Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 21:29 WIB | Jumat, 14 November 2014

Gereja Sahabat Alam Kreatif Pelihara Alam

Gereja Sahabat Alam Kreatif Pelihara Alam
Hendra Harefa (tengah) saat bersama para anggota Komisi Perempuan Gereja BNKP Jemaat Hilihao lainnya. (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Gereja Sahabat Alam Kreatif Pelihara Alam
Aroziduhu Lombu (kiri) bersama dengan Fao'atulo Warasi (kanan) dari Gereja Angowuloa Fa'awosa kho Yesu (AFY) jemaat Desa Hilibadaluo.
Gereja Sahabat Alam Kreatif Pelihara Alam
Milhati Harefa S.Th dari Gereja Angowuola Mahsehi Indonesia Nias (AMIN, paling kiri) bersama para perempuan dari gereja yang sama menjaga stan di Sidang Raya XVI PGI.

GUNUNGSITOLI,SATUHARAPAN.COM – Hendra Harefa, Ketua Komisi Perempuan Gereja BNKP Jemaat Hilihao mengatakan saat ini dia kesulitan untuk melakukan proses pemasaran hasil produk industri kreatifnya. Gereja ini merupakan salah satu dari sekian banyak gereja di Kepulauan Nias yang melaksanakan program Gereja Sahabat Alam dari PGI.

“Kami ada kenalan tetapi hanya saja itu, memang kami sama sekali nggak ada tempat pemasaran khusus itu saja tidak ada satu toko,” kata Hendra Harefa kepada satuharapan.com, Jumat (14/11), di Gunungsitoli.  

Gereja Sahabat Alam (GSA) merupakan salah satu program yang dirintis bagian Martiuria PGI yang bertujuan mengajak seluruh warga gereja dan masyarakat umumnya untuk tiba pada perubahan perilaku, tidak lagi sebatas wacana dan diskursus, dalam memperlakukan alam semesta ini secara bertanggung jawab.

Dalam mengimplementasi program ini, Bidang Marturia PGI bekerjasama dengan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), dan STT Jakarta menyusun sebuah buku panduan yang memaparkan lebih detail tentang apa itu GSA, refleksi teologis yang mendasarinya, serba serbi aktivitas yang bisa dilakukan, dan lainnya.

Beberapa waktu lalu, Sekretaris Eksekutif Bidang Marturia PGI, Favor Bancin mengatakan Gereja Sahabat Alam adalah proses membuat seluruh jemaat semakin menyadari pentingnya lingkungan sekitar.

“Gereja Sahabat Alam ini nantinya ada yang memakai khotbah tata ibadah, tata pengajaran  untuk anak sekolah minggu misalnya kita di dalam buku ini kita akan mengangkat tata ibadah hari bumi yang berdasar dari teman-teman kita yang melawan sebuah perusahaan yang merusak lingkungan,” kata Favor, kala itu. 

Hendra Harefa mengatakan pihaknya tidak berhasil mendapat sarana yang tepat untuk memasarkan produk-produknya. Seluruh produk kreatif tersebut antara lain Kerajinan tas dompet, kerajinan dari kertas kertas majalah bekas terus ada sampah dari aqua gelas dijadikan bunga. Hendra Harefa juga menunjukkan dalam poster tentang kegiatan-kegiatan Komisi Perempuan Gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Jemaat Hilihao antara lain pembuatan pupuk kompos dari barang-barang bekas.

Kesulitan pemasaran juga dialami pelaku Gereja Sahabat Alam dari Gereja Angowuloa Fa'awosa kho Yesu (AFY) jemaat Desa Hilibadaluo, Aroziduhu Lombu.

“Pelatihan dari GSA ini penting dan kami berterima kasih untuk PGI, tetapi kami memang punya hasil produk kreatif seperti ini tetapi yang kami cari sekarang ini adalah kami cari pemasaran hasil dari warga jemaat,” kata Aroziduhu Lombu.

Akan tetapi salah satu yang beruntung adalah Milhati Harefa S.Th dari Sinode Gereja Angowuola Mahsehi Indonesia Nias (AMIN) yang mengatakan dia memiliki pengalaman memasarkan produk-produk seperti Kerajinan tas dompet, kerajinan dari kertas kertas majalah bekas terus ada sampah dari aqua gelas dijadikan bunga yang dia pasarkan saat penyelenggaraan Pertemuan Raya Perempuan Gereja (PrPrG) di Teluk Dalam mulai dari 5 – 8 November 2014 lalu.  

“Generasi muda di jemaat kami memiliki kesadaran akan lingkungan apalagi mereka menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu memiliki nilai ekonomis pekerjaan ini mendapatkan uang,” kata Milhati Harefa.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home