Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 19:47 WIB | Sabtu, 21 Januari 2023

Gereja di Inggris Minta Maaf Atas Perlakukan pada LGBTQ

Sebuah bangunan gereja di Inggris. (Foto: dok. Ist)

LONDON, SATUHARAPAN.COM - Gereja Inggris pada hari Jumat (20/1) secara resmi meminta maaf atas perlakuannya terhadap orang-orang LGBTQ, meskipun dikatakan bahwa pasangan sesama jenis masih tidak diizinkan untuk menikah di gerejanya.

Permintaan maaf dari para uskup gereja datang dalam sebuah laporan setelah lima tahun perdebatan tentang posisi gereja tentang seksualitas. Laporan itu akan disampaikan kepada majelis nasional gereja, Sinode Umum, yang akan bertemu di London bulan depan.

“Kami ingin meminta maaf atas cara Gereja Inggris memperlakukan orang-orang LGBTQ, baik mereka yang beribadah di gereja kami maupun mereka yang tidak,” kata para uskup dalam sebuah pernyataan. “Untuk saat-saat kami menolak atau mengucilkan Anda, dan mereka yang Anda cintai, kami sangat menyesal. Saat-saat di mana Anda menerima tanggapan bermusuhan dan homofobik di gereja kami sangat memalukan, dan untuk ini kami bertobat.’’

Pernikahan Satu ria dan Satu Perempuan

Meskipun demikian, pendirian Gereja Inggris bahwa perkawinan terbatas pada persatuan antara satu pria dan satu perempuan akan tetap berlaku. Ia malah mengusulkan untuk menawarkan kesempatan kepada pasangan sesama jenis untuk mengadakan kebaktian gereja dengan doa dedikasi, ucapan syukur atau untuk berkat Tuhan setelah mereka mengadakan pernikahan sipil atau mendaftarkan kemitraan sipil.

Pernikahan sesama jenis telah dilegalkan di Inggris dan Wales sejak 2013, tetapi gereja tidak mengubah ajarannya ketika undang-undang tersebut berubah.

Para pemimpin gereja menggambarkan keputusan tentang kebaktian gereja sebagai perubahan signifikan yang mengakui pengalaman hidup beberapa orang Kristen yang setia. Tetapi perpecahan tetap ada, dan para uskup mengakui bahwa beberapa pendeta akan memilih untuk tidak menggunakan doa baru untuk memberkati persatuan pasangan sesama jenis.

Di antara mereka adalah Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, pemimpin spiritual Gereja Anglikan. Dia menggambarkan pengantar doa sebagai “momen kegembiraan dan perayaan”, tetapi mengatakan perannya dalam persekutuan Anglikan membuat tugas utamanya bekerja untuk persatuan di antara sekitar 85 juta anggota.

“Karena reksa pastoral dan tanggung jawab saya untuk menjadi fokus persatuan bagi seluruh persekutuan ... Saya tidak akan menggunakannya secara pribadi agar tidak mengkompromikan reksa pastoral itu,” katanya kepada wartawan.

Jayne Ozanne, seorang juru kampanye terkemuka untuk orang-orang LGBTQ di gereja, mengungkapkan kekecewaannya terhadap pendirian para uskup, dengan alasan bahwa Tuhan tidak mendiskriminasi,  dan “kita juga tidak boleh”.

“Kami telah meminta maaf demi permintaan maaf, demi permintaan maaf, dan yang ini sejujurnya, terdengar hampa dan kejam,” tulis Ozanne di Twitter. “Karena jika Anda meminta maaf dan terus melakukan pelecehan, itu sama saja dengan kekerasan dalam rumah tangga. Fakta bahwa para uskup tidak melihat itulah yang membuatku marah.” (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home