Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 10:36 WIB | Selasa, 24 Juli 2018

Gelombang Panas di Jepang Pecahkan Rekor, 77 Meninggal

Ilustrasi. Payung dan kipas menjadi bagian tak terpisahkan dalam aktivitas keseharian warga Tokyo, Jepang, ketika temperatur mencapai lebih dari 40 derajat celsius, Senin, 23 Juli 2018. (Foto: Breaking The News)

TOKYO, SATUHARAPAN.COM – Gelombang panas di Jepang mencapai rekor pada Senin (23/7), tatkala suhu mencapai 41,1 derajat celsius di Kumagaya, Provinsi Saitama, sekitar 86 kilometer dari Tokyo.

Temperatur tersebut memecahkan rekor lima tahun sebelumnya, yaitu 41,0 derajat celsius pada Agustus 2013 di Shimanto, Prefektur Kochi, mengutip dari BBC.

Khusus di Tokyo, suhu 40,8 derajat celsius juga memecahkan rekor lokal, dan NHK juga mlaporkan temperatur mencapai 40,7 derajat di Kota Tajimi, Provinsi Gifu. Ini adalah pertama kalinya suhu menyentuh titik 40 derajat pada sebuah lokasi pengamatan di Tokyo, semenjak pencatatan dilakukan.

Akibat gelombang panas itu, seperti dibertakan BBC, sebanyak 77 orang telah meninggal dunia dan 30.000 orang harus dirawat di rumah sakit, berdasarkan perhitungan Badan Penanggulangan Bencana Jepang dan Kantor Berita Kyodo sejak 9 Juli hingga Minggu (22/7).

Pada Senin (23/7) saja, sedikitnya sembilan orang meninggal dunia. Beberapa orang di antara mereka adalah warga lanjut usia yang berusia antara 72 hingga 95 tahun.

Sebelumnya, Kementerian Pendidikan, mengimbau masyarakat dan pelajar untuk bersikap waspada dan menghindari kegiatan di luar ruangan.

Imbauan itu dikemukakan setelah seorang pelajar berusia enam tahun di Prefektur Aichi meninggal dunia setelah mengikuti kegiatan belajar di luar kelas, pada Selasa (17/7).

Kemudian, sejumlah siswa SMA di Shimonoseki, Prefektur Yamaguchi, mengalami gejala kejang akibat terpapar sengatan matahari sehingga harus dibawa ke rumah sakit.

Gubernur Tokyo: “Persis Seperti Hidup di Sauna”

Gelombang panas juga memecahkan rekor lainnya.

Pada Minggu (22/7), Dinas Pemadam Kebakaran Tokyo mengerahkan ambulans sebanyak 3.125 kali—jumlah terbanyak dalam sehari sejak dinas tersebut memulai layanan darurat pada tahun 1936. Sebagian besar warga yang memerlukan ambulans terdampak gelombang panas.

Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, mengatakan gelombang panas yang melanda Jepang akhir-akhir ini menyebabkan masyarakat “persis seperti hidup di sauna”.

Agar korban tidak semakin banyak berjatuhan, Badan Meteorologi Jepang mengimbau masyarakat untuk minum air lebih sering dan waspada terhadap gelombang panas.

Badan tersebut memperkirakan situasi ini masih akan berlanjut sampai awal Agustus di bagian barat dan timur Jepang.

“Orang-orang di kawasan yang suhunya mencapai 35 derajat atau lebih harus sangat berhati-hati. Walau suhunya rendah, cuaca panas bisa berbahaya bagi anak-anak dan orang lanjut usia serta bergantung pada lingkungan dan aktivitas yang Anda lakukan,” sebut Badan Meteorologi sebagaimana dikutip AFP.

Motoaki Takekawa dari Badan Meteorologi pada hari Senin kemarin, seperti dilaporkan NHK, menyampaikan kepada para wartawan, dua sistem bertekanan tinggi tampaknya akan mempertahankan gelombang panas hingga awal Agustus. Takekawa menambahkan, suhu tertinggi siang hari bisa tetap di atas 35 derajat pada sebagian wilayah.

Ia memperingatkan hanya sangat sedikit orang yang pernah mengalami temperatur sekitar 40 derajat, dan gelombang panas tersebut dapat mengancam jiwa. Ditambahkannya, badan meteorologi menganggap gelombang panas itu sebagai bencana alam. Takekawa menyerukan agar orang-orang tetap terhidrasi dan mengonsumsi sejumlah cukup garam guna mencegah sengatan panas.

Sementara itu, seperti diberitakan BBC, upaya meredam gelombang panas juga dilakukan secara swadaya oleh masyarakat Kota Yokohama.

Di kota sejauh 44 kilometer sebelah selatan Tokyo itu, khalayak berpartisipasi dalam acara yang disebut uchimizu atau “upacara air”, yaitu mengguyur atau memercik air dingin ke jalanan guna mendinginkan.

Fenomena gelombang panas ini menambah rumit upaya penyelamatan korban banjir di bagian barat Jepang mengingat banyak relawan beraktivitas di tengah terik matahari.

Lebih dari 200 orang meninggal dunia akibat banjir dan longsor yang dipicu hujan deras awal bulan ini. (bbc.com/nhk.or.jp)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home