator, anggota dewan yang selama ini diharapkan masyarakat berkualitas. Baik fungsinya sebagai pembuat undang-undang, penyusun APBN dan fungsi pengawasannya," kata Ade di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, hari Kamis (25/8).

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home