Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:21 WIB | Rabu, 23 Mei 2018

Gelombang Panas Menewaskan 65 Orang di Pakistan

Ilustrasi. Seorang pria membasuh wajahnya dengan air, gelombang panas menewaskan sedikitnya 65 orang di Karachi, kota di sebelah selatan Pakistan. (Foto: samaa.tv)

PAKISTAN, SATUHARAPAN.COM – Gelombang panas (heatwave) menewaskan sedikitnya 65 orang di Karachi, kota di sebelah selatan Pakistan selama tiga hari terakhir. Gelombang panas yang menyengat di bulan Ramadan di negeri mayoritas Muslim itu dikhawatirkan bakal menelan lebih banyak korban.

Suhu mencapai tinggi 44 derajat Celsius (111 Fahrenheit) pada hari Senin (21/5), menurut Departemen Meteorologi Pakistan, jauh di atas tinggi harian rata-rata yakni  35 derajat Celcius (95 Fahrenheit).

Situasi itu diperparah oleh pemadaman listrik di seluruh kota, dan puasa pada bulan Ramadan, di mana banyak umat Islam tidak makan dan minum selama siang hari.

Faisal Edhi, dari Edhi Foundation yang mengelola rumah duka Karachi, mengatakan kepada CNN, 65 orang telah meninggal, namun jumlah itu diperdebatkan oleh direktur untuk otoritas penanggulangan bencana provinsi di Sindh, Karachi.

Edhi mengatakan, jenazah korban yang dibawa ke rumah duka adalah para pekerja pabrik yang berasal dari kawasan miskin Landhi dan Korang, Karachi.

"Mereka bekerja di sekitar pemanas dan mesin perebus air di pabrik-pabrik tekstil. Di daerah itu terjadi pemadaman listrik rutin delapan hingga sembilan jam di kawasan itu," kata Edhi. Suhu udara diperkirakan mencapai lebih dari 40 derajat Celcius.

Kondisi itu, diperkirakan akan tetap panas sampai datangnya hujan monsoon yang diperkirakan akan datang awal Juni di India selatan sebelum bergerak ke utara sepanjang bulan, bertepatan dengan akhir Ramadan pada 14 Juni.

Ini bukan pertama kalinya orang-orang di Karachi mengalami panas yang begitu hebat. Gelombang panas 2015 di kota itu mencapai 45 derajat Celcius, menewaskan sedikitnya 1.300 orang, termasuk banyak orang sakit dan lanjut usia.

Suhu diperkirakan akan tetap di bawah 40-an derajat Celsius (105 hingga 110 Fahrenheit) untuk beberapa hari ke depan sebelum menjadi agak dingin  sekitar 30 derajat Celsius (90-an hingga 100 derajat Fahrenheit) pada akhir minggu.

"Masalah terbesar adalah bahwa hilangnya jalur hijau yang menjadi pelindung lingkungan perkotaan," kata Suneela Ahmed, arsitek dan perancang urban yang berbasis di Karachi.

Biasanya, Karachi memiliki tingkat kelembaban yang tinggi. Selama gelombang panas terjadi, perubahan arah angin yang membawa angin kering ke kota bukannya uap air dari laut, hal ini diperparah dengan tidak adanya pohon yang melindungi kota. 

"Pembangunan perumahan tinggal yang marak, mengakibatkan hilangnya jalur hijau di dalam kota. Jalur hijau yang menjadi paru-paru kota ini telah dihancurkan," kata Suneela Ahmed.

"Bila tidak ada inisiatif untuk mengatasi masalah ini, dalam 15 tahun kota ini tidak akan bisa ditinggali.” (edition.cnn.com)

 

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home