Gereja: 3.000 Orang Terbunuh dalam Kekerasan di Kongo
KINSHASA, SATUHARAPAN.COM - Lebih dari 3000 orang terbunuh di daerah-daerah terpencil di Republik Demokratik Kongo, menurut sebuah laporan terbaru dari Gereja Katolik Kongo.
Wartawan NPR, Ofeibea Quist-Arcton melaporkan, kekerasan yang terjadi di wilayah Kasai tengah meletup Agustus lalu, ketika militer membunuh Kamuina Nsapu, seorang pemberontak yang menyerukan agar militer pemerintah meninggalkan wilayah itu.
Gereja telah berusaha menjadi penengah untuk mencapai perdamaian. Ofeibea melaporkan, mengutip pernyataan Gereja Katolik Kongo, militer mencoba memadamkan pemberontakan dengan menghancurkan desa-desa di negar yang dahulu dikenal dengan nama Zaire itu. Gereja juga menuduh milisi Kamuina Nsapu membunuh ratusan orang, menghancurkan empat desa dan menyerang bangunan gereja dalam kampanye anti pemerintah mereka.
Dalam laporan terbaru, Komisi HAM PBB menyatakan bahwa serangan terhadap penduduk di Kasais meluas. Komisioner HAM PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein, berbicara di Dewan HAM PBB, mengatakan investigator PBB telah diterjunkan ke daerah itu dan menemukan bahwa situasi telah berkembang semakin rumit dan mengerikan.
Pada saat yang sama, ia menambahkan, otoritas Kongo telah gagal melindungi masyarakat sipil dan mencoba membatasi keterlibatan dunia internasional dalam melakukan penyelidikan terhadap tindakan kriminal yang terjadi.
Ia mengatakan sebuah milisi baru yang disebut Bana Maru telah tercipta dan dipersenjatai, dan dituduh membantu pemerintah dalam usaha menaklukkan Kamuina Nsapu. Hal itu telah menciptakan serangan mengerikan terhadap masyarakat sipil dari etnis Luba dan Lulua.
"Pengungsi dari beberapa desa di wilayah Kamonya mengindikasikan bahwa Bana Mura dalam dua bulan terakhir telah menembak mati, meretas atau membakar sampai mati, memutilasi, ratusan penduduk desa, serta menghancurkan seluruh desa. Tim saya melihat anak-anak seumuran dua tahun yang anggota badannya dipotong, banyak bayi menderita luka dan luka bakar parah. Seorang bayi berusia dua bulan yang dilihat oleh tim saya terkena dua peluru empat jam setelah dilahirkan, ibunya juga terluka. Sedikitnya dua wanita hamil disayat secara terbuka dan janin mereka dimutilasi," demikian salah satu bagian laporan Hussein, dilansir dari .npr.org.
Ia menambahkan telah ditemukan 42 pemakaman massal di daerah itu dan kemungkinan masih banyak lagi.
Juru Bicara pemerintah mengatakan kepada kantor berita AP bahwa pemerintah merencanakan mengeluarkan laporan terpisah tentang krisis ini.
Krisis ini terjadi di tengah ketidakmenentuan politik di negara itu. Presiden Joseph Kabila masih berusaha bertahan untuk berkuasa walaupun sudah habis masa jabatan dua periode-nya pada Desember 2016 lalu.
Republik Demokratik Kongo adalah negara yang kaya dengan sumber mineral. Tetapi kekayaan itu habis terpakai untuk mendanai perang dan bagi keuntungan pribadi segelintir elit. Sementara kebanyakan warganya hidup di bawah garis kemiskinan.
Editor : Eben E. Siadari
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...