Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 12:18 WIB | Senin, 01 Maret 2021

Gereja di Mosul, Irak, Yang Akan Dikunjungi Paus

Gereja di Mosul, Irak, Yang Akan Dikunjungi Paus
Pemandangan beberapa gereja bersejarah di Hosh Al-Bieaa (Lapangan Gereja) kota Mosul, Irak, yang dirusak dan digunakan oleh militan ISIS sebagai penjara dan pengadilan, dan dibombardir selama serangan udara untuk mengusir militan ISIS keluar dari Kota Tua, Mosul, Irak. (Foto: Reuters)
Gereja di Mosul, Irak, Yang Akan Dikunjungi Paus
Seorang polisi Irak berjalan melewati mural yang menggambarkan Paus Fransiskus di dinding luar Gereja Our Lady of Salvation (Sayidat al-Najat), di Baghdad pada 22 Februari 2021. (Foto: AFP/Ahmad al-Rubaye)

MOSUL, SATUHARAPAN.COM-Kota Mosul yang bersebelahan dengan kota Niniwe yang disebutkan dalam Alkitab memiliki empat gereja yang mewakili denominasi berbeda, di sekitar lapangan kota yang dikelilingi oleh rumah-rumah bertingkat rendah. Ini adalah bukti peran komunitas Kristen Irak yang pernah berkembang pesat di sana.

Saat ini, keempat gereja itu dalam keadaan rusak atau hancur setelah kelompok teroris ISIS menduduki kota itu pada kurun 2014-2017. ISIS merusak banyak bangunan dan menggunakannya untuk menjalankan pemerintahannya, termasuk sebagai penjara dan pengadilan.

Uskup Agung Mosul, Najib Mikhael Moussa (tengah) dan Pastor Raed Adel (kiri) mendengarkan anggota petugas konvoi Paus selama kunjungan mereka ke kota Mosul di Irak utara, pada 23 Februari 2021. (Foto: AFP/Zaid al-Obeidi)

 

Serangan udara dilakukan pasukan Irak mencoba untuk mengusir kelompok ekstremis dari kota itu dalam pertempuran sengit melakukan sisa-sisa kekuatan ISIS. Dinding-dinding yang masih berdiri itu memiliki bekas lubang peluru dan pecahan peluru.

“Dulunya mirip dengan Yerusalem di dataran Niniwe,” kata Uskup Agung Gereja Khaldea dari Mosul, Akra Najib Mikhael Moussa. Dia bicara dari “Lapangan Gereja,” nama yang diberikan untuk situs itu yang akan dikunjungi Paus Fransiskus pada 7 Maret mendatang selama perjalanan bersejarahnya ke Irak.

Mikhael dengan penuh kasih mengingat bagaimana, sebelum invasi Amerika Serikat pada tahun 2003, umat Kristen Irak dari berbagai denominasi akan menghadiri kebaktian satu sama lain di festival keagamaan.

Gambar yang diambil pada hari Sabtu (27/2) menunjukkan pemandangan Gereja Ortodoks Siria, Al-Tahira di Mosul, dihancurkan oleh ISIS, dan tempat Paus Fransiskus diharapkan berdoa selama kunjungannya. (Foto: AFP/Zaid al-Obeidi)

 

Tinggal Satu Gereja

Hari-hari itu telah berlalu. Saat ini hanya satu dari gereja Mosul yang masih berdiri menawarkan kebaktian pada hari Minggu untuk populasi Kristen yang telah menyusut menjadi hanya beberapa lusin keluarga dari sekitar 50.000 orang.

Komunitas Kristen di sana ditoleransi oleh mantan Presiden Saddam Hussein tetapi dianiaya oleh Al-Qaeda dan kemudian ISIS. Umat Kristen Irak sekarang berjumlah sekitar 300.000, seperlima dari total jumlah sebelum tahun 2003.

Beberapa dari mereka kembali setelah kekalahan ISISI, tetapi yang lain masih melihat terlalu sedikit prospek untuk tinggal di Irak dan ingin menetap di luar negeri.

Gereja Katolik Suriah, Gereja Ortodoks Siria, Gereja Ortodoks Armenia, dan Gereja Katolik Kasdim terletak berdampingan di dalam dan di sekitar alun-alun yang berdebu itu. Sekarang daerah itu menjadi reruntuhan, seperti halnya bagian lain kota.

Paus akan mengadakan doa untuk para korban perang di Hosh Al-Bieaa, yang dikenal sebagai Alun-alun (Lapangan) Gereja , sebagai bagian dari perjalanan empat hari yang dimulai pada 5 Maret, kunjungan itu oleh Uskup Agung Mikhael digambarkan sebagai sangat simbolis dan pesan dari sebuah harapan. “Di mana batu jatuh karena kekerasan, akan selalu ada kehidupan,” katanya.

Uskup Agung Mosul, Najib Mikhael Moussa (tengah) dan Pastor Raed Adel (tengah kiri) serta Gubernur Niniveh Najim al-Jabouri (tengah kanan) dikawal anggota konvoi Kepausan selama kunjungan mereka ke kota Mosul di Irak utara, pada tanggal 23 Februari 2021. (Foto: AFP/Zaid al-Obeidi)

 

Perbaikan Gereja

Para pekerja sekarang sibuk membersihkan situs itu sebelum Paus Fransiskus tiba. Itu didanai oleh Uni Emirat Arab, dan pemulihan gereja Ortodoks Siria Al-Tahera dilakukan oleh UNESCO bekerja sama dengan mitra lokal dan dimulai pada tahun 2020.

Sambil memegang foto-foto gereja sebelum kehancurannya, asisten koordinator situs untuk UNESCO di Irak, Anas Zeyad, menunjuk  ukiran Syriac yang halus di atas potongan batu pualam keabu-abuan yang secara lokal disebut sebagai "marmer Mosul."

Dirusak oleh ISIS sebelum atapnya robek oleh serangan udara, gereja tersebut digunakan sebagai pengadilan oleh polisi agama gerakan ekstremis, kata Zeyad.

Gereja Ortodoks Armenia yang berdekatan, dapat dibedakan dari kubahnya, tetap tertutup untuk umum. "Itu belum dihancurkan," jelas Zeyad, menunjuk ke pintu tertutup menuju gereja yang dikomandoi ISIS sebagai penjara. “Hampir semua gereja di Mosul digunakan oleh ISIS,” kata Uskup Agung Mikhael.

Berdiri di samping sepotong batu pualam pahatan yang rusak yang menggambarkan Perawan Maria, Ali Salem, dari Dewan Purbakala dan Warisan Negara Irak, mengatakan timnya sedang meninjau banyak artefak semacam itu untuk menentukan mana yang dapat diperbaiki dan digunakan lagi.

“Sebagai seorang Muslim saya bangga membantu membangun kembali gereja-gereja ini,” kata Zeyad, menambahkan bahwa dia berharap “kita melihat orang Kristen kembali ke tempat-tempat ini, sehingga kita hidup bersama lagi seperti yang kita lakukan selama berabad-abad.” (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home